POV DARTO
Aku bener-bener kaget diluar dugaan, wajah itu sangat-sangat memukau, aku tidak percaya ini anak sepupu ibu, bukankah sepupu ibu yang ku panggil bude itu tidak begitu cantik, juga ayahnya tadi kuamati tidak begitu tampan, ya walaupun mereka sudah tua, setidaknya sisa kecantikan dan ketampanan harusnya masih ada bukan?
Makanya aku tadi tidak banyak berharap wajah calon istriku itu cantik, paling juga tidak jauh-jauh dari ayah bundanya, siapa yang sangka di balik cadarnya itu tersimpan wajah rupawan, yang sungguh sangat mempesonaku, barangkali juga setiap pria yang normal pastinya akan mengakui kecantikannya, aku masih terbengong beberapa saat,
“Sudah mas melihatnya?” kata Ninik lirih dan tersipu melihatku terus menatapnya tanpa kedip itu, membuatnya malu
“aah_oh_sudah cukup,” sahutku gelagapan, aku sendiri menjadi kikuk
Suasana jadi hening kembali, keduanya dalam mode ada dalam pikirannya masing-masing
Ninik
“maksud mas?” dia mengernyitkan dahinya, tampak dia sedikit terkejut dengan pertanyaanku“Ya… kalau saja terjadi perceraian atau yang lainnya gitu deh,”“Memang mas ada niatan bercerai? Tanyanya spontan sambil memicingkan mata sepertinya dia agak tersinggung dan marah,“Oh, bukan begitu dek, itu semisal aja, kita kan tidak tahu jalan hidup kita kedepan seperti apa,” jelasku gelagapan dengan pembalikan kata tanya darinya“Kalau bagi mas sendiri menikah cukup satu kali, tapi kita semua kan tidak tahu kedepan seperti apa, siapa tahu dek Ninik tidak nyaman sama mas”“Oh itu… kita pasrahkan saja semua sama Allah, kita hanya menjalani semua takdir dengan ikhlas, ikhlas dengan yang sudah terjadi, ikhlas dengan yang sedang terjadi, dan ikhlas dengan apa yang akan terjadi, hidup nggak usah dibuat rumit, hidup akan berat kalau kita selalu khawatir dengan segala hal, kita ja
POV DARTOGROBYAK PRANG TANG TANG TANG….Aku terkaget, wah gawat, aku kembali ke kesadaranku, aku tau itu adalah Mayang yang sedang memberitahu kehadirannya, tidak biasanya dia berperilaku seperti itu, membanting sesuatu sepertinya pertanda dia sedang marah, seperti saat ibu kemari, dia menyampaikan rasa marahnya seperti itu, kebiasanya dia langsung memelukku dan langsung memagutku, dan biasanya dilanjutkan dengan bercinta, ya dalam setahun ini aku selalu bercinta dengannya hampir setiap hari,entah mengapa sesaat aku melupakannya sejak pulang dari acara ta’aruf tadi, mungkin dia bisa membaca gelagatku yang tidak seperti biasanya,“Mayang,…!,” seruku terkagetGegas aku berlari kesumber suara, ternyata di dapur,“Mayang…! Panggilku lembut,berharap dia menghampiriku seperti biasanya, dia selalu menmpel padaku setiap aku di rumah, kecuali dia sedang mengerjakan tugas rumah.“Mayang&helli
CKCKCKCKCKCicak-cicak di dinding menjadi saksi perbuatan laknat mereka***Hari persiapan pranikah, Darto lebih sering berada di rumah ibunya, dia harus stand Bay, apabila dibutuhkan biar cepat, sedangkan surat-surat untuk KUA juga diurusnya sendiri, dari RT, RW, Lurah, sampai KUA.Sedangkan yang menyangkut acara di handel oleh adiknya, dari Dekor, Perias Manten, sedangkan ibu kebagaian ngurus segala hal yang menyangkut hidangan atau permakanan, tidak ketinggalan, Kakaknya Darman dapat tugas menghubungi sanak keluarga, membuat undangan, kata orang jawa saat mantu itu ibarat, NGUMPULKE BALUNG KECECER alias moment mengumpulkan sanak saudara.“Darto, bagaimana baju-bajunya?, apa sudah kamu tanyakan sama mbak Monic, sudah apa belum jahitnya?” tanya ibu sedikit ada rasa khawatir kalau-kalau meleset jadwal jadinya.“Iya bu, aku hubungi Ninik dulu, kami akan lihat bersamaan kesana, rencananya nanti siang” jawab Darto
BRUAKKKKSemua orang kaget dan menoleh kearah suara yang gaduh itu, apalagi Darto, matanya melotot sampai hendak keluar, jantungnya berdetak amat kencang,‘Jangan-jangan mayang’ spontan dia berlari ke arah suara itu, matannya sibuk mengedar, dia suda under estimed takut Mayang beraksi ditempat itu“Aduhh” Seorang gadis sedang mengelus-elus panggulnya,Tante Monic membantu gadis itu berdiri“Kamu kenapa Tini, kog bisa jatuh?” tanya tante Monic khawatir,‘aku sedang memasang hiasan kepala di manekin tante” jawab gadis itu sambil meringis menahan ngilu di panggul,Manekinnya berdiri ditopang meja, jadi kalau mau pasang sesuatu harus naik kursi,“ya sudah hati-hati lain kali, duduk dulu sampai nyerinya reda”“iya tante terimakasih” sahut gadis ituDisisi lain Darto sangat tegang, dia jadi parno sendiri, matanay terus saja mengedar, dia curiga pada
Darto berlari ke arah dapur, dimuntahkannya makanan itu, dia hidupkan kran untuk membuang kotaorannya, darto berlompat-lompat kecil sambil tangannya mengipasi mulutnya yang mengap,“aduh pana, pedas, aduh_uh_ha_uh_ha_uh_ha” Suara Darto aneh, Mayang yang tanggap langsung mengambikan air minum, lalu disodorkan, darto meminumnya cepat, wajahnya memerah, matanya sampai mengeluarkan air mata, saking gak konsennya, sampai tidak tahu yang disendok dimasukkan mulutnya adalah sambal, super pedas lagi,Setelah reda Darto memakan seperti biasa, kali ini dia lebih memusatkan perhatian untuk makan, tidak mau kejadian tadi terulang,Usai makan malam, Darto lesehan di depan teve dia ingin melihat Motor GP yang sedang tayang, Darto menikmati tontonan itu sambil ngemil, piring jajanan dari arah dapur melayang-layang menuju meja depan Darto, tanpa terasa matanya memberat, akhirnya dia tertidurDalam tidur Darto bermimpi bertemu Ninik yang sedang tidak bercadar,
DWARRR, JSSSSDarto kaget, kedua makhluk spontan menghentikan aktifitasnya, Darto melepaskan diri dari Mayang, dia menghampiri arah suara itu, Hatinya sungguh bergetar, dan jantungnya berdegup kencang, bagaimana bisa? Hatinya penuh tanda tanya...Kacanya pecah berserakan, atasnya seperti lobang menganga terhantam Meteor, body tinggal separoh dan gosong, ada lelehan material, asap masih mengepul, tidak ada angin, tidak ada hujan, suara ledakannya seperti petir dikala hujan sangat lebat, Darto mengamati benda itu, dia tidak berani menyentuhnya, takut masih ada aliran listrik, Televisi yang sedari tadi menyala tiba-tiba meledak tanpa sebab,‘Apa ada yang konslet ya?’tanya Darto dalam hati, Darto terus mengamati bagian-bagian sisi belakang, barangkali dia bisa mengenali penyebabnya, sampai agak lama, Darto menyerah, dia tidak juga bisa mengungkap penyebabnya, di cabut kabel kontaknya, sehingga putus aliran listriknyaDarto belum akan membersihkan,
TOK TOK TOK“Ninik-Nik_!” Suara ibu memanggil-manggil, Ninik mengerjapkan matanya, dengan malas, dia bangkit, “ups sudah subuh” gumam Ninik segera bangkit dan melakssanakan kewajiban muslimTubuhnya masih terasa lemas, dia tadi barusan tertidur dibangunin, jadi badan terasa berat, tapi agak mendingan seger setelah diguyur air mandi dan wudlu tadi, dia terjengit teringat, sesuatu yang membuatnya tidak bisa tidur semalam, “Mas Darto” Ninik menyerukan nama Darto, gegas dia mengambil gawainya, kemudian dia menghubunginyaTUUUT TUUUTSuara panggilan Ninik tidak terjawab, Ninik makin gelisah, dia akan meminta tolong siapa? dengan alasan yang masuk akal apa? Dia jadi bingung sendiri, dia kan dalam posisi di pingit“Mbak ayu, aku pingin ngomong sebentar” bisik Ninik, saat ayu berpapasan dengannya hendak ke dapur, dari kemarin hingga hari pernikahan Ninik tepatnya seminggu lagi, keluarganya memang berkum
Darto berjalan dengan langkah lebar mendekati Jaka,“Maaf Kak, tidak dengar tadi, Kakak dari tadi?” tanya Darto, sedikit kikuk dengan penampilan berantakan“Tidak juga” Jaka mengamati penampilan Darto yang berantakan dengan Jidat benjol sebesar telur Bebek menjadi agak khawatir“Itu Jidatmu kenapa Dar...?” tanah Jaka dengan muka khawatirnya“Ah_tidak apa-apa Kak, cuma terbentur meja saat bersih-bersih” jawabnya“Kak Jaka ada perlukah?” sambung Darto“Ah_tidak, tadi Ninik meminta tolong padaku untuk mencari kabarmu, dia nampaknya punya firasat, dan itu benar, Jidatmu benjol, ah ya sudah, aku berangkat kerja dulu, lain kali hati-hati” sambil berbalik meninggalkan Darto“Baik Kak, hati-hati di jalan” samal untuk keluarga“Beres, nggak salam ke Ninik juga?” ujar Jaka setengah menggoda“Hehehe...iya jelaslah Kak”
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah