Darman melangkah dengan pelan dan hatinya berdebar, Darman semakin mendekat kearah ranjang, matanya mengedar sekeliling lantai, baju Darto berserkan tak beraturan di lantai sepeerti habis dilemparkan sembarangan, juga seprei yang sudah tak berbentuk, dan posisi tidur Darto yang telentang tanpa baju dengan selimut sudah menggulung sedikit menyampir di area pentingnya,
Darman pria beristri, jadi tahu persis apa yang telah terjadi di kamar ini, bahwa telah terjadi pertempuran yang sangat dahsyat di ruangan ini
‘Apakah Darto telah berbuat zina di kamar ini, dan siapa perempuan itu, apakah dia hanya membawa perempuan bayaran atau bagaiman?’ monolog Darman dalam hati,
Dia sangat geram dengan Darto, bisa-bisanya berbuat zina, kalau minta kawin tinggal bilang sama ibu, pasti di restui, ibu bukan pilih-pilih kenapa zina segala, dasar anak kurang ajar
‘Lebih baik ibu tidak boleh tahu hal ini, nanti akan aku bicarakan pelan-pelan dengan Darto, kalau memang
Terimakasih telah sudi mampir di cerita aku, yang perdana, kami terbuka untuk kritik dan saran untuk perbaikan dan sebagai pembelajaran, semoga menikmati, Mohon dukungannya ya kakak raider, untuk memberi semangat pemula seperti aku dalam berkarya, salam,
BRAKKKDarman membuka pintu kamar mandi dengan kasar, matanya mengedar kedalam kamar mandi, tidak ada sesiapapun, dia melihat air mengucur dalam bak mandi,‘Apa…bagaimana bisa,!’ dahi Darman semakin mengkerut oleh rasa penasaran yang tinggiSedangkan Darto melihat tingkah Darman, sedikit bengong,‘Apa mungkin kak Darman mencurigai sesuatu?’ batinnya“Maaf kak, aku harus segera mandi,” ucap Darto lirih, dia sedikit takut dengan kakaknya ini,“Ah. Iya, Darto kran air itu kenapa sudah mengucur ya, sebelum kamu masuk.?”‘Waduh gawat, bener kan kak Darman mencurigai sesuatu, lagian kenapa Mayang bertindak begitu, kan jadi gawat kalau begini…, sial’“Hey…! Kenapa kamu malah melamun!?,” expresi Darman penasaran level akut“Ah_eh_Oh krannya dari kemaren agak bermasalh kak, belum kuganti, agak longgar, jadi kadang ngucur sendiri, be
Gelas di meja terguling, isinya tumpah membasahi taplak meja,Darto begitu terkejut, apalagi disampaikan di depan Mayang, walau sejatinya bisa dimaklumi, ibu kan tidak tahu keberadaan Mayang,“Aduh Dar…reaksimu nggak usah berlebihan kayak gitu, sampai ibu ikutan kaget,” omel ibu“Ah, iya bu maaf…” Darto kembali dudukDarto duduk dengan tidak nyaman, Mayang meremas tangannya sangat kuat,“Ini fotonya To…” ibu menyodorkan foto, seorang gadis bercadar‘What…, bercadar,…tidak salah ini,…!’batin Darto, dahinya mengernyit melihat foto itu“Dia anak sepupu ibu, namanya Ninik Wulandari, putri ketiga bu Hanifah, sepupu jauh ibu, anaknya cantik kog To…kamu nggak akan kecewa,” cerocos ibu“Iya kak, anaknya cantik banget, sungguhan deh, kakak nggak akan nyesel,” timpal DarmiDarto mengangguk membenarkan, walau kel
Seperti Janji kemarin Ibunya dan keluarganya datang lagi, menagih jawaban dari DartoMereka kembali duduk melingkar di sofa, rupanya keluarganya tidak main-main kali ini, mereka benar-benar mendesak Darto segera menikah,Darto sangat ngeri saat masuk tadi kakanya membisikkan ancaman, akan memberitahu ibunya kejadian di kamarnya kemarin kalau dia tidak bersedia, kan serem…Dengan menarik nafas Darto membuangnya kasar lalu dengan suara berat darto bilang“Baik bu, aku bersedia” ucap Darto dengan suara mantapKROMPYANG…TRANG…..TRANG… …TRANGMereka berempat terkaget, sontak berhamburan berlari kearah dapurDari arah dapur suara riuh benda berjatuhan, seperti ada yang sengaja membanting wajan dan beberapa panci bersamaanSamapai di dapur semuanya terbengong, wajan dan beberapa panci berserakan di lantai, untung tidak ada barang pecah belah yang jatuh,”“Bagaimana bisa
Guncangan tubuh itu makin keras, kemudian makhluk itu tampak sedang menuliskan sesuaatu di buku yang biasa di buat komukasi dengan Darto di tunjukkan tulisan itu ke wajah Darto <Aku tidak rela kamu menikah> bunyi tulisan itu Darto menghembuskan nafasnya kasar “Maaf, tapi aku harus menikah, aku harus berbakti dan membahagiakan ibuku, kau tenang saja, kita akan tetap berhubungan, bukankah tidak ada yang mengetahui dirimu, dan kamu juga tetap bisa tinggal di sini kan, aku janji aku akan adil” tutur Darto lembut, Diam tidak ada gerakan sejenak, <Beneran kamu akan adil, tidak mengusirku, aku takut kamu jatuh cinta padanya dan melupakanku> tulis mayang lagi “Janji…, aku akan tetap memperlakukanmu seperti biasanya, pernikahanku nantinya tidak akan merubah apapun, percayalah,” Darto mengucapkan dengan sungguh-sungguh ‘serasa poligami saja’ batin Darto tersenyum sendiri mengingat hal itu, jadi ingat lagu yang dipopul
Pagi hari itu Darto siap-siap kerumah ibunya, sesuai janji hari ini dia dan keluarga akan bersilaturrohmi ke keluarga sepupu ibu, kalo kata pak ustad itu namanya Ta’aruf,Di depan cermin dia mematut dirinya, berbalik ke kanan ke kiri memastikan penampilannya sudah makximal apa belum, merapikan rambutnya semaskulin mungkin dia tersenyum-senyum sendiri ketika melihat pantulannya di cermin‘kog aku deg-degan ya, kayak ABG ajah, padahal kan sudah menikah’‘Ups kapan aku menikah?’ kawin sih… sudah sama Mayang, tapi kalau nikah kan mau akan’ monolog Darto dalam hati sambil senyum-senyum sendiri‘Walaupun belum mengenal gadis yang akan dijodohkan aku juga harus menampilkan preforma yang terbaik kan, agar tidak malu-maluin keluarga.’ Batin Darto*kalau kawin itu tidak perlu akad, langsung tubruk saja seperti binatang, berbeda dengan Nikah, adalah janji suci dihadapan Tuhan.Kakiny
“tapi bapak ibu sekalian,… kami sekeluarga juga mempersembahkan sesuatu yang amat berharga…” kak Darman sedikit menjeda ucapannya, sedangkan orang-orang sudah konsen mendengar kelanjutan ucapannya“Waduh mas… ndak usah repot-repot bawa apapun, kedatangan mas dan keluarga sudah hal yang paling membahagiakan bagi kami sekeluarga, sebentar lagi juga kita akan satu keluarga, memang sih selama ini kita keluarga, tapi dengan adanya perjodohan ini maka ikatan persaudaraan lebih dekat dan kental, gitu lho…” cerocos bude sepupu ibu itu menjawab dengan gaya khasnya yang kemayu“Waduh bude, kami sudah kadung membawa Mas yang kira-kira beratnya enam puluhan kilo” kak Darman melanjutkan ucapannya“Ha….” hampir semua yang mendengarkan melongoTiba-tiba Kak Darman menarikku ikut bersendeku yaitu bertumpu dengan lutut, dengan senyum lucunya“Nah ini bapak ibu sekalian MAS yang
POV DARTOAku bener-bener kaget diluar dugaan, wajah itu sangat-sangat memukau, aku tidak percaya ini anak sepupu ibu, bukankah sepupu ibu yang ku panggil bude itu tidak begitu cantik, juga ayahnya tadi kuamati tidak begitu tampan, ya walaupun mereka sudah tua, setidaknya sisa kecantikan dan ketampanan harusnya masih ada bukan?Makanya aku tadi tidak banyak berharap wajah calon istriku itu cantik, paling juga tidak jauh-jauh dari ayah bundanya, siapa yang sangka di balik cadarnya itu tersimpan wajah rupawan, yang sungguh sangat mempesonaku, barangkali juga setiap pria yang normal pastinya akan mengakui kecantikannya, aku masih terbengong beberapa saat,“Sudah mas melihatnya?” kata Ninik lirih dan tersipu melihatku terus menatapnya tanpa kedip itu, membuatnya malu“aah_oh_sudah cukup,” sahutku gelagapan, aku sendiri menjadi kikukSuasana jadi hening kembali, keduanya dalam mode ada dalam pikirannya masing-masingNinik
“maksud mas?” dia mengernyitkan dahinya, tampak dia sedikit terkejut dengan pertanyaanku“Ya… kalau saja terjadi perceraian atau yang lainnya gitu deh,”“Memang mas ada niatan bercerai? Tanyanya spontan sambil memicingkan mata sepertinya dia agak tersinggung dan marah,“Oh, bukan begitu dek, itu semisal aja, kita kan tidak tahu jalan hidup kita kedepan seperti apa,” jelasku gelagapan dengan pembalikan kata tanya darinya“Kalau bagi mas sendiri menikah cukup satu kali, tapi kita semua kan tidak tahu kedepan seperti apa, siapa tahu dek Ninik tidak nyaman sama mas”“Oh itu… kita pasrahkan saja semua sama Allah, kita hanya menjalani semua takdir dengan ikhlas, ikhlas dengan yang sudah terjadi, ikhlas dengan yang sedang terjadi, dan ikhlas dengan apa yang akan terjadi, hidup nggak usah dibuat rumit, hidup akan berat kalau kita selalu khawatir dengan segala hal, kita ja
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah