Mungkin Tristan yang dulu akan tetap memaksakan keinginannya tak peduli bagaimanapun caranya. Tapi ternyata sekarang dia tidak bisa lagi menjadi orang seperti itu, terutama terhadap Kimmy. Karena Tristan perduli padanya benar-benar perduli.
Tristan kembali memperhatikan bekas sengatan jarum suntik di lipatan sikunya, rasanya masih agak ngilu karena semakin seringnya transfusi belakangan ini. Ini adalah dua tahun yang buruk, Tristan berusaha melakukan segala hal, mendatangi berbagai tempat untuk mendapatkan perawatan terbaik tapi rasanya sia-sia. Tristan hanya harus tetap sehat dan mengupayakan berbagai cara untuk tidak menyerah meski sepertinya hidupnya sendiri sudah berakhir.
Hidup Tristan memang serasa ikut berakhir saat kemarin Kimmy menyatakan sudah tidak lagi membutuhkannya dan tidak akan pernah lagi memperdulikannya. Walaupun semu
"Benda apa ini?" tanya Hanif begitu Kimmy meletakkan bingkisan besar di jok belakang mobilnya."Mainan untuk Al.""Kupikir ulang tahunya masih enam bulan lagi." Hanif masih heran.Kimmy sudah ikut bergabung duduk di depan ketika akhirnya dia mulai bicara. "Itu dari Tristan."Hanif langsung berhenti dan tidak jadi menghidupkan mobilnya. Selama ini Kimmy memang belum pernah bercerita jika dirinya sudah beberapa kali bertemu Tristan."Kau bertemu Tristan?" tanya Hanif hanya untuk sekedar memastikan jika dirinya tidak salah dengar."Ya, dan dia langsung tahu jika Al adalah putranya."Hanif masih diam karena selama ini Kimmy memang belum pernah menyembunyikan apapun darinya, apa lagi untuk perkara seperti ini. Walau pun Kimmy berusaha terlihat santai saat membahasnya tapi sebenarnya mereka berdua sama-sama tahu jika masalahnya tak sesederhana kelihatannya."Sebaiknya kita jemput Al dulu," saran Kimmy yang Hanif tahu juga hanya sebag
Pamela sudah mengidap leukimia kronis sejak dirinya masih anak-anak. Awalnya perkembangannya memang masih cukup lambat, tapi dia memang akan selalu membutuhkan tranfusi darah secara berkala untuk menggantikan fungsi darahnya yang cepat rusak di banding manusia normal. Tristan juga sudah mengupayakan berbagai cara dari metode medis sampai berbagai terapi tapi nyatanya semakin tahun perkembangannya juga tidak pernah membaik justru semakin memburuk.Selain menjadi pendonor tetap bagi Pamela, Tistan juga sudah membawa Pamela kemanapun untuk mendapatkan perawatan terbaik. Dua tahun belakangan ini kondisi Pamela semakin memburuk hingga transfusi darah sepertinya sudah tak terlalu berguna lagi. Efek kemoterapi juga hanya cuma ikut melemahkan sel-sel sehatnya dan justru memperburuk kondisinya. Sel darahnya semakin cepat rusak dan puncaknya terjadi enam bulan belakangan ini. Pam sudah nyaris tidak bisa beraktifitas apa-apa lagi kecuali hanya berbaring di atas ranjang dan ikut me
Setelah Pamela pergi rasanya Tristan masih saja merasa sangat bersalah karena telah menyakiti wanita itu. Tristan memang tidak bisa mencegah dirinya untuk tetap menginginkan Kimmy meskipun dia tahu seharusnya ia tidak boleh seperti itu.Kesehatan Pam memang mulai menurun sejak Tristan semakin acuh dan sibuk dengan perasaannya sendiri. Padahal mereka sudah berjanji untuk selalu bersama dan tidak akan membiarkan siapapun berada di antara mereka.Tristan sadar jika dirinya sendirilah yang telah menjadi pengkhianatnya. Walaupun sebelumnya Tristan juga biasa tidur dengan banyak wanita tapi dirinya mengakui jika tidak pernah ada yang ia tempatkan di dalam hatinya seperti Kimmy. Dan di situlah letak pengkhianatan yang diakuinya. Penghianatan yang tidak dapat dia cegah ataupun ia tolak. Mungkin jadi inilah karmanya sekarang. S
Sebenarnya Hanif tidak menyangka jika tiba-tiba Kimmy akan menciumnya lagi setelah sekian lama. Entah sudah berapa lama, walau ternyata ia sama sekali belum lupa seperti apa rasanya. Bibir Kimmy masih semanis yang ia ingat dulu, dulu sekali saat mereka sering seperti ini, mencuri waktu untuk sekedar berdua. Hanif juga suka menyenangkannya karena Kimmy adalah tipe gadis yang suka penasaran dengan hal baru dan tidak pernah gentar untuk mencoba walaupun kadang agak sembrono untuk menggodanya sebagai seorang pria. Tapi Hanif yakin sekarang Kimmy sudah lebih dewasa untuk tidak bertindak impulsif seperti dulu lagi. Karena itu walaupun kemarin saat mereka tinggal bersama pun sebenarnya Hanif tidak berani membayangkannya. Kadang dia hanya miris tiap kali melihat kamar yang telah mereka siapkan berdua harus terkunci rapat meskipun setiap hari mereka tinggal bersama.Jujur saja Hanif juga sempat terbawa suasana dan menanggapi ciuman Kimmy walau dia tahu jika sebenarnya wanita itu hanya
Tidak biasanya Kimmy pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Ibu Kimmy masih berdiri di tengah pintu menyaksikan putrinya pulang bersama Tristan yang sedang menggendong cucu laki-lakinya.Tristan menurunkan Al dari gendongannya untuk menghampiri ibu Kimmy dan memeluknya lebih dulu karena ternyata Tristan juga rindu dengan seorang ibu.Sebelumnya Kimmy juga sudah menceritakan semuanya pada Tristan termasuk mengenai orang tuanya yang juga sudah tahu mengenai Al sebagai darah dagingnya. Walaupun sebagai orang tua mereka tetap kecewa tapi mereka juga menghargai keputusan Kimmy dan percaya jika putri mereka akan bertanggung jawab dengan semua kesalahannya. Mereka hanya tidak menyangka jika Kimmy akan pulang dengan membawa Tristan bersamanya."Maafkan aku, Ibu."Ibu Kimmy hanya bisa balas memeluk pemuda itu dengan haru. "Setiap kali aku melihat cucuku rasanya aku juga bisa melihat dirimu ada di sana."Rasanya memang sudah lama sekali mereka tid
Hari masih pagi ketika keributan kembali terjadi. Philippe datang ke rumah Kimmy bersama seorang pria bersetelan rapi yang katanya petugas KUA. Baru kemarin Tristan membahas perkara pernikahan dan tentu saja Kimmy tidak menyangka Tristan serius dengan ucapannya tentang menyuruh Philippe."Tristan ini pernikahan kenapa kau tidak bicara dulu denganku?" protes Kimmy."Sepertinya aku sudah bicara padamu kemari."Kimmy langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Ya, tapi..." tiba-tiba Kimmy jadi tidak bisa melanjutkan kata-katanya sangking keterlaluannya pria itu.Umumnya orang memang akan ribet jika membahas pernikahan tidak seperti Tristan Murai yang cuma hanya seperti sekedar membahas liburan di akhir pekan. Tapi masalahnya dari dul
Sudah lewat tengah hari ketika mereka semua tiba di Tuscany dan langsung menuju rumah keluarga Murai. Kedua orangtua Kimmy sepertinya juga nampak terkagum-kagum dengan keindahan perbukitan dan ladang-ladang anggur yang mereka lihat di sepanjang perjalanan tadi. Al juga tidak berhenti berceloteh sendiri sambil bernyanyi-nyanyi riang. Kimmy lega karena putranya tidak rewel, karena ini merupakan perjalanan jauh pertama baginya."Nanti akan kuajak berkeliling perkebunan dan gudang anggur," bisik Tristan pada putranya yang mengintip dari jendela.Tristan memiliki warisan perkebunan yang sangat luas dan sebuah rumah penghasil anggur ternama yang sekarang di kelola oleh beberapa teman kepercayaan kakeknya. Karena Tristan sendiri sudah tidak memiliki waktu untuk mengurus semua itu.Begitu mereka sampai para pengurus rumah berbaris menyambut mereka di halaman. Tristan memperkenalkan mereka satu-persatu karena sudah menganggap mereka semua layaknya keluarga. BibiSha
"Siapa Arneta Seymour?" tanya Tristan pada Philippe yang baru duduk di depannya. "Maaf Tuan, apa maksud Anda?" Kelihatanya Phillippe langsung panik dengan pertanyaan mengejutkan tersebut, apa lagi dengan cara Tristan menatapnya kali ini. Mereka sedang berada di ruang kerja tuan Murai yang pastinya Tristan juga tidak sedang main-main sampai sengaja memanggilnya kemari. "Wanita yang dimakamkan tepat di sebelah kakekku." "Dia putri Sharlote," gugup Phillippe. "Apa hubungannya dengan kakekku?" Tristan tidak bodoh dan tahu jika kakeknya tidak akan menempatkan orang sembarangan di sebelahnya. Philippe merasa jika dirinya semak