Baru kali ini Kimmy benar-benar menangis. Dia tidak percaya tunanganya tega berbuat seperti ini, karena seorang Tristan Murai juga tidak mungkin sedang berbohong. Dia bisa mendapatkan wanita manapun tanpa perlu repot-repot mengarang kebohongan macam ini. Apa lagi hanya untuk wanita seperti dirinya.
Tristan coba meraih Kimmy dan menghapus air matanya tapi Kimy buru-buru menolak dengan berinsut menjauh.
"Aku mau pulang, " kata Kimmy saat memberanikan diri untuk menatap Tristan yang ternyata hanya menggeleng.
"Sepertinya tidak bisa, " kata pria itu dan Kimmy pun segera menepis tangannya, karena tiba-tiba merasa jijik.
"Aku tidak mau dan aku punya hak untuk menolak! " tegas Kimmy dengan gigi bergetar.
Kimmy tidak peduli jika telah dikhianatin oleh tunangannya sendiri dan itu masih terlalu menyakitkan untuk benar-benar dia pikirkan sekarang. Tapi yang Kimmy tahu dirinya tetap wanita yang bebas baik bang Hanif ataupun Tristan, mereka sama sekali tidak memiliki hak atas dirinya.
"Buka pintunya dan aku mau pergi!" Kimmy sudah cukup panik karena memutar-mutar knop pintu yang tetap tidak bergeming.
Tristan menggeleng, "Dia sudah mengambil perjanjiannya, aku boleh memilikimu.Tidak perlu sehari semalam, cukup buat saja aku puas dan semua ini selesai." Tristan masih begitu santai seolah mereka tidak sedang membahas perkara yang sangat tidak bermartabat.
"Kau tidak bisa memaksaku!" tolak Kimmy dengan tegas.
"Aku bukan pria yang akan memaksa wanita. "
Tristan Murai sengaja melangkah mundur agar Kimmy bisa melihatnya secara utuh.
"Apa aku terlihat buruk ?" tanya pria itu dengan sangat percaya diri, dan luar biasa jengkel dengan sikap naif Kimmy. "Kupastikan kau juga akan sangat bersenang-senang."
Sungguh demi apapun Kimmy tetap merasa jijik membayangkan dirinya harus melakukan perbuatan kotor untuk melayani nafsu seorang pria di atas ranjang, tak perduli meskipun pria itu setampan Tristan Murai.
"Kupikir kita sudah cukup dewasa untuk membahas hal seperti ini. Kita adalah dua orang dewasa yang sedang berada di dalam sebuah kamar mustahil kau tidak ingin kita melakukan apa-apa.
Kimmy menggeleng tegas sembari mengepalkan tangannya dengan kaku.
"Aku mau pulang, dan akan berteriak jika kau tidak segera membuka pintu!"
"Tidak akan ada yang mendengarmu," muak Tristan yang kemudian malah berjalan kembali ke sofa dan duduk satai di sana untuk menatap Kimmy yang masih berdiri kaku di depan pintu.
"Terserah jika kau akan mengurungku sehari semalam, tapi jangan harap aku mau melakukan apapun untukmu!"
"Duduklah jika kau lelah berdiri di situ," kata Tristan sambil menepuk sofa di sebelahnya, berlagak sama sekali tidak menghiraukan ancaman Kimmy.
Kimmy sama sekali tak bergeming dan bersikeras tetap akan berdiri meskipun nanti kakinya kram dan pegal.
"Apa kau tidak bosan? " tanya Trista setelah beberapa lama Kimmy benar-benar hanya berdiri.
Kimmy masih acuh.
"Ayolah kita sudah sama-sama dewasa kita tidak perlu seperti ini, sementara kita bisa melakukan banyak hal menyenangkan jika kau mau mendekat kemari."
"Aku akan tetap di sini! "
"Untuk apa kau bersikeras seperti itu?" heran Tristan.
"Apa itu hanya untuk pria yang sudah menawarkanmu di ranjangku?"
Kimmy berpaling karena takut ketahuan jika dirinya hendak menangis tiap kali diingatkan dengan penghianatan tunangannya.
"Lebih baik kita bercinta dan melupakannya dari pada kau hanya berdiri di situ."
"Oh,singkirkan otak kotormu! " pekik Kimmy yang sudah mengabaikan tata krama, tapi anehnya Tristan justru tertawa.
"Tidak ada yang tidak suka bercinta, aku yakin kau juga akan sangat menyukainya denganku, " cemoohnya dengan seringai meremehkan.
"Kau tidak perlu keras kepala, dengan berpura-pura tidak menginginkannya sama sekali."
"Tidak, aku tidak akan melakukan apapun untukmu!" tegas Kimmy untuk ke sekian kali.
"Terlalu banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan pria dan wanita ketika terkurung berdua di kamar seperti ini." ______ "Tidak akan ada yang mengganggu kita."
Kimmy kembali membisu, pura-pura tidak mendengar apa yang dibicarakan pria itu.
Tristan kembali bangkit untuk berjalan mendekati Kimmy yang masih keras kepala menolaknya.
"Ini akan menyenangkan dan cukup hanya kita berdua yang tahu, " bisiknya ketika mereka ternyata sudah cukup dekat karena Kimmy tidak bisa mundur lagi.
"Tinggal kau tanggalkan pakaianmu dan aku juga akan melakukan hal yang sama."
Tristan benar-benar pintar untuk mengiring pikirannya ke lembah nista.
Kimmy semakin tegas menggeleng karena sama sekali tidak bisa membayangkan dirinya berbuat sekotor itu. Tak peduli meski pun Tristan Murai adalah mahluk yang terlalu menggoda untuk dituruti keinginannya.
"Lakukan seperti saat kau bercinta dengannya."
"Aku bukan wanita seperti itu! "kali ini Kimmy cukup berani untuk balas menatap Tristan dengan sungguh-sungguh.
"Mustahil wanita sepertimu masih perawan? "tanya Tristan terdengar iseng tapi Kimmy memang mengangguk.
"Aku tidak akan melakukan perbuatan menjijikkan seperti itu! " tegas Kimmy masih cukup berbangga dengan prinsipnya.
"Apa bedanya, pada akhirnya semua wanita juga membutuhkan pria untuk mengisinya," cemooh Tristan sebelum mengangkat dagunya.
"Seorang wanita sebenarnya juga memiliki keinginan yang sama dengan seorang pria!"
Kimmy sama sekali tidak menduga jika Tristan akan menciumnya setelah itu. Kimmy berusaha menolak tapi Tristan berhasil menahannya agar tetap diam. Tentu Kimmy sudah pernah berulang kali berciuman dengan Hanif tapi rasanya memang tidak sama seperti saat Tristan Murai yang terus memaksa untuk merampas bibirnya meskipun Kimmy bersikeras menolaknya.
Tristan mendorongnya semakin merekat ke dinding jadi Kimmy sama sekali tidak bisa bergerak kecuali menerima apapun yang diperbuat pria itu termasuk saat tiba-tiba tangan Tristan sudah sangat lancang menyisip ke dalam span pensilnya. Sungguh itu adalah tindakan yang sangat kurang ajar, tapi Kimmy sama sekali tidak bisa berkelit karena lututnya juga ditekan ke dinding. Jadi Kimmy hanya bisa pasrah ketika merasakan jari-jari pria itu menggerayanginya dengan berani dan tidak senonoh.
"Kau menyukainya?" bisik Tristan seperti ejekan halus karena dia tidak bodoh untuk sekedar mengetahui jika wanita itu juga menikmati sentuhannya.
Kimmy mulai melenguh gelisah, karena Tristan tidak mau berhenti mempermainkannya dan sama sekali tidak perduli walaupun Kimmy mulai kepayahan mempertahankan harga dirinya.
"Aku punya banyak cara untuk menyenagkanmu seperti ini," bisik Tristan sambari mengigit daun telinga Kimmy yang sudah tidak mampu lagi menolak semua perlakuannya.
Kimmy memang sudah sangat kuwalahan menanggung semua keinginan Tristan, dia tidak bisa menghindar dan hanya bisa pasrah membiarkan pria itu mendapatkan kesenangannya.
"Kau begitu manis dan panas."
Entahlah Kimmy tidak tahu lagi apa yang dia rasakan ketika menyaksikan Tristan melumat jari tengahnya sendiri yang baru dia cabut dari dalam tubuhnya yang mencair. Kimmy benar-benar masih linglung setelah perbuatan kotor Tristan Murai menghancurkan kepolosannya.
Sebenarnya Tristan juga tidak menyangka jika dirinya akan mendapatkan hadiah menyenangkan seperti ini. Menggoda seorang wanita yang ternyata masih sangat awam dengan sentuhan pria tentunya akan menjadi kegiatan yang semakin menyenangkan.
Tristan sudah menyambar tubuh Kimmy dan membaringkannya di atas ranjang.
"Tolong jangan lakukan itu lagi, " mohon Kimmy rela berlutut agar pria itu berhenti. Tapi justru Tristan menyentuh bibirnya dengan jari telujuk dan berdesis lirih agar Kimmy diam ketika ia mulai melepas kancing bajunya.
"Kita akan bercinta sayang dan percayalah ini akan menyenangkan."
Kimmy hanya tahu jika semua ini sudah tidak benar tapi Tristan Murai tentunya juga bukan jenis pria yang mudah diabaikan dengan segala ajakan kotornya.
Tidak butuh waktu lama bagi Tristan untuk ikut menelanjangi dirinya. Awalnya Kimmy menolak untuk menatapnya tapi rasanya mustahil karena makhluk itu ada di depan mata dan belum-belum Kimmy sudah takut membayangkan apa yang akan diperbuat pria itu terhadap dirinya. Biasanya para wanita akan langsung merentangkan diri di hadapan seorang Tristan Murai dengan suka rela, tapi wanitanya kali ini sepertinya masih agak malu-malu. "Jangan malu untuk menatapku! " Tristan mengangkat dagu Kimmy agar gadis itu mau menatapnya. Kimmy tahu jika Tristan Murai adalah pria yang luar biasa, hanya saja dia tidak menyangka jika bakal membiarkan pria itu merangkak di atas tubuhnya. Sudah sangat terlambat untuk merasa takut atau malu karena mustahil untuk bisa menghentikan seorang pria dalam kondisi seperti ini. Siap atau tidak siap Kimmy harus mau menghadapinya. Tristan memberi Kimmy ciuman yang cukup dalam mengunakan lidahnya yang basah dan panas, s
Sepulang dari makan malam Kimmy hanya menyapa ayah dan ibunya sambil lalu meskipun ibunya sempat memanggil untuk ikut bergabung duduk di sofa. Kimmy hanya ingin segera masuk ke kamarnya untuk menelpon Tristan Murai, dia ingat masih menyimpan kartu nama yang diberikan pria itu dan masih menyimpan benda itu di dalam tasnya. Setelah menumpah isi tasnya karena tidak sabar, Kimmy langsung menyambar benda tipis berwarna hitam mengkilat tersebut dan memasukkan beberapa digit angka kedalam ponselnya. Saat Tristan memaksanya untuk menyimpan kartu nama tersebut kemarin, sebenarnya Kimmy sudah berencana akan langsung membuangnya ke tong sampah begitu Tristan tidak melihatnya. Karena itu Kimmy tidak percaya jika kali ini justru dirinya sendiri yang menghubungi pria itu lebih dulu. Panggilannya langsung diangkat saat deringa
Ini adalah hari ke dua Kimmy bekerja, dia berangkat pagi seperti kemarin. Tapi sepertinya kali ini dia kalah pagi dengan Jacline. Kimmy langsung berjalan menghampiri kubikelnya. "Tristan jadi akan pulang hari ini dan akan langsung ke kantor," kata Jacline sembari sibuk mengetik. "Dia tidak akan suka jika kita terlambat menyiapkan semua keperluannya." Tentu Jacline tahu semua jadwal kegiatan Tristan karena memang itu pekerjaannya, yaitu mengatur date line dan semua jadwal pertemuannya dengan klien. Sementara Kimmy bertugas untuk membantunya reservasi tempat, mengurus semua keperluan rapat dan semua akomodasi kegiatan Tristan di luar kantor. "Dia akan bertemu klien setelah jam makan siang, dan akan makan malam bersama Pamela sekitar jam delapan malam. Aku sudah mengirim alamat ke E-mail-mu sebaiknya segera hubungi hotel dan restonya untuk reservasi. Kimmy mendengarkan rentetan penjelasan Jacline yang sudah seperti petasan tahun baru Ci
Sesampainya di rumah, kebetulan rumah sedang sepi. Kimmy lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan atau berbohong pada siapapun, dia langsung masuk ke kamar dan menjatuhkan dirinya sejenak di atas tempat tidur sambil memandangi langit kamar dan berpikir.Mustahil, Kimmy benar-benar sudah tidak ingin lagi bertemu Tristan, apa lagi bekerja untuknya. Sudah cukup bagi Kimmy. Seharusnya sekarang dia lega karena ini sudah berakhir, tapi kenapa rasanya tetap ada yang tidak benar?Karena masih saja gelisah akhirnya Kimmy kembali bangkit untuk berjalan ke kamar mandi. Setelah mandi untuk membersihkan tubuhnya yang serasa semakin menjijikkan dan tetap terasa kotor meskipun sudah ia gosok dan ia cuci berulang-ulang akhirnya Kimmy menyerah. Dia terduduk di atas penutup toilet cukup lama untuk berpikir namun tetap tidak juga membuatnya lega.Bagaimana Kimmy bisa mengusir semua bayangan kotor itu dari kepalanya. Kimmy bi
Rasanya seperti habis membuat perjanjian dengan iblis. Kimmy masih menggosok-gosok bulu kuduk di lengannya yang merinding jika mengingat kembali apa yang telah dia janjikan kepada Tristan Murai.Mereka masih duduk saling berhadapan di masing-masing sisi ujung sofa yang melengkung. Tristan nampak tenang dengan kejelianya membaca ekspresi lawan bicaranya. Awalnya Kimmy terlihat canggung dan takut-takut tapi wanita itu jelas sedang berusaha memberanikan diri, dan masih cukup mengejutkan bagi Tristan karen ternyata Kimmy masih berani menyeret dirinya kemari."Apa saja? " tanya Tristan dan Kimmy kembali mengangguk."Ya, akan kulakukan apa saja untukmu asal kau bisa mengembalikan keperawananku seperti semula."Trista kembali menghela nafas dalam dan menghembuskanya perlahan berharap untuk tidak terlalu senang dulu dengan umpan yang di tawarkan wanita itu."Ingat kau sen
Ternyata hanya berdiam diri di rumah juga sangat membosankan. Kimmy kembali memperhatikan buket bungan kirimanTristan yang masih ter onggok di sudut kamar dan saat itu juga kebetulan tiba-tiba terdengar suara kling dari pesan masuk di ponselnya. Ponsel tersebut berkedip sejenak dan uncul nama Tristan dengan nama belakang yang sudah Kimmy ganti dengn mozi setan.Meski tidak mau mengakui jika dia penasaran dengan tujuan Tristan mengirim bungan tak berguna sebanyak itu, tapi nyatanya Kimmy memang buru-buru ingin membukanya.[apa tidak boleh aku membayangkan kau berbaring di atas tumpukan bunga tersebut]Sambil mengumpat dalam hati Kimmy benar-benar menyesal sudah membuka pesan manusia terkutuk itu. Entah apa yang sedang ada di otaknya, bisa jadi dia sedang mabuk di antara paha seorang wanita sambil mengetik pesan. Entah mimpi buruk apa lagi sampai Kimmy kembali membuat janji dengan mahluk seperti itu. Kimmy melempar ponselnya ke atas kasur dan sama sekali tidak berniat untuk membalasnya
Setelah selesai berpakaian Kimmy segara turun untuk sarapan. Ibunya sudah menunggu di meja makan menyiapkan mangkuk dan minuman hangat."Sudah, Bu. Aku bisa melakukannya sendiri," sepertinya hari ini dirinya sedikit di manja."Tidak apa-apa, ayo cepat kemari," panggil ibunya karena Kimmy masih berhenti di anak tangga."Ibu tidak tahu sampai kapan masih bisa memanjakanmu seperti ini.""Kenapa ibu bicara seperti itu?" Kimmy langsung mendongak ibunya."Tadi Hannif membahas masalah pernikahan dengan ayahmu.""Oh...," Kimmy masih terkejut meskipun semalam mereka sudah membahasnya."Tiba-tiba putri kecil ibu sudah akan di bawa pergi oleh seorang pria." Sebagai anak tunggal Kimmy memang dibesarkan penuh kasih sayang dan jarang lepas dari orang tuanya."Memang apa yang dikatakan bang Hanif pada ayah?""Apa dia belum bicara apa-apa padamu?""Dia bilang nanti malam akan menelpon.""Kalian sudah saling dewasa dan kami sebagai orang tua hanya menyerahkan keputusan pada kalian berdua. Ibu percaya H
Hari sudah sore dan hampir hujan ketika Kimmy bosan menunggu taksi pesananya yang belum juga datang. Dia mulai risi berdiri di trotoar saat tiba-tiba sebuah sedan berkaca gelap berhenti mendadak tepat di depannya. Telinga kimmy sampai ikut ngilu mendengar suara dencitan rem serta ban yang mengesek aspal. Hampir saja Kimmy ingin melepas sepatunya untuk dia lempar pengendara kurang ajar itu saat tiba-tiba pintunya malah terbuka."Masuklah," lengan Tristan baru saja mendorong handel pintu agar terpampang lebar."Oh, Tuhan! kau hampir membuatku mati terserempet di trotoar!" Kimmy masih terkejut sambil memegangi dadanya tapi dia tetap buru-buru masuk mengikuti perintah Tristan."Kemana saja kau?" tanya Kimmy begitu baru duduk."Kita akan berangkat sore ini.""Aku belum siap karena kupikir kita tidak jadi.""Cepat berkemas lah aku akan menungumu," santai Tristan yang sudah mulai kembali menjalankan mobilnya."Kau tidak bis
Hanif, Kimmy, dan Tristan duduk di beranda sambil menyaksikan anak-anak yang sibuk bermain dengan kuda poni. Al juga sudah lama tidak bertemu Sofia, nampaknya mereka juga sudah sangat rindu hingga sepertinya belum mau berpisah ketika Hanif hendak mengajak putrinya untuk pulang. "Menginaplah, Bang, mereka sudah lama tidak bertemu biarkan lebih puas bermain dulu." Tristan juga menawarkan kamar tamu yang dekat dengan kamar putranya di lantai dua, karena Al juga merengek ingin tidur bersama bang Hanif. Dulu Kimmy memang sering membiarkan putranya menginap di tempat Bang Hanif jika dirinya sedang bepergian untuk pekerjaannya. Meski bukan darah dagingnya sendiri tapi Hanif tetap menyayangi Al seperti putranya dan bocah laki-laki itu juga sudah biasa bermanja-manja padanya sejak bayi. Bang Hanif akhirnya setuju untuk kembali ke hotelnya beso
Menjelang akhir musim semi udara malam terasa semakin hangat, bercinta bisa menjadi kegiatan yang semakin menyenangkan karena mereka tidak perlu merasa khawatir bakal menggigil kedinginan meskipun tidur tanpa pakaian sampai pagi. Tristan sengaja membuka semua pintu balkon dan membiarkan udara malam ikut masuk menemani mereka berdua bergelung dalam gairah. Kimmy sudah terasa begitu lembut dan manis, menyambut dengan antusias setiap sentuhannya dengan begitu menyenangkan. Lenguhan rendahnya terlalu menggoda untuk di abaikan, Tristan tahu di mana wanita itu paling suka untuk di sentuh dan di manjakan. Tristan kembali menekan pinggul Kimmy yang sedikit terangkat karena sama-sama sedang tidak sabar ingin segera diselesaikan."Sabar, Sayang." Tristan baru saja hendak memasukinya ketika tiba-tiba Kimmy menjentikkan jari menyuruhnya untuk berhenti.
Sudah hampir tengah malam ketika hujan akhirnya reda, Kimmy dan Tristan sampai harus mengendap-ngendap masuk kerumah mereka sediri seperti pencuri yang takut tertangkap basah. Tristan membawa Kimmy melewati tangga putar dari samping menara ruang kerja kakeknya. Dari situ ada lorong sempit yang akan berujung pada pintu darurat dari kamarnya. Bahkan Kimmy sendiri tidak tahu jika ada pintu keluar lain dari kamar mereka. Karena jarang di lewati jadi lorongnya gelap tanpa penerangan dan agak berdebu. Belum apa-apa Kimmy sudah terbersin-bersin dan membuat Tristan menciumnya kemudian tertawa."Jangan berisik nanti kita ketahuan" seolah mereka berdua benar-benar remaja nakal yang sedang menyusup keluar dari kamar.Kimmy terbersin lagi dan Tristan menciumnya sekali lagi sebelum buru -buru menarik Kimmy melewati lorong.
"Siapa Arneta Seymour?" tanya Tristan pada Philippe yang baru duduk di depannya. "Maaf Tuan, apa maksud Anda?" Kelihatanya Phillippe langsung panik dengan pertanyaan mengejutkan tersebut, apa lagi dengan cara Tristan menatapnya kali ini. Mereka sedang berada di ruang kerja tuan Murai yang pastinya Tristan juga tidak sedang main-main sampai sengaja memanggilnya kemari. "Wanita yang dimakamkan tepat di sebelah kakekku." "Dia putri Sharlote," gugup Phillippe. "Apa hubungannya dengan kakekku?" Tristan tidak bodoh dan tahu jika kakeknya tidak akan menempatkan orang sembarangan di sebelahnya. Philippe merasa jika dirinya semak
Sudah lewat tengah hari ketika mereka semua tiba di Tuscany dan langsung menuju rumah keluarga Murai. Kedua orangtua Kimmy sepertinya juga nampak terkagum-kagum dengan keindahan perbukitan dan ladang-ladang anggur yang mereka lihat di sepanjang perjalanan tadi. Al juga tidak berhenti berceloteh sendiri sambil bernyanyi-nyanyi riang. Kimmy lega karena putranya tidak rewel, karena ini merupakan perjalanan jauh pertama baginya."Nanti akan kuajak berkeliling perkebunan dan gudang anggur," bisik Tristan pada putranya yang mengintip dari jendela.Tristan memiliki warisan perkebunan yang sangat luas dan sebuah rumah penghasil anggur ternama yang sekarang di kelola oleh beberapa teman kepercayaan kakeknya. Karena Tristan sendiri sudah tidak memiliki waktu untuk mengurus semua itu.Begitu mereka sampai para pengurus rumah berbaris menyambut mereka di halaman. Tristan memperkenalkan mereka satu-persatu karena sudah menganggap mereka semua layaknya keluarga. BibiSha
Hari masih pagi ketika keributan kembali terjadi. Philippe datang ke rumah Kimmy bersama seorang pria bersetelan rapi yang katanya petugas KUA. Baru kemarin Tristan membahas perkara pernikahan dan tentu saja Kimmy tidak menyangka Tristan serius dengan ucapannya tentang menyuruh Philippe."Tristan ini pernikahan kenapa kau tidak bicara dulu denganku?" protes Kimmy."Sepertinya aku sudah bicara padamu kemari."Kimmy langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Ya, tapi..." tiba-tiba Kimmy jadi tidak bisa melanjutkan kata-katanya sangking keterlaluannya pria itu.Umumnya orang memang akan ribet jika membahas pernikahan tidak seperti Tristan Murai yang cuma hanya seperti sekedar membahas liburan di akhir pekan. Tapi masalahnya dari dul
Tidak biasanya Kimmy pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Ibu Kimmy masih berdiri di tengah pintu menyaksikan putrinya pulang bersama Tristan yang sedang menggendong cucu laki-lakinya.Tristan menurunkan Al dari gendongannya untuk menghampiri ibu Kimmy dan memeluknya lebih dulu karena ternyata Tristan juga rindu dengan seorang ibu.Sebelumnya Kimmy juga sudah menceritakan semuanya pada Tristan termasuk mengenai orang tuanya yang juga sudah tahu mengenai Al sebagai darah dagingnya. Walaupun sebagai orang tua mereka tetap kecewa tapi mereka juga menghargai keputusan Kimmy dan percaya jika putri mereka akan bertanggung jawab dengan semua kesalahannya. Mereka hanya tidak menyangka jika Kimmy akan pulang dengan membawa Tristan bersamanya."Maafkan aku, Ibu."Ibu Kimmy hanya bisa balas memeluk pemuda itu dengan haru. "Setiap kali aku melihat cucuku rasanya aku juga bisa melihat dirimu ada di sana."Rasanya memang sudah lama sekali mereka tid
Sebenarnya Hanif tidak menyangka jika tiba-tiba Kimmy akan menciumnya lagi setelah sekian lama. Entah sudah berapa lama, walau ternyata ia sama sekali belum lupa seperti apa rasanya. Bibir Kimmy masih semanis yang ia ingat dulu, dulu sekali saat mereka sering seperti ini, mencuri waktu untuk sekedar berdua. Hanif juga suka menyenangkannya karena Kimmy adalah tipe gadis yang suka penasaran dengan hal baru dan tidak pernah gentar untuk mencoba walaupun kadang agak sembrono untuk menggodanya sebagai seorang pria. Tapi Hanif yakin sekarang Kimmy sudah lebih dewasa untuk tidak bertindak impulsif seperti dulu lagi. Karena itu walaupun kemarin saat mereka tinggal bersama pun sebenarnya Hanif tidak berani membayangkannya. Kadang dia hanya miris tiap kali melihat kamar yang telah mereka siapkan berdua harus terkunci rapat meskipun setiap hari mereka tinggal bersama.Jujur saja Hanif juga sempat terbawa suasana dan menanggapi ciuman Kimmy walau dia tahu jika sebenarnya wanita itu hanya
Setelah Pamela pergi rasanya Tristan masih saja merasa sangat bersalah karena telah menyakiti wanita itu. Tristan memang tidak bisa mencegah dirinya untuk tetap menginginkan Kimmy meskipun dia tahu seharusnya ia tidak boleh seperti itu.Kesehatan Pam memang mulai menurun sejak Tristan semakin acuh dan sibuk dengan perasaannya sendiri. Padahal mereka sudah berjanji untuk selalu bersama dan tidak akan membiarkan siapapun berada di antara mereka.Tristan sadar jika dirinya sendirilah yang telah menjadi pengkhianatnya. Walaupun sebelumnya Tristan juga biasa tidur dengan banyak wanita tapi dirinya mengakui jika tidak pernah ada yang ia tempatkan di dalam hatinya seperti Kimmy. Dan di situlah letak pengkhianatan yang diakuinya. Penghianatan yang tidak dapat dia cegah ataupun ia tolak. Mungkin jadi inilah karmanya sekarang. S