Tristan sudah memperhatikan Kimmy sejak pertama kali gadis itu di bawa masuk ke dalam barnya dengan belahan gaun merah menggoda dan jemari yang tidak pernah lepas dari genggaman erat kekasihnya.
Tristan menyukai wanita itu dan harus mendapatkannya. Memang hanya Tristan yang tahu apa alasannya, atau jangan -jangan selama ini dia sendiri juga tidak menyadari keinginannya sendiri.
Tristan masih berusian tujuh belas tahun ketika salah seorang teman wanita ayahnya menyusup masuk ke kamarnya. Seorang wanita muda yang kira-kira seumuran Kimmy sekarang, dengan rambut gelap dan kulit eksotik yang indah. Tristan masih setengah tertidur ketika wanita itu tiba-tiba sudah menyentuhnya. Awalnya Tristan hanya terkejut, karena walaupun ia sudah biasa menyaksikan ayahnya mergumul dengan banyak wanita. Tapi Tristan sendiri memang belum pernah disentuh
Akhirnya Tristan membawa Kimmy pulang ke rumah keluarganya, dan Kimmy sepertinya juga menyukai semuanya. Kimmy suka dengan rumah tiga lantai dengan disain klasik tersebut, dari kejauhan saja sudah terlihat cantik seperti castel di atas bukit. Sama seperti kebanyakan bangunan di tempat ini, dinding luarnya terbuat dari batu bata coklat yang tidak di plester dan seperti dibiarkan alami seperti itu tapi nampak elok dengan tanaman rambat yang daunnya juga sedang menguning. Ada pekarangan yang sangat luas karena rumah tersebut memang agak terpisah dengan rumah-rumah penduduk. Walaupun agak sepi tapi nampak terawat, terlihat dari pagar-pagar tanaman yang di pangkas rapi bahkan bunga-bungan yang menempel di dinding pagar."Tristan, ada berapa orang di rumah ini?" tanya Kimmy masih agak heran karena rumah tersebut nampaknya memang terlalu besar jika hanya di huni satu keluarga.
Kimmy sempat duduk sebentar untuk memastikan apa ponselnya masih berfungsi. Setelah memasang baterainya yang sempat tercecer ia segera menghidupkannya lagi. Kimmy lega karena ternyata layarnya berhasil kembali menyala. Buru-buru dia keluar menyusul Tristan dan belum sempat membalas chat dari tunangannya. karena jujur saja Kimmy masih belum sempat berpikir dan tidak tahu harus membalas apa."Kemarilah, Kim."Tristan menarik Kimmy untuk menciumnya sebentar sebelum kemudian mengijinkan gadis itu duduk di kursinya sendiri."Kau mau teh atau kopi?" Tristan tahu Kimmy tidak minum anggur jadi tristan juga berusaha untuk tidak menyentuh minuman jenis itu ketika bersama Kimmy."Aku bisa minum kopi di pagi hari.""Biar kusuruh pelayan untuk membuatkannya untukmu." Tristan sudah hendak mengetik pesan di ponselnya saat Kimmy menghentikannya."Tidak usah aku bisa minun yang ini saja." Kimmy sudah meraih cangkir Tristan dan ikut meminumnya sedikit. Kemudi
Tristan benar-benar mengantarkan Kimmy sampai ke Singapore untuk menemui tunangannya."Maukah kau menemaniku minum sebentar?" tanya Tristan. "Hanya menemaniku, untuk yang terakhir.Kimmy tidak tahu kenapa rasanya bisa begitu sakit hanya dengan menatap Tristan. Kimmy mengangguk.Tristan menyuruh sopir yang menjemput mereka untuk langsung ke salah satu klub malam miliknya di kawasan Marina Bay Sands. Sebenarnya Kimmy juga baru tahu jika salah satu klub malam terbesar di Asi Tenggara itu adalah miliknya. Jujur saja Kimmy agak pusing jika harus masuk ke tempat hiburan seperti itu. Walaupun begitu banyak macam hiburan yang di sajika di klub malam tersebut, termasuk biang lala dan beberapa permainan dewasa yang agak luar biasa untuk berada di dalan sebuah klub malam, tapi tetap saja tidak pernah cocok dengan gaya Kimmy yang memang lebih suka suasana tenang. Dia lebih suka suasana seperti minum berdua di balkon atau di sofa ruang keluarga yang hangat. Dunia Tristan mem
Hanif yang akhirnya mengantarkan Kimmy pulang ke Indonesia dan sekaligus kembali menemui kedua orangtua Kimmy. Hanif bercerita jika setelah menikah nanti dia juga akan keluar dari perusahaan dan akan mulai merintis miliknya sendiri. Dia meminta doa dari kedua orang tua Kimmy dan meminta ijin untuk mengajak putri mereka berjuang bersama merintis dari awal.Hanif memang bukan anak yang terlahir dari keluarga kaya raya seperti Tristan Murai, tapi dia adalah pria yang gigih. Karena itu Kimmy selalu percaya dan yakin jika Hanif akan tetap sukses di manapun ia berada. Jika pria seperti itu mengharapkan dukungan darinya, tentu bertapa sangat beruntung dirinya sekarang."Kuharap kau tidak keberatan?" kata Hanif setelah mereka hanya berdua."Kadang aku masih merasa tidak pantas mend
"Buatkan aku minuman seperti yang diminum Tristan!" perintah Kimmy pada Bartender muda di depannya.Sepertinya pemuda itu masih terkejut mendapati kedatangan Kimmy yang hanya seorang diri. Tapi dia masih ingat jika wanita itu adalah wanita yang kemarin datang bersama Tristan Murai. Wanita cantik bergaun merah yang terlalu disayangkan untuk datang seorang diri ke dalam bar.Kimmy sendiri juga tidak mengerti bagaimana dirinya tiba-tiba bisa berada di tempat itu. Sebenarnya Kimmy tidak pernah tahu seperti apa rasanya minuman berbuih aneh itu tapi Kimmy memang sedang tidak perduli. Mungkin dia hanya sedang ingin melupakan semuanya. Kimmy baru tahu jika sebuah sakit hati bisa membuat seseorang ingin hilang ingatan, mungkin seperti ini juga yang di alami Tristan kemarin ketika hilang ingatan."Buatkan semua yang biasa di minum Tristan!"Bartender itu mendongak untuk memperhatikannya sebentar sebelum kemudian mengangguk dan melanjutkan kegiatannya. Pemuda itu me
Pagi harinya Kimmy bangun dengan sakit kepala yang luar biasa. Kimmy mulai menggeliat sambil mengeluh mencengkram kepalanya yang seperti ditindih beton."Minumlah dulu agar kau bisa bangun."Kimmy masih tidak terlalu memperhatikan siapa yang sudah menyodorkan kapsul dan air mineral. Kimmy hanya langsung meminumnya dengan patuh karena cuma ingin rasa berdenyut-denyut di kepalanya segera lenyap. Dia coba memejamkan matanya sejenak dan baru setelah itu ia sadar jika Tristan Murai yang sedang duduk di depannya. Sepertinya pria itu baru mandi karena rambut di kepalanya masih basah dan juga masih mengenakan jubah mandi. "Bagaimana aku bisa berada di sini?" tanya Kimmy sambil melihat ke sekeliling, dia langsung tahu jika mereka sedang berada di kamar hotel.
Kimmy sedang duduk di sofa ruang tengah apartemen tunangannya, masih dengan mengenakan jubah mandi. Karena memang hanya benda itu yang dia temukan untuk membungkus tubuhnya dan kabur dari hotel mengunakan taksi. Kimmy memiliki akses untuk masuk ke apartemen tersebut dan saat dia datang tempat itu sedang sepi. Hanya ada kaus kaki anak perempuan dan topi bulu kuda poni yang masih tergeletak di sofa. Kimmy sengaja menunggu, entah untuk apa jika sebenarnya dia sudah tahu jika hanya akan membuat dirinya marah. Perasaannya sedang campur aduk dan tidak bisa ditata lagi.Setelah menunggu hampir satu jam akhirnya Hanif datang. Kimmy melihat bang Hanif sangat terkejut ketika melihatnya. Sepertinya mereka tadi memang tidak sadar jika ada Kimmy yang sedang menunggu karena itu mereka masih terdengar bercanda ketika baru membuka pintu.Mereka datang bertiga, terlihat manis seperti keluarga sempurna yang baru pulang dari pantai mengajak putrinya bermain pasir. Kimmy melihat mer
Hanif sedang dalam perjalanan kembali dari Bandung setelah mengantar adik laki-lakinya kembali ke asrama. Sebenarnya Hanif tidak menyangka jika bakal bertemu dengan Kimmy. Entah kebetulan atau takdir ketika dia tidak sengaja melihat Kimmy yang sedang duduk di ruang tunggu stasiun yang sedang agak sepi karena kereta jurusan Jakarta yang baru saja berangkat. Hanif pun sebenarnya juga baru saja ketinggalan kereta dan terpaksa harus menunggu kereta selanjutnya.Rasanya memang masih agak ajaib dan mengejutkan karena wanita yang samar-samar Hanif kenali dari kejauhan tadi ternyata memang benar-benar Kimmy. Gadis itu terlihat buruk seperti sedang menangis, karena walaupun sambil menunduk Hanif tahu jika Kimmy beberapa kali mengusap air matanya. Terakhir mereka berkomunikasi adalah seminggu yang lalu saat Kimmy memutuskan pertunangan mereka melalui panggilan telpon. Hanif sengaja pulang un
Hanif, Kimmy, dan Tristan duduk di beranda sambil menyaksikan anak-anak yang sibuk bermain dengan kuda poni. Al juga sudah lama tidak bertemu Sofia, nampaknya mereka juga sudah sangat rindu hingga sepertinya belum mau berpisah ketika Hanif hendak mengajak putrinya untuk pulang. "Menginaplah, Bang, mereka sudah lama tidak bertemu biarkan lebih puas bermain dulu." Tristan juga menawarkan kamar tamu yang dekat dengan kamar putranya di lantai dua, karena Al juga merengek ingin tidur bersama bang Hanif. Dulu Kimmy memang sering membiarkan putranya menginap di tempat Bang Hanif jika dirinya sedang bepergian untuk pekerjaannya. Meski bukan darah dagingnya sendiri tapi Hanif tetap menyayangi Al seperti putranya dan bocah laki-laki itu juga sudah biasa bermanja-manja padanya sejak bayi. Bang Hanif akhirnya setuju untuk kembali ke hotelnya beso
Menjelang akhir musim semi udara malam terasa semakin hangat, bercinta bisa menjadi kegiatan yang semakin menyenangkan karena mereka tidak perlu merasa khawatir bakal menggigil kedinginan meskipun tidur tanpa pakaian sampai pagi. Tristan sengaja membuka semua pintu balkon dan membiarkan udara malam ikut masuk menemani mereka berdua bergelung dalam gairah. Kimmy sudah terasa begitu lembut dan manis, menyambut dengan antusias setiap sentuhannya dengan begitu menyenangkan. Lenguhan rendahnya terlalu menggoda untuk di abaikan, Tristan tahu di mana wanita itu paling suka untuk di sentuh dan di manjakan. Tristan kembali menekan pinggul Kimmy yang sedikit terangkat karena sama-sama sedang tidak sabar ingin segera diselesaikan."Sabar, Sayang." Tristan baru saja hendak memasukinya ketika tiba-tiba Kimmy menjentikkan jari menyuruhnya untuk berhenti.
Sudah hampir tengah malam ketika hujan akhirnya reda, Kimmy dan Tristan sampai harus mengendap-ngendap masuk kerumah mereka sediri seperti pencuri yang takut tertangkap basah. Tristan membawa Kimmy melewati tangga putar dari samping menara ruang kerja kakeknya. Dari situ ada lorong sempit yang akan berujung pada pintu darurat dari kamarnya. Bahkan Kimmy sendiri tidak tahu jika ada pintu keluar lain dari kamar mereka. Karena jarang di lewati jadi lorongnya gelap tanpa penerangan dan agak berdebu. Belum apa-apa Kimmy sudah terbersin-bersin dan membuat Tristan menciumnya kemudian tertawa."Jangan berisik nanti kita ketahuan" seolah mereka berdua benar-benar remaja nakal yang sedang menyusup keluar dari kamar.Kimmy terbersin lagi dan Tristan menciumnya sekali lagi sebelum buru -buru menarik Kimmy melewati lorong.
"Siapa Arneta Seymour?" tanya Tristan pada Philippe yang baru duduk di depannya. "Maaf Tuan, apa maksud Anda?" Kelihatanya Phillippe langsung panik dengan pertanyaan mengejutkan tersebut, apa lagi dengan cara Tristan menatapnya kali ini. Mereka sedang berada di ruang kerja tuan Murai yang pastinya Tristan juga tidak sedang main-main sampai sengaja memanggilnya kemari. "Wanita yang dimakamkan tepat di sebelah kakekku." "Dia putri Sharlote," gugup Phillippe. "Apa hubungannya dengan kakekku?" Tristan tidak bodoh dan tahu jika kakeknya tidak akan menempatkan orang sembarangan di sebelahnya. Philippe merasa jika dirinya semak
Sudah lewat tengah hari ketika mereka semua tiba di Tuscany dan langsung menuju rumah keluarga Murai. Kedua orangtua Kimmy sepertinya juga nampak terkagum-kagum dengan keindahan perbukitan dan ladang-ladang anggur yang mereka lihat di sepanjang perjalanan tadi. Al juga tidak berhenti berceloteh sendiri sambil bernyanyi-nyanyi riang. Kimmy lega karena putranya tidak rewel, karena ini merupakan perjalanan jauh pertama baginya."Nanti akan kuajak berkeliling perkebunan dan gudang anggur," bisik Tristan pada putranya yang mengintip dari jendela.Tristan memiliki warisan perkebunan yang sangat luas dan sebuah rumah penghasil anggur ternama yang sekarang di kelola oleh beberapa teman kepercayaan kakeknya. Karena Tristan sendiri sudah tidak memiliki waktu untuk mengurus semua itu.Begitu mereka sampai para pengurus rumah berbaris menyambut mereka di halaman. Tristan memperkenalkan mereka satu-persatu karena sudah menganggap mereka semua layaknya keluarga. BibiSha
Hari masih pagi ketika keributan kembali terjadi. Philippe datang ke rumah Kimmy bersama seorang pria bersetelan rapi yang katanya petugas KUA. Baru kemarin Tristan membahas perkara pernikahan dan tentu saja Kimmy tidak menyangka Tristan serius dengan ucapannya tentang menyuruh Philippe."Tristan ini pernikahan kenapa kau tidak bicara dulu denganku?" protes Kimmy."Sepertinya aku sudah bicara padamu kemari."Kimmy langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Ya, tapi..." tiba-tiba Kimmy jadi tidak bisa melanjutkan kata-katanya sangking keterlaluannya pria itu.Umumnya orang memang akan ribet jika membahas pernikahan tidak seperti Tristan Murai yang cuma hanya seperti sekedar membahas liburan di akhir pekan. Tapi masalahnya dari dul
Tidak biasanya Kimmy pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Ibu Kimmy masih berdiri di tengah pintu menyaksikan putrinya pulang bersama Tristan yang sedang menggendong cucu laki-lakinya.Tristan menurunkan Al dari gendongannya untuk menghampiri ibu Kimmy dan memeluknya lebih dulu karena ternyata Tristan juga rindu dengan seorang ibu.Sebelumnya Kimmy juga sudah menceritakan semuanya pada Tristan termasuk mengenai orang tuanya yang juga sudah tahu mengenai Al sebagai darah dagingnya. Walaupun sebagai orang tua mereka tetap kecewa tapi mereka juga menghargai keputusan Kimmy dan percaya jika putri mereka akan bertanggung jawab dengan semua kesalahannya. Mereka hanya tidak menyangka jika Kimmy akan pulang dengan membawa Tristan bersamanya."Maafkan aku, Ibu."Ibu Kimmy hanya bisa balas memeluk pemuda itu dengan haru. "Setiap kali aku melihat cucuku rasanya aku juga bisa melihat dirimu ada di sana."Rasanya memang sudah lama sekali mereka tid
Sebenarnya Hanif tidak menyangka jika tiba-tiba Kimmy akan menciumnya lagi setelah sekian lama. Entah sudah berapa lama, walau ternyata ia sama sekali belum lupa seperti apa rasanya. Bibir Kimmy masih semanis yang ia ingat dulu, dulu sekali saat mereka sering seperti ini, mencuri waktu untuk sekedar berdua. Hanif juga suka menyenangkannya karena Kimmy adalah tipe gadis yang suka penasaran dengan hal baru dan tidak pernah gentar untuk mencoba walaupun kadang agak sembrono untuk menggodanya sebagai seorang pria. Tapi Hanif yakin sekarang Kimmy sudah lebih dewasa untuk tidak bertindak impulsif seperti dulu lagi. Karena itu walaupun kemarin saat mereka tinggal bersama pun sebenarnya Hanif tidak berani membayangkannya. Kadang dia hanya miris tiap kali melihat kamar yang telah mereka siapkan berdua harus terkunci rapat meskipun setiap hari mereka tinggal bersama.Jujur saja Hanif juga sempat terbawa suasana dan menanggapi ciuman Kimmy walau dia tahu jika sebenarnya wanita itu hanya
Setelah Pamela pergi rasanya Tristan masih saja merasa sangat bersalah karena telah menyakiti wanita itu. Tristan memang tidak bisa mencegah dirinya untuk tetap menginginkan Kimmy meskipun dia tahu seharusnya ia tidak boleh seperti itu.Kesehatan Pam memang mulai menurun sejak Tristan semakin acuh dan sibuk dengan perasaannya sendiri. Padahal mereka sudah berjanji untuk selalu bersama dan tidak akan membiarkan siapapun berada di antara mereka.Tristan sadar jika dirinya sendirilah yang telah menjadi pengkhianatnya. Walaupun sebelumnya Tristan juga biasa tidur dengan banyak wanita tapi dirinya mengakui jika tidak pernah ada yang ia tempatkan di dalam hatinya seperti Kimmy. Dan di situlah letak pengkhianatan yang diakuinya. Penghianatan yang tidak dapat dia cegah ataupun ia tolak. Mungkin jadi inilah karmanya sekarang. S