(MENGANDUNG MUATAN DEWASA) ____Setelah mengantarkan sang istri ke lokasi syuting Auden kembali untuk mengerjai sang pembantu. Bukan, kalian terlalu berpikir jauh. Sebagai rasa tanggung jawab pada gadis bodoh itu dia akan mengantarkan Ayla ke dokter untuk meminta obat pereda mual, gadis itu tak boleh terus-terusan muntah setiap hari yang membuat Sandra curiga. Ayla sedang berada di dapur mengemas dan membersihkan makanan untuk satu minggu ke depan, dia sedang memikirkan akan membuat menu apa untuk makan siang. Auden hanya melihat dari kejauhan tubuh mungil itu mondar-mandir di dapur. Terkadang rasa bencinya pada gadis bodoh itu memuncak tanpa sebab, gadis itu hadir untuk menghancurkan pernikahan indahnya bersama Sandra. Saat melihat tatapan polos dan juga bloon yang gadis itu tunjukan membuatnya sadar jika dia tidak bersalah, tapi dirinya yang menyeret si pembantu dalam pusaran masalah. "Masih mual?" Suara Auden tiba-tiba yang mengejutkannya membuat pegangan di tangannya terjatu
Ayla seolah tak punya hak untuk marah, hanya bisa menahan semua emosi yang bergejolak dan menelannya, sepahait apa pun itu. Tahu harga dirinya hanya sebatas keset kaki di mata Auden dia tak bisa marah saat pria itu sudah memerintahnya membuat salad buah. Auden bersikap seolah tak terjadi apa-apa, padahal Ayla sudah telanjang bulat dan begitu pasrah agar tubuhnya dimiliki pun langsung tak minat. Ya, harusnya dia sadar jika tubuhnya kurus kering seperti ranting berjalan, dibandingkan dengan tubuh Sandra yang semuanya dirawat. Gadis itu menggigit bibirnya menyadari apa yang dia lakukan. Ayla sedang mengupas buah pear sedangkan Auden mencuci anggur. Gadis itu juga penasaran apa yang pria ini pikirkan soal penemuan nomor Ivo. Walau masih merasa terluka tapi dia tak terlalu takut seperti sebelumnya, bahkan kali ini dia merasa nyaman? Mengintip malu-malu melalui bulu mata lentiknya pria matang di sampingnya yang sangat sempurna, tapi juga sangat brengsek di saat bersamaan. "Sebenarnya
"Apa yang kalian lakukan?" murka Sandra menatap berang pada kedua manusia yang telah basah.Ayla hanya bisa menunduk dengan perasaan bersalah yang menguasai dadanya. Hanya memainkan jari-jari kakinya di bawah, tak sanggup membayangkan lebih jauh jika semua rahasia yang telah disimpan rapat akan terkuak."Tidak ada apa-apa, Sayang. Ayo, mandi. Bajuku basah semua.""Tak biasanya kamu cuci mobil di rumah, biasanya selalu di car wash." Sandra masih tak puas hati dengan jawaban yang diberikan sang suami, tapi Auden sudah memeluk pinggang sang istri posesif sambil mencium rambutnya wangi, lembut dan terawat tersebut."Kenapa pulang cepat?" tanya Auden berbisik dan terus mengendus-endus leher sang istri, sangat merindukan istrinya juga perasaan bersalah yang bersarang di hatinya. Bagaimanapun Sandra tidak boleh tahu apa yang terjadi, sampai kapanpun. Auden rela menukar nyawanya demi sang istri.Ayla hanya menatap dari kejauhan dua majikannya masuk dalam ruangan kembali bersikap mesra dan ter
Delisha mengundang Ayla untuk menginap di rumahnya. Sandra mengizinkan karena wanita itu sedang syuting di luar kota selama beberapa hari. Sebenarnya Ayla merasa tak enak hati, tapi memikirkan jika hanya menghabiskan waktu bersama Auden lebih baik dia menghindar. Delisha sudah menunjuk sebuah kamar kosong untuknya. Sang gadis masuk ke dalam kamar untuk meletakkan pakaian miliknya, bahkan Delisha memaksa untuk membawa pakaian satu koper karena Ayla akan menginap selama tiga hari. Kamarnya rapi dan terlihat sudah lama tidak ditinggali, terlihat seperti kamar bujang. Ayla merebahkan tubuh sebentar karena merasa lelah, gadis itu menutup mata bertanya-tanya hidup seperti apa yang sedang dia jalani ini. Ketukan di pintu kembali menyadarkannya, bergegas bangkit dari ranjang dan berjalan membuka pintu. "Ayo, minum teh bersama," ajak Delisha. Ayla selalu merasa tak enak hati pada wanita cantik ini, dia begitu baik. Tidak hanya rupanya yang seperti malaikat, tapi hatinya juga seperti mal
"T-tuan." Ayla berujar gugup. Masih kesulitan bernapas tapi Auden seolah tak memberi ruang padanya. Pelukan itu kian mengetat."Panggil Paduka.""P-Paduka." Panggilan penuh keraguan tapi juga terdengar polos di saat bersamaan membuat Auden berkali-kali harus mengumpat.Ayla tahu seharusnya ini tak terjadi pose intim seperti ini, gadis itu menggigit bibir kuat tak bisa membayangkan perasaan Sandra. Sebagai sesama perempuan Ayla seperti bisa merasakan kehancuran sang majikan wanita. Pada akhirnya dia tetap salah, jadi perusak rumah tangga orang lain.Saat Auden melonggarkan sedikit pelukan itu Ayla mendongak, mengagumi ketampanan sang majikan. Jika anak mereka laki-laki akan tampan seperti ayahnya?Dengan cepat Ayla menggeleng, mengenyah segala pikiran aneh yang terlintas di kepalanya.Keduanya terdiam keadaan mendadak sunyi, hanya mendengar suara degupan jantung yang bertalu-talu.Saling menatap seolah menyampaikan resah dan kesah. Auden menunduk. Menahan degupan jantung yang hampir co
Ayla hanya menatap polos pada sang majikan yang sedang menggendong tubuhnya menuju kamar. Masih dengan gemas Auden memukul bokong Ayla berkali-kali membuat gadis itu menggigit bibir kuat. Tentu saja dia tidak akan berani protes, dan akan menerima apa saja hukuman yang Auden beri padanya. Membuka pintu dengan kakinya dan kembali menutup, dengan sedikit kasar Auden meletakkan Ayla di atas ranjang. "Kamu harus dihukum!" desis Auden. Sejujurnya dia menikmati semua kebersamaan ini, tapi tahu semuanya hanya semu. Ayla seolah sedang mencuri milik orang, dan dia harus bersembunyi dari ketakutan jangan sampai ketahuan. Menelan ludahnya dengan susah payah Ayla masih menatap sang majikan yang menatapnya dengan tatapan yang menggelap karena gairah.Ayla teringat wajah cantik sang majikan wanita yang akan kecewa luar biasa tahu kenyataan ini. Suamimu menghamili pembantu sendiri, apa tidak ada berita yang lebih menyakitkan dari ini? Gadis itu bisa memposisikan dirinya jadi wanita yang tersakit
"Apa tidak ada sarapan?" keluh Ayla jengkel karena Auden terus mengurung dirinya di dalam kamar, dan pria itu seolah tidak pernah puas. Sial! "Memakan tubuhmu lebih nikmat dan bikin kenyang," jawab Auden yang membuat Ayla memasang wajah datar. "Ayo, mandi."Dengan cepat Auden menyeret tubuhnya menuju kamar mandi, membuka perlahan satu persatu pakaian sang pembantu. Ayla hanya berdiri kaku sambil menutupi area private miliknya, karena malu. "Aku sudah lihat semua, apa lagi yang kamu tutupi?" Pertanyaan Auden membuat wajah Ayla kian memerah, gadis itu hanya menggeleng sambil menggigit bibir. "Berbalik!" perintah Auden. Dengan telaten pria itu menyabuni tubuh sang pembantu yang membuat seluruh tubuh Ayla merinding luar biasa, setiap sentuhan lembut di kulitnya kembali membuat gejolak aneh yang membuatnya menggigit bibir kuat. Saat Ayla berbalik seluruh wajah Ayla kian memerah saat melihat tubuh telanjang sang majikan, dengan susah payah dia menelan ludah kasar. "Cepat berbalik!" ge
Lihatlah apa yang terjadi sekarang, tadi pagi laki-laki ini masih mencolok tubuhnya dan sekarang dia sudah bermesraan bersama istrinya. Ayla sedang mengupas buah untuk dua pasangan yang saling bucin ini. Sebenarnya dia sangat suka melihat kedua majikan bermesraan yang menandakan jika cinta keduanya masih tumbuh dan terus tumbuh. Sebagai seorang publik figur yang mengedepankan fisik, Sandra selalu menjaga pola makan. Buah adalah yang paling penting di saat ingin ngemil, tak ada makanan manis, apalagi minuman kekinian. "Mi Amor, aku capek bangat," keluh Sandra pada sang suami. "Nanti dapat pijitan manja," jawab Auden sambil mengecup kedua bahu istri bergantian. Menghirup aroma tubuh wanita jadi energi buat dirinya sendiri. Ayla dengan cepat memalingkan wajahnya. Entahlah dia tak mengerti hidup apa yang sedang dijalani sekarang. Kenapa dia harus terjebak pada lingkaran sial ini! Wanita muda itu menunduk dan melihat gundukan rata di perutnya. Ayla kasihan pada bayi di perutnya tidak
"Semoga Edde suka." Ayla tersenyum sembari memeluk sebuah boneka beruang kecil menggemaskan.Tak ada filosofi khusus tentang boneka itu, dia hanya ingin memberikannya. Auden telah punya segalanya, dan juga bukan wanita atau anak kecil yang butuh boneka, tapi Ayla hanya ingin memberinya.Hidup sial yang selalu dia rasakan dulu perlahan terberkati dengan kehidupannya sekarang, bahkan terkadang Ayla sampai lupa daratan jika kehidupan nyaman bersama Auden sekarang adalah merampas milik orang lain."Hanya dua jam, aku tidak bisa meninggalkan bayiku." Ayla terus berkata pada diri sendiri, sebenarnya dia tak bisa meninggalkan anak sebarang lima menit saja, tapi Delisha memaksa kali ini agar dia bisa menikmati waktu berduaan karena selama ini mereka terus fokus ke anak.Pipinya terus terangkat ke atas hingga terasa pegal sendiri karena terlalu banyak tersenyum, tapi Ayla bahagia. Dia bahagia dengan hidup yang dijalani sekarang."Terima kasih Heaven karena kehadiran kamu dan abang buat Emme ba
Suara tawa yang jernih itu membuat suasana hatinya ikut bahagia.Auden sedang menunggu Ayla yang rencananya ingin berkencan berdua tanpa anak sebagai hadiah karena sudah menjadi orang tua yang hebat untuk kedua anak mereka, terutama merawat Eden.Laki-laki itu masih menopang dagu sudah mengirim pesan untuk istri kecilnya, terus tersenyum gemas melihat Eden yang tumbuh menjadi bayi paling menggemaskan yang pernah dia tahu."Terima kasih Eden sudah menjadikan Edde proud dad," ujar Auden. Tak ada lagi yang dia kejar di dunia, sekarang fokusnya adalah pada keluarga kecilnya yang sudah lengkap.Hidupnya telah sempurna.Auden kembali memutar video interaksi Ayla dan Eden yang tertawa begitu merdu. Dia takkan bosan seumur hidup melihat video ini."Makhluk-makhluk menggemaskan," geleng Auden gemas.Terlalu sibuk dengan dunianya hingga laki-laki itu sadar sosok yang ditunggu tak kunjung datang dan dia menjemput ketakutan di depan mata.Kursi itu berderit seiring dengan gerakan sang empu yang b
"Cinta bisa memudar dan hilang, obsesi akan melekat selamanya. Porsi cinta Auden telah habis dan hanya tersisa aku di sini. Hanya aku," jelas Karel mengelilingi tubuh Sandra yang menangis tersedu-sedu karena dia tidak menyangka Auden sialan itu benar-benar sudah melupakannya, padahal mereka telah hidup bersama selama bertahun-tahun dan digantikan oleh orang baru secepat ini, mana hanya pembantu yang tidak akan pernah sebanding dengan dirinya.Saat mengangkat kepalanya lagi-lagi muka Karel. Muak sebenarnya, tapi ada satu titik di mana Sandra sadar jika hanya laki-laki ini yang akan terus menemani di saat-saat di terpuruk. Tapi tunggu! Dia terpuruk juga karena laki-laki sial ini."Lagian apa lagi yang kamu harapkan darinya? Melihatnya kamu akan terus mengingat pengkhianatan itu, apalagi melihat bukti nyata itu berkeliaran di sekitar. Melihat anak Auden tumbuh kamu akan terus tersiksa."Sandra kembali menunduk, semua penjelasan itu terasa masuk akal, tapi rasanya masih belum percaya jika
"Kok bisa-bisanya kau hamil lagi! Kau kan masih punya banyak adik dan mereka semua tanggung jawab kau!"Bukan kata sapaan yang menyenangkan, tapi selalu saja caci maki yang dia dapat.Ayla hanya terdiam saat ibunya melirik tak senang ke arah perutnya, dia harus ingat jika dirinya adalah generasi roti lapis yang harus menghidupi seluruh keluarga.Mana orang tuanya benar-benar tak punya otak dengan anak banyak dan bermain judi setiap saat.Auden mengetatkan rahangnya. Dasar orang miskin tak guna! Inilah orang miskin tak pernah bisa keluar dari kemiskinan.Mara yang melirik pada pria tampan tetap di samping Ayla dan wajahnya langsung berubah menjadi senyuman. Sumber uangnya datang, dari kejauhan pria ini sudah bau uang, jadi mereka tidak perlu ngutang sana-sini lagi karena kesusahan saat kalah bermain judi. Sebenarnya Ayla benar-benar tak enak hati pada Auden karena laki-laki ini tak punya tanggung jawab pada kelakuan orang tuanya. "Mana check? Mau Mama tukar ke bank biar bapakmu kelu
"Sabar, Edde sebentar sampai."Suara Auden terdengar panik di ujung telepon karena Ayla yang terus menangis saat menelponnya.Ayla menangis ketakutan seperti melihat monster menyeramkan yang siap memakan dirinya dan anak dalam perutnya.Saat Auden tiba Ayla meringkuk di kamar sembari memeluk perutnya melindungi bayi."You okay?" tanya Auden mengulurkan tangannya dan Ayla menerima dengan lemah sambil menggeleng."Emme takut, Edde kenapa lama?" ujar Ayla dengan tubuh gemetaran.Laki-laki itu membawa istri kecilnya dalam dekapannya dan menenangkan Ayla yang terus saja menggeleng dan terisak."Edde ada sedikit kerjaan dan sekarang Edde ada di sini," jelas Auden sembari mengecup kepala Ayla berkali-kali yang masih menangis ketakutan."Jangan pergi," lirih Ayla mencengkram kaos yang Auden kenakan.Dia takut! Benar-benar takut, padahal Ayla tidak pernah bersikap manja yang menjijikkan seperti ini, tapi saat radarnya mendeteksi keberadaan Auden dan laki-laki itu tidak ada, semua ketakutan dan
"HOW THE FUCK! AUDEN SIALAN ITU BENERAN BERUBAH. SUNGGUH MENJIJIKKAN DIA BISA TAKLUK SAMA PEMBANTU ITU. BENAR-BENAR DUNIA TERBALIK. LAKI-LAKI HINA, RENDAHAN, COCOKNYA SAMA PEMBANTU. MENJIJIKKAN!"Sandra masih misuh-misuh dengan perasaan berdarah-darah mendapati fakta selang beberapa bulan pembantu itu melahirkan dan sekarang hamil lagi. Kenapa hamilnya kayak model kejar tayang sinetron?Dia sungguh sakit hati dengan kenyataan ini. Kenyataan aneh bahwa laki-laki yang paling dia percaya di dunia ini, saling bucin, tumbuh bersama, dewasa bersama, hidup bersama mendadak jadi asing tersingkirkan oleh pembantu miskin yang hanya memasang wajah polos, tapi aslinya munafik.Sandra masih belum menerima kenyataan bahwa dia kalah dari seorang pembantu."Bagaimana mungkin Auden nafsu sama pembantu miskin, hina yang tidak menarik sama sekali?" Wanita itu menunduk merasa jijik dan merinding di seluruh tubuh."Dua-duanya sama-sama menjijikkan kayak binatang!"Menarik napas panjang dengan perasaan yan
Pagiku cerahku, matahari bersinar. Seharusnya suasana hati Ayla ikut cerah seperti matahari pagi, tapi wanita itu hanya terdiam berdiri dengan tubuh gemetaran. Sedikit banyak trauma itu masih membekas. Hamil! Satu kata berjuta makna. Hamil membawa trauma baginya, saat hamil pertama dia tidak menginginkan sama sekali karena diperkosa. Saat dia mulai membangun kepercayaan pada laki-laki yang menghamilinya Ayla pikir trauma itu akan hilang, nyatanya masih ada. Seharusnya dia senang, inilah yang dia tunggu-tunggu, tapi Ayla ketakutan sendiri saat melihat dua garis biru di testpack itu. "Bayiku masih bayi, bagaimana dengan Eden?" tanya Ayla dengan suara gemetaran, bagaimana ini? Apa yang harus dia lakukan? "Eden baru 3 bulan." Ayla masih gemetaran di tempat tak percaya jika dia benar-benar hamil! "Aku kan punya suami kenapa harus takut?" "Suami?" Ayla kaget mendengar suaranya, mengangkat kepala cepat sambil berkaca dan meralat kalimat tadi sambil menggeleng cepat. Tidak ada
Ayla terdiam menelan ludah kasar dengan dada yang terasa menyempit dan panas. Dia takut! Dulu, Ayla ingin berlari sejauh mungkin dari Auden, sekarang... Ayla telah menggantungkan hidupnya bersama laki-laki ini dan anak mereka. Tanpa sadar gendongan Ayla pada bayinya mengetat, mudah saja bagi Auden untuk kembali pada Sandra. Saat merasakan bokong bulat mungil Eden, Ayla kian ketakutan. Tak ada yang bisa dipercaya dan satu-satunya yang dia punya adalah anaknya. Auden merasa masih terlempar ke dunia mimpi. Memandangi Ayla yang menggendong Eden. Gadis ini hanya pembantu. Laki-laki itu kembali didaratkan pada kenyataan. Ayla telah memberinya seorang anak. Pandangan laki-laki itu menurun pada bayi Eden yang dalam gendongan ibunya. Kenapa dia harus bermimpi jika Eden sudah besar dan bersama Sandra? Apa maksud mimpi itu? Keadaan hening dan awkward tercipta. Saat teringat ucapan ibunya tentang menjaga perasaan Ayla yang sudah jadi ibu dari anaknya, Auden menghela napas. Ini sungguh aneh!
"Eden! Ayo, lempar bola ke Emme!" "No! Kita kan satu tim, Edde kan yang mengajarkan Eden untuk bermain bola!" "Ayo, Eden! Jangan dengarkan Emme!" Sang bocah hanya tertawa sembari menendang bola dengan kaki kecilnya dan terus tertawa. Auden berdiri berkacak pinggang sambil menarik napas panjang, karena tendangan itu menuju ke arah lawan, permainan bola kali ini bukan tentang bola mana yang masuk ke gawang dan menang, tapi kepada siapa Eden menendang bola yang menentukan siapa yang menjadi favorit Eden. "Terima kasih, Sayang. Emme jadi favorit Eden." Eden tertawa saat tubuhnya dipeluk dan dicium berkali-kali. "Aku menang, Mi Amor. Aku jadi favorit Eden. Wleeekk!" ejek Sandra. Auden menggeleng gemas dengan tingkah ibu dan anak yang tertawa, laki-laki itu tertawa dan mengejar kedua manusia kesayangan. Mereka sedang bermain di taman samping rumah yang sengaja ditanami rumput hijau agar menjadi tempat hiburan keluarga, entah bermain bola atau camping, atau kegiatan outdoor bersama Ed