Anjar lebih dulu meminta anak buahnya untuk segera sampai di sana. Hal itu dia lakukan karena lamanya perjalanan mereka sampai ke tempat itu. Keduanya takut jika Viona bergerak lebih cepat sehingga mereka akan kehilangan jejak Nayla lagi.Terjadi perkelahian di dalam rumah sakit itu. Tempat itu tidak layak dikatakan sebagai rumah sakit. Bangunan yang seperti rumah model Belanda itu memiliki banyak lorong dan beberapa kamar. Memang ada beberapa pasien, tetapi tidak sebanyak pada rumah sakit pada umumnya.Beberapa orang suruhan Anjar yang awalnya tidak diperkenankan masuk memilih tidak mengindahkan peringatan mereka. Para pria berpakaian serba hitam serta kacamata berwarna senada melenggang masuk, bergerak menuju ruangan Nayla. Sebelumnya, mereka telah berhasil mengalahkan penjaga depan, resepsionis, dan perawat lain yang ingin menghalangi langkahnya.Sesampainya tiba di lorong Nayla. Mereka segera berlari ketika melihat para ajudan Viona akan membawa paksa Nayla melalui pintu lain. Jum
Alvaro mendatangi sebuah gedung perkantoran, dia membuka pintu ruangan Alvin dengan kasar. Matanya menyiratkan sorot kebencian. Rahangnya mengeras menahan amarah dibarengi gigi yang gemeletuk. Tangannya mengepal kuat menampilkan otot-otot yang menonjol kebiruan.Alvin yang tidak siap seketika terkejut mendengar suara pintu yang berdebam keras. Dia segera menurunkan seorang wanita dengan penampilannya yang seksi dari atas pangkuannya.Matanya membeliak melihat kedatangan sang kakak tanpa raut wajah ramah. Dia tahu jika Alvaro tengah dikuasai amarah.“Tidak sopan!” seru Alvin atas perbuatan Alvaro.Tidak lama, sekertaris Alvin datang tergopoh menyusul Alvaro. Wanita dengan setelan blazer kerja itu menundukkan kepalanya karena merasa gagal menahan Alvaro. Terlebih, ketika mengingat kondisi Alvin yang sedang bersama wanita sewaan. Sekretaris itu tahu jika Alvin tidak ingin diganggu jika sedang bersama tamu-tamu sewaannya.“Maaf, Pak, saya sudah berusaha mencegah Pak Alvaro. Tetapi beliau
“Bagaimana semuanya?” Ada rasa senang sekaligus panik di wajah Alvaro.Pria itu datang dengan terburu-buru, bahkan saking merasa senangnya Alvaro hampir saja menabrak Anjar.Saat menelpon tadi, Anjar mengatakan jika Nayla mengalami kontraksi. Bayinya akan segera lahir, mengingat usia kandungan yang sudah memasuki bukannya.Wanita itu terus berteriak sembari mengeluhkan rasa sakit. Ada cairan bening mengalir dari bawah tubuhnya. Meski wanita itu sama-sama berada di rumah sakit, tetapi peralatan di sana tidak memadai untuk wanita hamil.Anjar segera meminta sopir keluarga Alvaro untuk menjemput Mbok Asih. Walaupun di rumah sakit akan banyak suster, tetapi peran orang tua lebih tau bagaimana mengurus bayi.“Semuanya baik-baik saja, Den. Alhamdulillah bayinya sehat,” jawab Mbok Asih yang kebetulan saat itu sudah berada di sana. Raut wajahnya pun terlihat bahagia.“Di mana … di mana jagoanku?”“Dia sedang dibersihkan Suster, Den. Si Mbok saja sudah tidak sabar ingin bertemu.”Raut wajah Al
Rumah keluarga Rayes semakin bertambah ramai sejak kehadiran bocah laki-laki yang saat ini berusia satu bulan. Ada saja aksi menggemaskan darinya yang semakin membuat semua orang menyayanginya.Alvaro yang kini tidak ingin lembur sampai pulang larut malam seperti sebelumnya. Pria itu lebih memilih pulang tepat waktu hanya ingin bermain dengan bocah berkulit putih yang dia berinama Keanu.Bukan hanya Alvaro yang merasa dengan atas kehadiran Keanu, orang tuanya yang saat ini masih berada di luar negeri pun sesekali menyempatkan menelpon via video hanya ingin melihat cucu yang mereka nantikan.“Mama sangat merindukan kalian. Mama ingin memeluk cucu mama yang menggemaskan itu,” pinta sang mama yang saat baru saja selesai menjalani terapi.“Mama cepat sembuh, biar bisa menggendong Keanu. Dia juga pasti merindukan Omanya,” balas Alvaro menghibur, “dia bertambah pintar, Ma. Udah bisa ngoceh, ngobrol sama Varo, sepertinya sebentar lagi akan Varo ajak main bola.”Sepasang Ibu dan anak itu kemb
Rumah keluarga Alvaro kembali ricuh. Mbok Asih sedari tadi masih berusaha menahan orang itu agar tidak naik ke lantai atas di mana ada baby Keanu di sana.Namun, pria itu tetap bersikeras ingin bertemu bayi Nayla. Setelah dirinya berhasil melawan para penjaga di depan kini dia dibuat riweh oleh Mbok Asih, wanita yang sudah dianggap sebagai Ibu kedua karena telah merawatnya sedari kecil.Ya, dia adalah Alvin. Setelah mengetahui jika Nayla sudah melahirkan, pria itu menjadi tidak sabar ingin bertemu anak laki-lakinya.Ada tujuan lain yang dia inginkan untuk mengambil hak asuh anak itu. Bukankah kata Alvaro Nayla sedang sakit? Orang yang sakit tidak boleh berdekatan dengan anak bayi, hal itu menjadi kesempatan penting untuk Alvin. Dia bisa mengambil bayi itu dengan leluasa.Bukan untuk sekadar merawat, dia bisa menjadikan bayi itu sebagai penerusnya sekaligus agar bisnisnya tetap aman di tanah Nayla karena tanah itu dihibahkan padanya. Alvin bisa mengelola usaha itu dengan bebas.Selain
Semua mata terkejut ketika melihat siapa orang yang berani memotong ucapan Alvin.Wanita itu berdiri dari kursi rodanya. Tatapan matanya tajam menghunus Alvin yang masih menggendong bayi dalam dekapannya. Perlahan dia menghampiri pria yang masih berstatus sebagai suaminya.Ada rasa berdebar dari Alvin ketika melihat Nayla berjalan ke arahnya. Bukan rasa cinta yang dia rasa. Sebab, Alvin tidak melihat sorot mata penuh damba dari wanita yang kini telah menjadi seorang Ibu.Raut wajahnya sungguh berbeda. Wanita itu tidak sama ketika masih bermanja padanya. Sorot matanya selalu teduh, sehingga enak untuk dipandang.Alvaro dengan sigap mengambil Keanu dari Alvin. Pria itu meminta pengasuh dan Mbok Asih untuk segera mengurus bayi itu yang sedari tadi menangis.“Seorang anak akan lebih aman tinggal bersama ibunya. Jangan menjadi seolah pahlawan untuk mengurusnya.” Ucapannya begitu tajam dan menyayat hati.Sungguh Alvin maupun Alvaro sampai tidak mengenali Nayla yang ada di depannya. Wanita y
Hari ini sinar matahari begitu cerah. Sisa hujan semalam membuat pagi ini terasa sejuk di area taman. Tanaman hias yang Nayla tanam perlahan mulai berbunga.Sejak wanita itu dinyatakan sembuh, dia kembali menjalani rutinitas seperti sebelumnya. Wajahnya kembali berseri ketika bermain dengan Keanu. Anak laki-lakinya itu semakin menggemaskan dengan bobot tubuhnya yang subur.“Kita makan dulu ya, Sayang. Bunda sudah buatkan menu sehat untuk Anak Ganteng pagi ini,” ucapnya penuh kasih.Nayla mulai mengambil mangkuk berisi bubur bayi yang telah dicampur olahan protein. Perlahan dia menyuapkan menu Mp-asi itu untuk Keanu.“Tuan Muda pasti akan semakin sehat jika ibunya perhatian seperti ini terus. Si Mbok seneng melihat Mbak Nayla sudah bisa melakukan aktivitas seperti sedia kala,” ucap Mbok Asih ketika menemani Nayla menyuapi Keanu. Wajahnya pun turut semringah melihat kebersamaan mereka.“Saya hanya melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban saya. Saya hanya ingin menebus semua rasa bersa
“Bagaimana, Dokter?” tanya Alvaro begitu melihat dokter itu kembali duduk.“Semuanya baik-baik saja, Pak. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”Nayla yang sedari tadi terbaring di atas ranjang rumah sakit, kini perlahan bangkit dan membenarkan kembali penampilannya.Ruangan dengan dominasi cat berwarna putih itu, selain memiliki banyak hiasan barang-barang mewah, serta piala si pemilik, di sana juga sudah menyatu dengan meja kerja dokter, sehingga Nayla tidak perlu berjalan jauh lagi untuk berganti ruangan.“Selagi Nyonya Nayla rutin meminum obat, beristirahat, serta aktif dalam berbagai kegiatan yan tidak membuat pikirannya kosong, semua akan baik-baik saja.” Dokter laki-laki itu beralih menatap Nayla yang sudah duduk di samping Alvaro.Tidak lama. Hanya sekitar satu jam Alvaro membawa Nayla melakukan konsultasi dengan psikiater ahli itu. Keduanya berpamitan setelah mendapat resep obat berikutnya untuk Nayla.“Aku ngga mau minum obat lagi, Kak. Bosen. Aku mau hidup seperti manusia pad