Hari berlalu. Seperti biasa Nayla bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Blazer berwarna abu tua serta celana dengan warna senada dia pilih sebagai busana kerja kali ini.Wanita yang memang telah memiliki kecantikan alami mematut diri di depan cermin hanya untuk membubuhkan riasan tipis yang tidak terlalu mencolok. Hal itu hanya untuk wajahnya agar terlihat semakin segar.Nayla terlonjak ketika sebuah tangan kekar melingkar di perutnya. Wajahnya refleks tersenyum, dia mengingat malam itu saat bersama Alvaro.“Selamat pagi cantikku, Sayang.” Ucapan Alvin membuyarkan lamunan Nayla. Perlahan senyum wanita itu sedikit memudar.“Mas, kamu sudah bangun?” tanya Nayla menutupi kecanggungan. Entah apa yang wanita itu pikirkan. Kenapa dia justru mengharapakan jika Alvaro yang akan melakukan hal manis pagi ini?“Sudah, dong, Sayang. Malahan Mas tidak kalah wanginya dengan tubuh candumu ini.” Alvin memuji sembari mencium puncak kepala sang istri. Dagunya masih setia bersandar di pundak Nayla.Menden
Nayla membeliak. Raut wajahnya berubah sangat terkejut. Alvaro cuti? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Nayla bergeming sembari hatinya terus meracau tentang kepergian Alvaro.“Emm …, apa kamu tahu kenapa dia cuti, Ras?" tanya Nayla canggung.Wanita yang sedang sibuk memilah beberapa dokumen itu menghentikan pekerjaannya. Dia menoleh ke arah Nayla sekilas.“Apa Bu Nayla tidak diberitahu soal ini? Kita ‘kan sama-sama sekertarisnya, Bu.” Nada bertanya Laras terdengar sangat terkejut. Sorot matanya memicing menatap Nayla.Nayla yang sedang duduk di kursinya mengembuskan napas pelan. Dia dorong sedikit kursi kerjanya ke belakang untuk melonggarkan jarak dengan meja. Jujur saja bila terlalu lama duduk tegak dia akan merasakan sesak, terutama di bagian perutnya.“Maka dari itu. Aku tidak tau akan rencana cuti dia, sebab dia tak memberitahuku,” pungkas Nayla.Terlihat wanita dengan rambut sebahu itu kembali melanjutkan pekerjaannya. Mulutnya membulat sembari kepalanya yang mengangguk.“Menurut em
Nayla merebahkan diri di atas ranjang. Wajahnya dia tenggelamkan pada sebuah bantal di atas wajahnya.Wajahnya terlihat sangat lelah sekali meski seharian tak ada pekerjaan berarti baginya.Air matanya telah lolos membanjiri pipi tanpa diminta. Hatinya merasa sedikit lega setelah menyampaikan semua yang menjadi beban di dalam dada. Namun, tetap saja dia tak bisa menahan Alvin agar tetap bersamanya. Suaminya itu sungguh sangat egois, lalu untuk apa dia dulu melamar kemudian menikahinya jika Nayla hanya menjadi istri pajangan saja. Seorang istri yang hanya untuk melengkapi status Alvaro pada kartu identitasnya.Di saat kesedihan melanda seperti ini. Wanita cantik yang masih lengkap dengan pakaian kantor yang melekat pada tubuhnya itu biasanya akan melampiaskan kekesalannya kepada Alvaro. Entah dia akan memarahi tanpa sebab pria itu, ataupun hanya meminta dirinya untuk berkeliling kota sampai rasa kesal dalam hatinya sedikit mereda.Akan tetapi, kali ini sungguh sangat berbeda. Alvaro p
Nayla bangun dengan terburu-buru ketika melihat matahari mulai meninggi. Rupanya semalaman dia tertidur di sofa. Laptop Alvin pun masih setia menyala seperti saat sebelumnya.Untung saja hari ini hari libur. Sehingga wanita itu tidak perlu meminta izin ke pihak kantor sebab keterlambatan dirinya yang sungguh sangat tidak disengaja.Nayla kembali teringat akan niatnya semalam. Seharusnya dia mendatangi Viona malam tadi untuk meminta klarifikasi. Namun, rupanya rasa lelahnya mengalahkan segalanya.“Aku harus segera pergi ke apartemen itu. Aku harus memastikan jika inisial V itu adalah Viona atau bukan?”Setelah membersihkan diri. Dengan cepat, Nayla menyambar tas selempangnya. Wanita itu segera menuju apartemen Viona dengan menggunakan jasa sopir.Bukan tanpa sebab Nayla menggunakan sopir rumah Alvin. Biasanya wanita itu selalu pergi sendiri, tanpa bantuan siapapun.Namun, berbeda kali ini. Entah kenapa, perutnya kala itu mengalami sedikit kram. Tumben sekali calon anaknya itu seolah re
Seorang pria berhidung mancung dengan model rambut sedikit kribo itu telah bersandar di ambang pintu ruang kerja Alvaro.Tatapannya seolah mengejek ditambah dirinya yang sedang mengunyah permen karet.Vano, nama orang tersebut. Dia adalah keturunan dari keluarga Orlando. Salah satu rival bisnis keluarga Rayes.Vano perlahan berjalan lebih dekat ke arah Alvaro. Dengan salah satu tangan berada di saku celananya. Tatapannya tidak berubah, meski telah mendapat balasan lebih sengit dari Alvaro.“Anda tidak diizinkan untuk masuk ke ruangan ini!” cegah Daniel dengan memajukan salah satu tangannya ke arah Vano.Tanpa sedikitpun merasa takut, pria dengan iris mata cokelat terang itu menatapnya remeh.“Seorang Alvaro Rayes, pengusaha muda yang terkenal akan kesuksesannya hanya mampu membayar pegawai kelas bawah seperti ini?” Vano menghina Daniel dengan menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kakinya.Daniel hanya menatap penuh siaga terhadap tamu Alvaro yang tidak diundang itu. Dalam hatinya
Nayla masih setia berada di depan pintu kamar itu. Setelah memencet bel beberapa kali, penghuni kamar tersebut tak kunjung menampakkan diri.Hatinya kembali dibuat gusar. Dia mondar mandir menunggu sang pemilik kamar tersebut.Tidak lama, pintu yang berwarna putih keperakan itu perlahan terbuka. Wajah seorang wanita cantik yang terlihat sangat kelelahan itu menyembul di sela pintu.Nayla merasa sangat senang ketika mengetahui pemilik kamar tersebut adalah benar orang yang dia cari.Mata keduanya sempat beradu pandang. Berbeda dengan sorot mata yang ditampilkan Nayla. Viona tampak terkejut mengetahui istri Alvin itu berada di depan kamar apartemennya.Lidahnya mendadak kelu dengan tubuh yang mematung.“Na-Nayla?” ucapnya terbata. Bulir keringat kini telah membanjiri keningnya.“Hai! Senang bertemu denganmu,” balasnya Nayla dengan raut wajah ceria.“Kamu sedang apa di sini? Apa kamu juga membeli salah satu unit di sini? Kau akan tinggal di sini.” Tanpa jeda, Viona memberondong begitu ba
Nayla memegang kepala yang masih terasa pening. Samar dia mendengar percakapan seseorang di dekatnya.“Kalau membutuhkan sesuatu lagi, kamu bisa hubungi saya. Semoga Nyonya Nayla segera membaik,” ujar seorang pria menggunakan jas putih.Sedangkan pria lain mengantarnya sampai keluar kamar apartemennya.“Saya di mana?” Wanita itu bergumam dengan menatap langit-langit ruangan. Matanya kemudian memindai lingkungan sekeliling. Sebuah kamar dengan fasilitas mewah, dirinya terbaring di atas sebuah kasur empuk berukuran besar.“Anda sudah sadar, Nyonya?” sapa seseorang yang berdiri tak jauh dari ranjangnya.Nayla membeliak ketika melihat seorang pria dengan penampilan rapi. Satu stel jas berwarna navy melekat pada tubuhnya yabg kira-kira sama tinggi dengan Alvin.Ah, mengingat pria bermuka dua itu dada Nayla seketika bergemuruh. Amarahnya seolah kembali memuncak.Wanita itu menatap lekat ke arah pria yang tidak dikenalnya. Dia menduga jika pria itu adalah orang suruhan Alvin dengan suatu tuj
Dari kamar lain, Alvin sedang merasa bimbang perihal kedatangan Nayla yang tiba-tiba di depan apartemen Viona.Pria itu sungguh tak habis pikir ketika rahasia besar dia tutupi serapi mungkin dari sang istri, justru kini wanita itu sudah mengetahuinya.Alvin semakin gusar membayangkan Nayla akan menolak dirinya. Walaupun di sisi lain dirinya memiliki Viona sebagai tempat berlabuhnya. Tetap saja, rasa cinta terhadap Nayla, sang istri tidak dapat luntur begitu saja.Biarlah Alvin merasa menjadi diri paling egois ketika mengharapkan dua wanita sekaligus untuk hidupnya.Melihat kemesraan Alvin dengan Viona barusan, sudah pasti Nayla akan merasa sakit hati. Wanita mana yang rela berbagi suami dengan perempuan lain.Sungguh Alvin tidak bisa membayangkan bagaimana kemarahan wanita itu. Meski sepanjang pernikahan mereka Nayla hampir tak pernah marah apalagi berkata dengan nada tinggi sekalipun pria itu melakukan kesalahan sekalipun.Dari belakang tubuhnya dari merasakan sesuatu melingkari peru
Mata Pak Idris membelalak menatap Nayla. Tubuhnya seolah tak bertulang. Pria setengah baya itu terduduk di samping sang istri. Napasnya mulai terengah, tangan dengan kulit sedikit legam itu memegang dada yang terasa nyeri.“Bapak!” teriak Nayla panik.Namun, tangan pria itu segera terangkat memberi tanda agar Nayla tetap di tempatnya.“Semua ini ngga bener, Bu. Nayla tidak mungkin berbuat seperti itu,” bela Pak Idris dengan suara yang masih terbata akibat napasnya tersengal.“Ibu melihat dengan mata kepala Ibu sendiri, Pak. Mereka sedang bermesraan layaknya sepasang suami istri. Mereka tidak ada ikatan, lalu apa namanya jika bukan perselingkuhan?” Bu Marni masih tetap pada pendiriannya. Bukan ingin menyalahkan Nayla, tetapi wanita itu geram karena putrinya itu tidak juga membuka suara.“Nay, apa benar semua itu, Nduk? Apa kamu mengkhianati Alvin, suami kamu?” Dengan sangat hati-hati Pak Idris menanyakan apa yang dicurigai istrinya.Nayla menelan ludah kasar. Entah apa yang harus dia k
Alvaro saat itu sedang bermain dengan Keanu. Anak itu semakin hari bertambah pintar saja. Dia terus mengoceh tanpa henti jika menginginkan sesuatu. Seperti pagi ini misalnya. Keanu terus saja mengoceh ketika tidak sengaja melihat burung hinggap pada ranting pohon.Alvaro yang merasa gemas segera membawanya keluar menuju ranting itu. Pohon yang tidak terlalu tinggi memudahkannya menggapai ranting itu. Sayangnya, burung itu terbang menyisakan ranting pohon yang kini justru tengah asyik dimainkan Keanu.“Berikan cucu saya!”Suara yang terdengar keras itu membuat Alvaro harus membalikkan badan. Dia melihat Bu Marni yang sudah berdiri di teras rumahnya. Anehnya, tidak ada senyum di wajahnu seperti biasa dia menyapa Alvaro.“Ibu tidak jadi ke ladang?” tanya Alvaro merasa sungkan. Kali ini dia melihat sosok Bu Marni sungguh sangat berbeda.“Bukan urusan kamu. Berikan Keanu! Aku tidak Sudi jika cucuku dekat dengan laki-laki seperti kamu,” ucapnya sarkas. Dia merebut Keanu dari gendongan Alvar
Sudah satu minggu lamanya Alvaro tinggal bersama keluarga Nayla. Ramahnya keluarga itu membuat Alvaro merasakan memilki orang tua yang lengkap.Selama ini orang tuanya berada di luar negeri. Bukan bermaksud tuk mengabaikan mereka sehingga terasa kekurangan kasih sayang.Ibu Alvaro menderita sakit sejak Alvaro Alvin berada di bangku kuliah. Itu sebabnya kedua orang tuanya harus menetap di luar negeri untuk mengontrol pengobatan sang ibu.Penyakit serius yang dideritanya membuat wanita itu harus rela jauh dari kedua anaknya. Sampai-sampai saat Alvin menikah dengan Nayla dulu pun mereka tidak bisa hadir. Pun Alvaro yang saat itu sedang ada rapat untuk pertama kalinya menggantikan posisi sang papa.“Biar Nayla saja, Bu.” Nayla menghentikan aktivitas sang ibu yang sedang membereskan sisa makan malam mereka.“Kamu tidak menidurkan Keanu?” Bu terkejut ketika melihat Nayla justru keluar kamar lagi. Tadi anak semata wayangnya itu berpesan akan menidurkan Keanu.“Keanu tadi rewel. Sepertinya di
Alvaro menggeliat tubuhnya. Matahari perlahan naik. Hari akan sebentar lagi siang. Dia beranjak dari kasur untuk menuju ke kamar mandi.Awalnya Alvaro tidak kan menginap, tetapi tiba-tiba saja sejak tadi sore hujan mengguyur desa itu sangat deras. Sehingga dia terpaksa harus menginap karena kondisi jalanan akan berlumpur, dan sangat sulit dilalui. Akibatnya, mau tidak mau Alvaro harus menginap di tempat itu.Karena rumah ini sangat berbeda denga rumah miliknya di kota. Pria itu harus keluar kamar untuk bisa ke ruang bersih-bersih itu.Dia melihat Nayla yang sedang menata makanan. Wajahnya tampak serius menyusun makanan ke dalam tantang. Entah ke mana perginya Keanu. Sedari tadi telinga Alvaro tidak menangkap suaranya.Melihat Nayla yang seperti tidak menyadari keberadaannya membuat ide itu muncul dalam benaknya.Dengan perlahan dia mengendap menuju ibu satu anak itu. Alvaro melingkarkan tangan di perut Nayla, dengan dagu yang dia tempelkan di pundak Nayla.Menerima perlakuan seperti i
Tadinya Nayla akan diantarkan sopir, tetapi Alvaro mencegah. Pria itu berinisiatif untuk mengantar Nayla ke rumah orang tuanya.Ternyata dia tidak sanggup berpisah lama dengan Keanu, bayi mungil itu selalu membuatnya rindu setiap saat, apalagi bundanya, jangan ditanya lagi. Bahkan hati kecilnya diam-diam mendukung perceraian Nayla dan Alvin.“Kalo bertiga seperti ini aku merasa seperti keluar kecil bahagia,” seloroh Alvaro. Matanya melirik Nayla yang sedang memberi susu pada Keanu.Nayla membuang napas kasar. Ucapan Alvaro seolah pertanda jika dirinya sudah siap merangkul Nayla ketika sah berpisah dari Alvin.“Jangan ngarang. Aku bahkan belum siap untuk berumah tangga lagi. Pernikahan ini cukup membuatku trauma untuk menjalin hubungan. Aku harus instrospeksi diri sebelum mengambil keputusan menikah lagi.” Nayla mengembuskan napasnkasar. Dia merasa kecewa dengan pengambilan keputusan cerai.Bukan karena dia ingin memaafkan Alvin, tetapi naykayoernah berjanji jika dia ingin menjalani pe
Pagi menjelang. Nayla yang semalaman tidur bersama Keanu mulai membuka mata ketika putranya telah bangun lebih dulu dan mengoceh di dalam box bayi.Nayla beranjak dari kasur, kemudian menggelung rambut yang panjangnya. Wanita itu tersenyum ketika melihat bayinya justru anteng, tidak rewel ketika bangun tidur.“Anak Ganteng Bunda sudah bangun. Ngga rewel, pinter sekali, Sayang,” pujinya. Kemudian mulai menghujani ciuman pada semua bagian wajahnya.“Kita ke depan dulu, ya. Cari Suster Mita.” Nayla keluar dari kamar dengan menggendong Keanu.Karena semalam Nayla memilih tidur di kamar Keanu, membuat pengasuh itu memilih tidur di kamar lain bersama Mbok Asih.Terlihat dua orang pekerja di rumah Alvaro tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk tuan mereka.“Suster, tolong urus Keanu sebentar, ya. Saya akan bersih-bersih dulu.” Mendengar suara sang majikan memanggil membuat Mita harus meninggalkan pekerjaannya dan segera mengambil Keanu dari Nayla.Sementara Mita mengajak Keanu be
“Aku mau, Nay. Aku akan melakukan apapun asal kamu mau memaafkan aku.” Wajah Lira terlihat semringah. Setelah apa yang dia lakukan, Nayla masih mau memaafkannya?Untuk menebus rasa bersalahnya, dia juga bersedia membantu Nayla menghukum wanita itu. Itu juga yang Lira inginkan. Menghukum wanita jahat, licik, serta sombong seperti Viona.Viona tidak pantas masih berkeliaran di luar sana dengan banyaknya kejahatan yang dia perbuat.“Oh, iya. Kamu sudah melahirkan?” Lira mengernyit kening ketika melihat perut Nayla sudah kembali ramping.Nayla tersenyum setelah masa menegangkan tadi. “Iya, aku sudah melahirkan seorang anak laki-laki. Tadinya aku ingin mengenalkan langsung padamu. Aku tidak tahu jika kamu justru berada di sini.”“Dia pasti memiliki paras yang sempurna seperti kamu, Nay. Aku akan menjalani sisa hukumanku di sini. Setelahnya, bolehkah aku bertemu dengan anakmu? Aku tidak sabar bertemu keponakanku itu.” Lira mengembangkan senyumnya.“Tentu saja boleh.”Cukup lama mereka berca
“Bagaimana, Dokter?” tanya Alvaro begitu melihat dokter itu kembali duduk.“Semuanya baik-baik saja, Pak. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”Nayla yang sedari tadi terbaring di atas ranjang rumah sakit, kini perlahan bangkit dan membenarkan kembali penampilannya.Ruangan dengan dominasi cat berwarna putih itu, selain memiliki banyak hiasan barang-barang mewah, serta piala si pemilik, di sana juga sudah menyatu dengan meja kerja dokter, sehingga Nayla tidak perlu berjalan jauh lagi untuk berganti ruangan.“Selagi Nyonya Nayla rutin meminum obat, beristirahat, serta aktif dalam berbagai kegiatan yan tidak membuat pikirannya kosong, semua akan baik-baik saja.” Dokter laki-laki itu beralih menatap Nayla yang sudah duduk di samping Alvaro.Tidak lama. Hanya sekitar satu jam Alvaro membawa Nayla melakukan konsultasi dengan psikiater ahli itu. Keduanya berpamitan setelah mendapat resep obat berikutnya untuk Nayla.“Aku ngga mau minum obat lagi, Kak. Bosen. Aku mau hidup seperti manusia pad
Hari ini sinar matahari begitu cerah. Sisa hujan semalam membuat pagi ini terasa sejuk di area taman. Tanaman hias yang Nayla tanam perlahan mulai berbunga.Sejak wanita itu dinyatakan sembuh, dia kembali menjalani rutinitas seperti sebelumnya. Wajahnya kembali berseri ketika bermain dengan Keanu. Anak laki-lakinya itu semakin menggemaskan dengan bobot tubuhnya yang subur.“Kita makan dulu ya, Sayang. Bunda sudah buatkan menu sehat untuk Anak Ganteng pagi ini,” ucapnya penuh kasih.Nayla mulai mengambil mangkuk berisi bubur bayi yang telah dicampur olahan protein. Perlahan dia menyuapkan menu Mp-asi itu untuk Keanu.“Tuan Muda pasti akan semakin sehat jika ibunya perhatian seperti ini terus. Si Mbok seneng melihat Mbak Nayla sudah bisa melakukan aktivitas seperti sedia kala,” ucap Mbok Asih ketika menemani Nayla menyuapi Keanu. Wajahnya pun turut semringah melihat kebersamaan mereka.“Saya hanya melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban saya. Saya hanya ingin menebus semua rasa bersa