Tania menyembunyikan rasa sakit mendengar apa yang dikatakan oleh Ryan. “Tentu saja saya tidak akan terlalu percaya diri untuk berpikir kau membeli kebun bunga ini untuk saya. Wanita itu beruntung mendapatkan hadiah kebun bunga darimu.”Tania, kemudian berjalan menjauh dari Ryan. Ia berjalan mendekati Budi dan asisten Ryan. Ia mencoba untuk menghindari Ryan. Setidaknya dengan berada jauh dari suaminya itu, ia dapat melupakan bayangan, kalau Ryan tentu saja mencintai wanita yang mendapatkan kebun bunga ini.“Kebun bunga ini sangat luas dan bunga-bunganya begitu cantik. Sungguh memanjakan mata melihatnya,” kata Tania, begitu ia sudah berada dekat dengan Budi.Budi tersenyum ke arah Tania, ia dapat melihat, kalau tadi Ryan dan istrinya yang cantik ini bertengkar. “Tentu saja, tetapi masih kalah cantik denganmu semua bunga itu.”Dan tentu saja Ryan mendengar apa yang dikatakan oleh Budi. Ia berdehem dengan nyaring. “Tentu saja kumbang, sepertimu akan suka untuk menggoda bunga yang cantik.
Ryan menghela napas, ia memejamkan mata. Ia tidak tahu mengapa suka sekali bertengkar dengan Tania. “Diamlah Tania! Kau sudah cukup membuat saya marah.”Tania menutup mulut dalam hati ia bertekad tidak akan membuka suara, biar saja Ryan nanti bicara sendiri.Suasana di dalam mobil terasa tegang, karena dua orang penumpang yang duduk di jok belakang memasang aksi saling diam.Beberapa jam, kemudian mobil berhenti di depan hotel. Ryan melirik Tania yang rupanya tertidur. Ia mencondongkan badan untuk membangunkan Tania dari tidurnya.“Bangunlah, kita sudah sampai!” seru Ryan.Perlahan Tania membuka matanya, ia membuka pintu mobil yang ada di sisinya duduk, lalu keluar disusul Ryan.Sesampainya di kamar hotel Tania langsung menuju kamar mandi. Ia membersihkan wajahnya di depan wastafel. Setelahnya, ia keluar kamar mandi dan dilihatnya Ryan yang sedang duduk, sambil menelepon.Begitu melihat Tania sudah keluar dari kamar mandi Ryan memandangnya dengan dingin. “Kita pulang! Berkemalah saya
‘Sialan! Mengapa saya masih terpesona dengan mantan suami, yang sekarang menjadi suami lagi. Padahal, pria itu hanya memberikan rasa sakit saja,’ omel Tania dalam hati.Tania sudah berdiri di parkiran bandara dan ia sedang mencari taksi yang kosong untuk membawanya pergi dari bandara. Terlalu fokus Tania tidak menyadari, kalau Ryan sudah berada di sampingnya. Hingga ia merasakan tangannya digandeng Ryan dengan erat.“Apakah kau mencoba untuk kabur? Kau pikir bisa pergi begitu saja dariku?” Tanya Ryan, sambil menggandeng tangan Tania menuju sopirnya yang sudah datang.“Saya membawa mobil sendiri. Tolong, kau ambil bagasi saya dan nanti kau pulang dengan Ades,” perintah Ryan kepada sopirnya.Wajah sopir itu berubah begitu mendengar nama Ades, sepertinya ia sudah lama mengenal wanita itu. Hal itu tidak luput dari pengamatan Tania.Ia berpikir, kalau Ades ini sudah sering bersama dengan Ryan. Apakah itu setelah mereka bercerai ataukah selama mereka menikah Ryan sudah berhubungan dengan Ad
Ryan menjauhkan badan sedikit melihat Tania. “Itu hanya alasanmu saja untuk menghindar.” Rayn memberikan ciuman di bibir Tania lama dan dalam sampai membuat keduanya melupakan sekitar mereka.Keduanya, bahkan tidak menyadari saat terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Sampai suara ketukan di pintu mobil menyadarkan keduanya.“Tania, Ryan! Apa yang kalian berdua lakukan? Ayo masuk rumah!” tegur Ayah Tania.Tania mendorong Ryan menjauh dan ia hendak membalikkan badan melihat Ayahnya. Namun, tangan Ryan dengan sigap menahannya. Ia memberikan kode ke arah gaun Tania yang sudah terbuka, karena ulahnya.Tania menundukkan kepala dan baru sadar akan hal itu. Ia melayangkan tatapan galak kepada Ryan, yang dibalas oleh suaminya itu dengan kedipan mata.“Kau terlalu terpukau sampai tidak menyadari apa yang telah terjadi.” Bisik Ryan, sambil menaikkan kembali restleting gaun Tania.Beruntung bagi mereka berdua kaca mobil itu gelap, sehingga orang yang berada di luar tidak dapat melihat denga
Ryan terdiam mendengar apa yang dikatakan Tania selama sesaat yang singkat. Ia, kemudian mencekau dagu Tania dengan kasar. “Kalau begitu cepat katakan, agar saya mengerti!”Tania menepis tangan Ryan dengan kasar, ia kemudian membuka pintu mobil lalu keluar. Dengan setengah berlari Tania menuju pintu gerbang yang tertutup.“Pak, tolong bukakan pintu gerbangnya!” perintah Tania kepada petugas keamanan yang berjaga.Petugas keamanan itu terlihat ragu membukakan pintu untuk Tania. Terlebih dirinya melihat dari jauh mobil putra dari Tuannya berjalan mendekat ke arah pintu gerbang.Tania menoba untuk membuka pintu gerbang tersebut dan untungnya memang tidak terkunci, sehingga ia bisa keluar dengan mudah.Ia melihat kiri dan kanan berharap ada taksi atau ojek yang lewat. Namun, sebelum ia menemukan taksi yang kosong. Tania merasakan pinggangnya diraih dengan kasar.Badannya diputar, sehingga ia berhadapan dengan wajah Ryan yang terlihat garang. “Kenapa kabur? Kejahatan apa yang sudah kamu la
Sontak saja Tania menjadi terkejut, ia membelalakkan mata menatap Ryan tidak percaya. “Kau sudah membawa saya ke dalam pernikahan yang mendadak ini dan sekarang, kau sepertinya tidak puas untuk memberikan kejutan buat saya.”Ryan dengan tenang menyuap makanannya. Ia, seperti tidak terganggu dengan apa yang dikatakan oleh Tania. Setelah beberapa saat, barulah ia menjawab apa yang dikatakan oleh Tania. “Tentu saja apa yang belum tuntas harus diselesaikan!”Tania mengaduk-aduk makanan yang ada di piring. Pemberitahuan Ryan membuat selera makannya menjadi terganggu.Meliihat Tania yang hanya mengaduk-aduk makanannya saja membuat Ryan menjadi marah. Ia meletakkan sendoknya dengan kasar di piring, sehingga menimbulkan bunyi yang nyaring. “Makanlah, Tania! Kalau kau tidak bersalah tidak usah takut bertemu dengan Ibu!”Tania merendahkan pundaknya, ia menerima apa yang dikatakan oleh Ryan. Ia pasti bisa menghadapi mertuanya itu. Yang barangkali saja sifatnya sudah berubah dari terakhir mereka
Ryan duduk di ranjang di samping Tania berbaring. Ia merapikan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Tania. “Menurutmu apa? Saya akan mengabulkan apapun itu yang ada di pikiranmu?”Tania menatap Ryan dengan sendu, ia membasahi bibirnya yang terasa kering dengan lidah. Ia menundukkan kepala, karena tidak tahan dengan tatapan mata Ryan.Ryan mengulurkan tangan mengangkat dagu Tania. “Kenapa? Apakah kau malu, karena saya bisa menebak apa yang ada di kepala cantikmu itu?” Bisik Ryan tepat di telinga Tania.Tania memejamkan mata, saat ia merasakan Ryan menggit telinganya lembut dan menelusuri sebelah lehernya dengan lidah, sehingga meninggalkan jejak basah.Ia merasakan, bagai ada kupu-kupu yang bermain di perutnya. “Ka-kau ssalah, Ryan! Apa yang kau kira tidak sama dengan apa yang kupikirkan.” Tania mencoba mendorong kepala Ryan menjauh.Ryan justru menelusuri pipi Tania dan berakhir di bibirnya. “Kau pembohong yang buruk!”Bibir Tania dibungkam dalam ciuman yang dalam dan menyesakkan.
Ibu Ryan menatap Tania tidak percaya. Selama ini ia mengenal Tania yang takut kepadanya dan tidak pernah membantah apa yang ia katakan. “Kau sudah berani melawan saya, ya!”Plak! Ibu Ryan melayangkan tamparan ke wajah Tania dengan keras. Tania mengusap pipinya yag terasa sakit, karena tamparan tu. “Mengapa Anda masih saja membenci saya? Tidakkah Anda sadar, kalau putra Anda lah yang meminta saya sebagai Istrinya kembali?”Wajah Ibu Ryan menjadi merah, karena marah. Napasnya memburu dengan cepat menunjukkan betapa ia sangat marah kepada Tania.Melihat keadaan Ibu mertuanya yang seperti itu membuat Tania menjadi takut, kalau wanita itu akan mendapatkan serangan jantung. Dan ia tidak mau disalahkan oleh Ryan, karena hal itu.Dari tempat yang terlindung Ryan berdiri diam melihat apa yang terjadi. Ia dapat melihat secara langsung, kalau memang ada sesuatu yang disembunyikan darinya antara Ibunya dan Tania. “Kau seharusnya sadar diri, kalau dirimu tidak pantas menjadi Istri dari Ryan! Ka