Share

44. Tidak Mempan

Penulis: Yenika Koesrini
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-19 20:06:24

Panji masuk ke kamar. Terlihat Zea sang putri masih tertidur. Mulutnya tengah mengisap dot susu. Pria itu mengelus pelan rambut anak itu.

Tiba-tiba mata Panji tertuju pada buffet dalam kamar. Dia teringat jika semua dokumen pentingnya ia taruh sembarangan di salah satu lacinya.

Panji bergerak mendekati furniture bergaya minimalis tersebut. Dia sedikit jongkok untuk membuka laci buffet paling bawah. Tampak satu bendel map.

Tangan Panji meraih map berwarna hijau tersebut. Terlihat beberapa surat penting seperti sertifikat tanah rumah, toko onderdil,  bengkel hingga BPKB Avanza. Semuanya masih lengkap. Hanya kurang BPKB Pajero yang tengah ia gadai pada Banyu.

“Aku harus nyembunyiin ini semua. Kalo enggak Hani bisa sembarang gunain surat-surat ini,” tekad Panji yakin.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   45. Kebahagiaan Layla

    Panji mengajak Zea memutari jalan kompleks. Sudah lama pria itu tidak melakukan hal sesantai ini. Semenjak menikah dengan Hani, kehidupannya terasa amat sibuk. Setiap hari yang dikejar adalah uang.Sementara dulu saat masih menikah dengan Layla, kehidupannya lumayan adem dan harmonis. Setiap pagi atau sore Panji akan mengajak kedua putranya untuk lari pagi memutari kompleks. Lalu berhenti di taman kompleks untuk beristirahat.Sekarang sudah hampir enam tahun kegiatan tersebut tidak lagi dilakukan oleh Panji. Apalagi kini kedua putranya juga sudah tidak lagi tinggal bersama. Sementara dengan Atha, anak itu hanya mau bicara dengan Panji kalau lagi butuh uang saja.“Eh ... Pak Panji. Baru kelihatan lagi nih. Ke mana aja selama ini gak pernah muncul?” Salah seorang tetangga Panji menyapa pria itu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-19
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   46. Zea

    "Apa gak ada permintaan lain selain Ijah, Yang?” tanya Banyu terdengar keberatan, “masalahnya saat ini Ijah kan masih berstatus sebagai ART-nya Panji. Coba deh ganti minta yang lain. Eum ... bagaimana kalo kita pergi berlibur mau?” Banyu mencoba memberikan penawaran.Layla menggeleng lemah. “Aku gak ingin apa-apa saat ini. Aku cuma pengen dipijat sama Ijah dan makan empal buatannya,” tuturnya dengan wajah sendu.Banyu meniup rambut yang menutupi sebagian dahinya. “Masa iya ngidam Ijah. Ibu hamil lain mah ngidamnya makanan apa atau benda apa gitu,” keluhnya tidak habis pikir.“Aku juga ngidam makanan kok ... makanan buatannya Ijah,” sahut Layla membela diri.“Tapi kalo Bik Ijah disuruh kerja di sini kasihan Zea, Bun.” Kenzi angkat bicara, &ldquo

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   47. Keteledoran

    "Mamaaa!”Teriakan Zea yang melengking membuat Hani terlonjak. Wanita itu langsung menderap langkah meraih pintu. Sayang kakinya yang terkilir kemarin membuat gerakannya lambat.“Aaa!”Hati Hani makin ciut mendengar sang putri terus menjerit. Dia memaksakan kakinya menganyun cepat. Begitu tiba di dapur, Hani dibuat melongo menyaksikan keadaan yang ada.Api pada kompor menyala dengan besar. Berkobar hebat sehingga menghanguskan penggorengan yang sudah dalam posisi miring. Minyak tampak mengalir dari wajan tersebut.Sementara nyali api sudah membumbung tinggi. Bahkan telah menjilat kabinet dapur atas. Di lantai, Zea tampak duduk dengan tangan dan lengan yang memerah. Beberapa butir nugget berserakan bersama sodet.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   48. Bertemu Dengan Pak Robi

    Semalam hujan membungkus kota. Menyisakan hawa dingin yang menusuk tulang. Rasanya begitu nikmat jika harus bergelung di bawah selimut.Namun, adzan subuh sudah berkumandang. Panji yang tengah memeluk guling terpaksa membuka mata. Dulu dia akan menarik selimut dan menutup telinga begitu mendengar panggilan sholat tersebut. Sekarang tidak lagi.Panji menggeliat sebentar. Dia mengerang kecil untuk menghalau rasa malas. Pria itu terduduk beberapa saat guna mengumpulkan segenap nyawanya dulu.Manik Panji menoleh ranjang di sebelahnya. Tempat tidur yang dulu biasa dipakai Azriel, sekarang sedang ditempati oleh Zea. Gadis cilik itu tidur terlentang.Walau pun hawa terasa dingin, dari semalam Zea tidak mau diberi selimut. Anak itu takut jika kain tebal tersebut mengenai luka bakar di tangan ataupun kakinya. Pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   49. Ekspetasi Tinggi Hani

    "Terima kasih,” ucap Hani sengaja dibuat centil saat Pak Roby membukakan pintu mobil untuknya.“Sama-sama,” sahut Pak Roby tidak kalah semringah.Hani masuk mobil dan duduk di jok belakang sopir. Pak Roby menyusul tidak lama kemudian. Pria itu duduk di samping kiri Hani. Bibir Pak Roby melengkung melihat ekspresi tampang Hani.Wanita itu terlihat begitu takjub. Seumur-umur Hani baru menaiki mobil sebagus ini. Joknya yang lembut dan empuk membuat dia merasa nyaman.Hani bisa naik mobil bagus juga gara-gara menikah dengan Panji. Papanya Atha memang berasal dari keluarga yang berada. Makanya Hani dulu lebih memilih pria itu.Namun, hubungan mereka ditentang habis-habisan oleh kakek neneknya Atha dari pihak Papanya. Persis nasib hubungan Atha dan Bela saat in

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-21
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   50. Bik Ijah

    "Eh.. Mas Panji sudah pulang.” Hani menyengir kaku. Untuk menepis rasa malu, dia mendekati pria yang tengah memasang tampang jutek itu. “Capek gak, Mas, hari ini?” tanyanya pura-pura berbasa-basi. Ketika dia hendak membantu membawakan tas kerja Panji, pria itu melarangnya.“Maksud kamu apa minta duit kompensasi sama Pak Banyu?” tegur Panji juga langsung pada inti masalah.“Hah ... yang mana?” Hani langsung berkelit.“Ck!” Panji berdecak sebal, “gak usah pura-pura amnesia gitu deh! Aku denger sendiri kamu mau minta bayaran sama Pak Banyu, hanya karena dia mau meminjam tenaganya Bik Ijah.”“Oh itu?” Hani tidak mengelak lagi, “ya Ijah kan pegawai kita. Kalo ada butuhin tenaganya, salahnya kita narik keuntungan,” jelasnya be

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-21
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   51. Di Swimming Pool

    "Hapeku.. hapeku!” Hani meraih benda yang sudah berserakan di lantai itu. “Oh my God!” Dia menepuk jidatnya sendiri.“Aduuuh!”Hani memekik lara. Dia terlupa habis kejedot pintu. Dan tangannya tadi cukup keras menggeplak benjolan di keningnya.“Ya ampun ini hape.”Air mata Hani meleleh. Dia memunguti komponen ponselnya. Wanita itu berusaha menyatukan bagian-bagiannya.Hani berharap barang kesayangannya itu masih bisa diselamatkan. Sedikit berdoa dia memencet tombol on pada gadgetnya. Namun, sampai lima menit lamanya, ponsel yang sudah retak permukaannya itu tetap tidak mau menyala.Hani tetap menyimpan barang rongsokan itu. Besok dia akan pergi kecounterponsel untuk merepara

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-21
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   52. Menolong Seli

    "To-to-looong!”Seli berteriak panik. Dia berusaha untuk tidak tenggelam dengan menggerakkan kaki dan tangannya. Itu justru membuatnya semakin jauh dari pinggiran kolam. Beberapa kali dia sempat tenggelam, lalu muncul lagi.Panji sendiri cukup syok melihat tingkah sang putri. Sebelumnya Zea tidak pernah sekasar ini. Jika sedang marah biasanya anak itu hanya akan menyakiti diri sendiri dan bukan orang lain.Wajah Seli sudah tidak tampak lagi di kolam. Kini hanya tangannya saja yang terlihat menggapai-gapai. Melihat itu Panji didera takut. Dia ingin menolong, tetapi kemampuan renangnya juga belum terlalu mumpuni.“Yah, Ayah ... Lapar. Lapar.” Zea menarik-narik lengan Panji.Namun, Panji tidak peduli. Dia terus menatap Seli yang timbul tenggelam.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22

Bab terbaru

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   82. Detik-detik Melahirkan

    Besok pagi adalah pesta ulang tahun Azriel yang kesebelas. Tumben-tumbennya bocah yang sudah mulai beranjak gede itu minta pada ayahnya untuk diadakan pesta. Padahal selama ini Azriel tidak pernah mau jika hari lahirnya dirayakan. Walaupun berkali-kali dulu sudah dibujuk oleh Layla, Panji ataupun Banyu.Bukannya Layla tidak mau menuruti keinginan Azriel. Namun, kondisi tubuh wanita itu sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengurus persiapan pesta. Hari perkiraan lahir tinggal seminggu lagi. Badannya juga terasa amat berat. Malah sedari pagi sebenarnya dia sudah merasakan mulas-mulas ringan.Kehamilan kali ini membuat berat badan Layla naik lumayan drastis. Jika sebelum hamil bobot tubuhnya paling berat hanya lima puluh kilogram. Sekarang sudah mencapai enam puluh delapan. Hampir dua puluh kilogram penambahannya.Anehnya banyak yang bilang jika hanya bagian perut dan pipi saja yang mengalami peningkatan. Lainnya tetap terlihat normal. Dan yang membuat

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   81. Nama Mantan

    Tiga hari kemudianLayla tengah mematutkan diri di cermin. Siang itu dia akan pergi periksa kandungan. Usia kandunganku sudah memasuki minggu ketiga puluh lima.Detik-detik menanti kelahiran. Layla sudah harus cek kandungan seminggu sekali. Beruntung Banyu selalu bersedia menemaninya untuk check up. Sesibuk apapun dirinya tidak pernah absen.Ketika Layla baru saja memoles bibirnya dengan lipstik terdengar derit pintu kamar. Perempuan itu menoleh. Seraut wajah kusut datang. Banyu suami tercinta melangkah masuk dengan gontai.Pria itu melempar begitu saja tubuhnya ke ranjang dengan tengkurap. Wajah Banyu terbenam pada bantal bersarung warna putih tersebut. Mau tak mau aku harus menghampiri sang suami."Ayang Mbep, ada apa ini?" tanya Layla lembut. Perlahan dia memegang pundak suami tercinta. "Dateng-dateng kok mukanya ditekuk gitu?" tegurnya perhatian.Banyu membalikkan badan. Wajah pria yang sehari-hari tampak tenang kini terlihat keruh. "Bu

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   80. Ayang Mbep

    Layla dan Banyu tengah jalan pagi mengitari komplek. Aktivitas menyehatkan itu sudah Layla jalani dari awal hamil. Syukurnya Banyu selalu setia menemani.Padahal Layla tidak pernah mengajak sang suami. Namun, Banyu punya kesadaran untuk melakukan olahraga tersebut. Karena kata Banyu, jalan pagi itu selain mudah, murah, juga kaya manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh.Banyu sendiri berusaha menjadi suami yang siaga. Jadi setiap pagi sebelum berangkat kerja, dia menyempatkan diri untuk menemani sang istri jalan pagi. Selain itu dirinya juga sekalian berolahraga untuk kebugaran tubuh.Jalan kaki dipilih karena dapat menjaga berat badan, menurunkan kadar kolesterol, serta menyeimbangkan tingkat tekanan darah. Sehingga mengurangi resiko kelahiran prematur.Satu jam berlalu. Layla merasa cukup berolahraga. Peluh sudah mulai membanjiri badan. Belum lagi cacing di dalam perut sana meminta jatah makan pagi. Akhirnya wanita itu pun mengajak sang suami untuk

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   79. Buah Kesabaran

    "Hani hamil anakku?” gumam Panji tidak percaya. Pria itu tertawa sumbang, “kami bahkan sudah berpisah hampir dua bulan, Pak. Dan sebelum itu, aku dan Hani juga sudah pisah ranjang,” papar Panji menerangkan keraguan hatinya. “Terus kalo bukan anak kamu, itu anaknya sapa?” sergah Bapaknya Hani mulai meradang, “Hani memang bukan wanita yang alim, tapi saya bisa menjamin kalo dia gak akan mungkin murahan menjajakan diri,” semburnya cukup lantang. “Ayah!” Dari dalam menghambur Zea yang diikuti oleh Bik Ijah dan Tantri. Kakak Panji itu sengaja mampir begitu pulang dari kantor. Perempuan itu ingin mendengar jalannya sidang perdana perceraian sang adik. “Pak Hadi?” sapa Tantri begitu sadar akan kehadiran mertua adiknya, “dari Bogor langsung ke sini kah?” “Gak,” sahut

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   78. Kehamilan Hani

    “Dia bukan istri saya,” tampik Bapak Beni begitu dokter menyangka Hani adalah istrinya.“Oh bukan? Lantas adiknya?” Dokter bertanya seraya membetulkan letak kaca matanya.“Bukan adik saya juga.” Pak Beni kembali menggeleng.Dokter seumuran Pak Beni itu tersenyum. “Oke ... entah itu teman, saudara atau pun tetangga, saya cuma mau menjelaskan kalo ibu ini lagi hamil. Dan sekarang sudah menginjak minggu ke delapan.”Bapak Beni hanya mengangguk.

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   77. Ibu Lia Kena Batu

    Ibu Lia menyeringai puas. Hatinya cukup merasa bahagia melihat Hani beranjak pergi dengan menarik dua kopernya. Wanita itu lantas memotret Hani dari belakang.Walau pun tidak terlihat jelas wajah Hani, tetapi Ibu Hani tetap akan menyebarkan foto Hani yang mengenaskan tersebut. Jika dituruti hawa nafsunya, wanita itu ingin sekali melihat Hani menangis berdarah-darah di hadapannya.Perempuan itu lantas mengeluarkan satu gepok uang pada amplop cokelat. Ibu Lia mengangsurkan amplop tersebut pada seorang kepala preman. Dia sengaja menyewa preman guna mengusir Hani.Ibu Lia pikir Hani masih sama seperti yang dulu. Pintar beradu mulut dan keras kepala. Makanya dirinya mengantisipasi dengan membawa preman.

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   76. Diusir Lagi

    "Diperintahkan?” Dahi Hani berkerut indah.“Apakah Mas Panji yang menyuruh?”otak Haniberpikir gusar, “tidak mungkin!”Hani menggeleng keras sendiri, “jika dia mau menggunakan ruko ini untukmembuka usaha, harusnya dari kemarin-kemarin cek keadaan ruko ini.”Hani lantas menatap para preman bertubuh besar dihadapannya. “Memangnya siapa yang memerintahkan kalian untuk mengosongkan rukoini?” tanya dia cukup penasaran.“Aku yang menyuruh mereka, Hani.”Hani menoleh. Saking kagetnya melihat kedua kopernyadikeluarkan oleh orang yang tidak dikenal, dia sampai tidakngehjikaada mobil yang berhenti tidak jauh dari pelataran ruko itu.Hani mengenal mobil me

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   75. Sidang Perdana

    Hani baru saja keluar dari kamar mandi. Hari ini adalah jadwal sidang perceraiannya. Dia akan datang untuk mempertahankan rumah tangganya.Sebenarnya Hani enggan keluar dari kediamannya. Karena sejak tadi pagi dia mual-mual. Padahal dirinya sudah meminum obat masuk angin dan juga asam lambung. Tetap saja perempuan itu diserang enek.Hani membuka koper. Dia mengambil kotak make up yang kini tinggal bedak dan lipstik. Bagaimana pun juga wanita itu ingin tetap terlihat menarik di hadapan Panji.Usai memoles wajah, Hani meraih salah satu koleksi busana terbaik yang dipunyai. Sebuah dress lengan panjang Korea. Koleksi baju panjang perempuan itu tidaklah banyak. Dulu dia begitu menyukai baju-baju mini dan sed

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   75. Ibu Lia Menemui Panji

    Sopir Ibu Lia mengangguk patuh. Pria paruh baya itu mulai melajukan mobilnya.“Pelan-pelan saja, Pak! Jangan sampai wanita itu tahu kalo kita lagi ngikutin,” suruh Ibu Lia dengan fokus tetap tertuju pada Hani.“Baik.” Pak sopir kembali mengiyakan.Sementara di luar sana, Hani terus melangkah. Pikirannya kosong. Sungguh pemutusan hubungan kerja ini membuatnya bingung.Hani bukanfreshgraduateyang gampang mencari pekerjaan. Dia hanya seorang ibu-ibu yang tidak punya keterampilan khusus. Apalagi berkas-berkas ijazah tertinggal di rumah ibunya.

DMCA.com Protection Status