Share

30. Di Rumah Layla

last update Last Updated: 2022-02-14 07:51:27

Atha bingung harus berbuat apa. Sebagai seorang anak dia tentu kasihan melihat keadaan sang ibu. Kondisi Hani yang acak-acakan dan bau memang pantas jika disangka orang gila.

Apalagi bau dari air comberan yang begitu menusuk membuat dirinya dan Kenzi harus menutup hidung. Azriel bahkan lari ke belakang karena tidak kuat menahan bau busuknya.

“Udah lo jangan bengong aja, tolongin nyokap lo tuh!” perintah Kenzi dengan suara bindeng karena hidungnya tertutup.

“Grrr!”

Atha mengacak rambutnya dengan gemas. Dia sendiri juga tidak tahan dengan bau tubuh ibunya yang menyengat. Namun karena Kenzi terus mendesak, mau tidak mau atau mendekati ibunya.

“Ma, Mama ... bangun, Ma!” Atha yang jijik membangunkan Hani dengan menendang-nendang tubuh wa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   31. Janji Suci

    "Ayah kangeeen banget sama kalian,” ucap Panji bergitu melerai pelukan. “Kenapa kalian jarang main ke rumah?”“Gak usah ditanya lagi, Mas! Sudah pasti dilarang oleh ibunya,” sahut Hani tanpa sungkan.Layla tersenyum. “Aku gak seperti kalian, Han,” ujarnya berusaha tidak terpancing omongan julidnya Hani, “buktinya kalian bebas masuk ke sini buat nengokin anak-anak. Memangnya aku yang mesti manjat tembok buat ketemu Ziel.”Sindiran telak dari Layla membuat Panji menunduk. Pria itu merasa bersalah. Namun, tidak dengan Hani. Perempuan itu justru menusuk Layla lewat tatapannya.“Gak nyangka yah, muka sok adem kek kamu hatinya penuh dendam,” tuding Hani berani.Layla menipiskan bibir. “Sampai kapan pun kejad

    Last Updated : 2022-02-15
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   32. Malam Pertama

    Panji memegangi dadanya yang terasa sesak. Napasnya terasa tercekat kala melihat Banyu mengecup kening Layla. Ini benar-benar menyakitkan baginya.Tidak bisa dipungkiri biarpun sudah berpisah selama enam tahun, rasa cinta untuk Layla masih ada di palung hatinya Panji. Tidak kuasa menahan rasa perih di hati, Panji memilih menepi. Dirinya melewati pintu samping. Ada sebuah taman kecil dengan kolam renang di rumah Banyu. Pada sebuah ayunan bangku Panji menyendiri.Berbeda dengan Panji yang tengah mengharu biru, hati Hani justru merah panas membara. Kuping wanita itu terasa panas mendengar mas kawin yang Banyu berikan untuk Layla. Dia merasa iri. Dua kali menikah, belum pernah dia mendapatkan mas kawin se-fantastis itu.“Aku harus bisa bersalaman dengan Banyu. Dan aku harus bisa membuat dia menatap mataku.”Dalam hati

    Last Updated : 2022-02-15
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   33. Dua Garis Biru

    "Sial! Sial! Siaaal!” maki Hani seraya memukuli jok yang ia duduki. Dia sedang dalam perjalanan pulang dari pestanya Layla. “Kenapa sih kalo singgah di tempat wanita jelek itu, aku selalu ketiban apes mulu?” geramnya kesal.Wanita itu meraih kotak tisu di atas dasbor. Tangan Hani mulai mengelap wajahnya yang masih terasa lengket dan berminyak. Di sampingnya, Panji hanya melirik sekilas.“Sepertinya Layla sengaja merencanakan ini,” tuduh Hani mulai membabi buta, “dia pasti iri lihat aku cantik dan dipuji banyak orang, makanya nyuruh karyawan-karyawan katering yang bego itu buat nabrakin aku.”Panji menarik napas. Dia menggeleng pelan mendengar tudingan istrinya yang halu.“Jahat banget itu orang, semoga kena karma!” umpat Hani dengan kasar, “mana aku udah kondangan gede lagi, eh malah gak ditawari makan.”“Emang kamu ngamplop berapa?” tanya Panji terus fokus pada arah jala

    Last Updated : 2022-02-15
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   34. Nasib Bela

    Layla membuka mata. Dia menoleh ke samping. Bantal kepunyaan Banyu kosong.Wanita itu mengedarkan pandangan. Kamarnya lengang tidak tampak sosok sang suami. Layla bangun dari rebahannya.Hawa dingin dari pendingin ruangan langsung menerpa kulit. Layla kaget mendapati dirinya masih dalam keadaan polos. Seketika bibirnya menyunggingkan senyum mengingat aktivitasnya bersama sang suami satu jam yang lalu. Lelah membuatnya ketiduran.Layla bahagia. Penantian enam tahun dirinya menemui ujung. Wanita itu merasa benar-benar bersyukur dapat memiliki seorang imam sebaik Banyu.Sayup-sayup Layla mendengar suara gemericik air. Dia menduga jika suaminya tengah membersihkan badan. Perlahan wanita itu beringsut turun dari ranjang.Layla memunguti pakaiannya yang tercecer

    Last Updated : 2022-02-16
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   35. Kesadaran Panji

    Panji merasa ada seseorang yang menarik-narik lengannya. Pria itu membuka mata. Ternyata si mungil Zea yang membangunkan.Tangan bocah berambut panjang itu menunjuk pintu. Sepertinya dia ingin keluar. Sekali sentak, Panji sudah terbangun duduk.Di sebelahnya, Hani masih melongo dengan posisi terlentang. Air liur membasahi pipi wanita itu. Panji mendesah. Sudah biasa dirinya terbangun lebih dulu dari Hani.Berbeda sekali saat masih beristrikan Layla. Dulu setiap Subuh wanita lembut itu akan membangunkannya. Mengajak Panji beribadah dan secangkir kopi pun telah tersedia.Sayang ... semenjak usahanya mengalami peningkatan, Panji menjadi malas beribadah. Lelah dan tidak ada waktu adalah alasannya. Apalagi sejak bertemu Hani. Pria itu benar-benar meninggalkan sholat.

    Last Updated : 2022-02-16
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   36. Tekad Atha

    "Stop! Stop ... hentikan!” teriak Atha tidak tega melihat gadisnya meraung kesakitan.“Ini maksudnya kumaha atuh?” Si nenek bertanya dengan bingung.“Hentikan urutnya! Aku nggak mau Bela mati,” perintah Atha tegas.Si nenek menatap Atha dengan tajam. Bela sendiri langsung bangkit. Dia menyambar tas selempang yang terletak di sebelah tempat ia berbaring. Gadis itu langsung berdiri di samping Atha.Wajah Bela masih terlihat pucat. Sementara bibirnya juga meringis menahan nyeri. Tangan gadis itu terus mengusap-usap perutnya yang tadi sempat diurut oleh si nenek.“Kita pergi,” putus Atha yakin.Air mata Bela menitik. Gadis itu mengangguk bahagia. Tanpa ragu-ragu dia memeluk belahan jiwanya.

    Last Updated : 2022-02-16
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   37. Kekeliruan Kenzi

    "Ayo, Pak, kita periksa rumah Ibu Hani! Saya yakin pasti anak saya bersembunyi di rumah ini,” tutur Bapaknya Bela tanpa ragu.“Tunggu-tunggu!” Hani menginterupsi, “atas dasar apa Bapak nuduh kami yang menyembunyikan putri Bapak? Bapak punya bukti? Tunjukan!” tantangnya berani walau pun masih dalam gendongannya Panji.“Saya sudah mencari Bela di rumah teman-temannya dan keluarga kami. Tapi gak ada kami temukan,” balas Papa Bela lantang.“Hanya karena itu Bapak menuduh kami menyembunyikan Bela? Hah ... picik sekali,” ejek Hani dengan senyum merendahkan.“Ibu Hani, Bapak Beni melaporkan putra Ibu yang telah membawa kabur putri beliau. Untuk kepentingan penyidikan, kami minta tolong kerja samanya,” pinta seorang petugas dengan sopa

    Last Updated : 2022-02-17
  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   38. Bersembunyi

    Atha dan Bela tengah menyaksikan siaran televisi. Keduanya baru saja menyantap pop mie. Mereka sedang asyik menikmati camilan yang dibeli di Indoapril.Keduanya duduk berdempetan. Tawa canda mewarnai kebersamaan mereka. Rasa kalut dan bingung beberapa waktu lalu telah sirna. Kini Atha dan Bela merasa dunia hanya milik berdua.“Tha, emang mulai kapan kamu nyari kontrakan?” tanya Bela dengan bibir mengunyah jajanan.“Tar lah kapan-kapan,” sahut Atha enteng. Tangannya mencomot jajanan ringan yang tengah dipegang Bela. “Nunggu diusir dulu. Tapi aku yakin sih, Kenzi gak bakalan ngusir asal kita pandai ambil hatinya. Apalagi anak itu gak tegaan.” Cengiran mewarnai bibir Atha.“Terus ... kapan kamu nyari kerjanya?”“Ahhh ... i

    Last Updated : 2022-02-17

Latest chapter

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   82. Detik-detik Melahirkan

    Besok pagi adalah pesta ulang tahun Azriel yang kesebelas. Tumben-tumbennya bocah yang sudah mulai beranjak gede itu minta pada ayahnya untuk diadakan pesta. Padahal selama ini Azriel tidak pernah mau jika hari lahirnya dirayakan. Walaupun berkali-kali dulu sudah dibujuk oleh Layla, Panji ataupun Banyu.Bukannya Layla tidak mau menuruti keinginan Azriel. Namun, kondisi tubuh wanita itu sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengurus persiapan pesta. Hari perkiraan lahir tinggal seminggu lagi. Badannya juga terasa amat berat. Malah sedari pagi sebenarnya dia sudah merasakan mulas-mulas ringan.Kehamilan kali ini membuat berat badan Layla naik lumayan drastis. Jika sebelum hamil bobot tubuhnya paling berat hanya lima puluh kilogram. Sekarang sudah mencapai enam puluh delapan. Hampir dua puluh kilogram penambahannya.Anehnya banyak yang bilang jika hanya bagian perut dan pipi saja yang mengalami peningkatan. Lainnya tetap terlihat normal. Dan yang membuat

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   81. Nama Mantan

    Tiga hari kemudianLayla tengah mematutkan diri di cermin. Siang itu dia akan pergi periksa kandungan. Usia kandunganku sudah memasuki minggu ketiga puluh lima.Detik-detik menanti kelahiran. Layla sudah harus cek kandungan seminggu sekali. Beruntung Banyu selalu bersedia menemaninya untuk check up. Sesibuk apapun dirinya tidak pernah absen.Ketika Layla baru saja memoles bibirnya dengan lipstik terdengar derit pintu kamar. Perempuan itu menoleh. Seraut wajah kusut datang. Banyu suami tercinta melangkah masuk dengan gontai.Pria itu melempar begitu saja tubuhnya ke ranjang dengan tengkurap. Wajah Banyu terbenam pada bantal bersarung warna putih tersebut. Mau tak mau aku harus menghampiri sang suami."Ayang Mbep, ada apa ini?" tanya Layla lembut. Perlahan dia memegang pundak suami tercinta. "Dateng-dateng kok mukanya ditekuk gitu?" tegurnya perhatian.Banyu membalikkan badan. Wajah pria yang sehari-hari tampak tenang kini terlihat keruh. "Bu

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   80. Ayang Mbep

    Layla dan Banyu tengah jalan pagi mengitari komplek. Aktivitas menyehatkan itu sudah Layla jalani dari awal hamil. Syukurnya Banyu selalu setia menemani.Padahal Layla tidak pernah mengajak sang suami. Namun, Banyu punya kesadaran untuk melakukan olahraga tersebut. Karena kata Banyu, jalan pagi itu selain mudah, murah, juga kaya manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh.Banyu sendiri berusaha menjadi suami yang siaga. Jadi setiap pagi sebelum berangkat kerja, dia menyempatkan diri untuk menemani sang istri jalan pagi. Selain itu dirinya juga sekalian berolahraga untuk kebugaran tubuh.Jalan kaki dipilih karena dapat menjaga berat badan, menurunkan kadar kolesterol, serta menyeimbangkan tingkat tekanan darah. Sehingga mengurangi resiko kelahiran prematur.Satu jam berlalu. Layla merasa cukup berolahraga. Peluh sudah mulai membanjiri badan. Belum lagi cacing di dalam perut sana meminta jatah makan pagi. Akhirnya wanita itu pun mengajak sang suami untuk

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   79. Buah Kesabaran

    "Hani hamil anakku?” gumam Panji tidak percaya. Pria itu tertawa sumbang, “kami bahkan sudah berpisah hampir dua bulan, Pak. Dan sebelum itu, aku dan Hani juga sudah pisah ranjang,” papar Panji menerangkan keraguan hatinya. “Terus kalo bukan anak kamu, itu anaknya sapa?” sergah Bapaknya Hani mulai meradang, “Hani memang bukan wanita yang alim, tapi saya bisa menjamin kalo dia gak akan mungkin murahan menjajakan diri,” semburnya cukup lantang. “Ayah!” Dari dalam menghambur Zea yang diikuti oleh Bik Ijah dan Tantri. Kakak Panji itu sengaja mampir begitu pulang dari kantor. Perempuan itu ingin mendengar jalannya sidang perdana perceraian sang adik. “Pak Hadi?” sapa Tantri begitu sadar akan kehadiran mertua adiknya, “dari Bogor langsung ke sini kah?” “Gak,” sahut

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   78. Kehamilan Hani

    “Dia bukan istri saya,” tampik Bapak Beni begitu dokter menyangka Hani adalah istrinya.“Oh bukan? Lantas adiknya?” Dokter bertanya seraya membetulkan letak kaca matanya.“Bukan adik saya juga.” Pak Beni kembali menggeleng.Dokter seumuran Pak Beni itu tersenyum. “Oke ... entah itu teman, saudara atau pun tetangga, saya cuma mau menjelaskan kalo ibu ini lagi hamil. Dan sekarang sudah menginjak minggu ke delapan.”Bapak Beni hanya mengangguk.

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   77. Ibu Lia Kena Batu

    Ibu Lia menyeringai puas. Hatinya cukup merasa bahagia melihat Hani beranjak pergi dengan menarik dua kopernya. Wanita itu lantas memotret Hani dari belakang.Walau pun tidak terlihat jelas wajah Hani, tetapi Ibu Hani tetap akan menyebarkan foto Hani yang mengenaskan tersebut. Jika dituruti hawa nafsunya, wanita itu ingin sekali melihat Hani menangis berdarah-darah di hadapannya.Perempuan itu lantas mengeluarkan satu gepok uang pada amplop cokelat. Ibu Lia mengangsurkan amplop tersebut pada seorang kepala preman. Dia sengaja menyewa preman guna mengusir Hani.Ibu Lia pikir Hani masih sama seperti yang dulu. Pintar beradu mulut dan keras kepala. Makanya dirinya mengantisipasi dengan membawa preman.

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   76. Diusir Lagi

    "Diperintahkan?” Dahi Hani berkerut indah.“Apakah Mas Panji yang menyuruh?”otak Haniberpikir gusar, “tidak mungkin!”Hani menggeleng keras sendiri, “jika dia mau menggunakan ruko ini untukmembuka usaha, harusnya dari kemarin-kemarin cek keadaan ruko ini.”Hani lantas menatap para preman bertubuh besar dihadapannya. “Memangnya siapa yang memerintahkan kalian untuk mengosongkan rukoini?” tanya dia cukup penasaran.“Aku yang menyuruh mereka, Hani.”Hani menoleh. Saking kagetnya melihat kedua kopernyadikeluarkan oleh orang yang tidak dikenal, dia sampai tidakngehjikaada mobil yang berhenti tidak jauh dari pelataran ruko itu.Hani mengenal mobil me

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   75. Sidang Perdana

    Hani baru saja keluar dari kamar mandi. Hari ini adalah jadwal sidang perceraiannya. Dia akan datang untuk mempertahankan rumah tangganya.Sebenarnya Hani enggan keluar dari kediamannya. Karena sejak tadi pagi dia mual-mual. Padahal dirinya sudah meminum obat masuk angin dan juga asam lambung. Tetap saja perempuan itu diserang enek.Hani membuka koper. Dia mengambil kotak make up yang kini tinggal bedak dan lipstik. Bagaimana pun juga wanita itu ingin tetap terlihat menarik di hadapan Panji.Usai memoles wajah, Hani meraih salah satu koleksi busana terbaik yang dipunyai. Sebuah dress lengan panjang Korea. Koleksi baju panjang perempuan itu tidaklah banyak. Dulu dia begitu menyukai baju-baju mini dan sed

  • BEDA ISTRI BEDA REZEKI   75. Ibu Lia Menemui Panji

    Sopir Ibu Lia mengangguk patuh. Pria paruh baya itu mulai melajukan mobilnya.“Pelan-pelan saja, Pak! Jangan sampai wanita itu tahu kalo kita lagi ngikutin,” suruh Ibu Lia dengan fokus tetap tertuju pada Hani.“Baik.” Pak sopir kembali mengiyakan.Sementara di luar sana, Hani terus melangkah. Pikirannya kosong. Sungguh pemutusan hubungan kerja ini membuatnya bingung.Hani bukanfreshgraduateyang gampang mencari pekerjaan. Dia hanya seorang ibu-ibu yang tidak punya keterampilan khusus. Apalagi berkas-berkas ijazah tertinggal di rumah ibunya.

DMCA.com Protection Status