Share

Menemui Dinda

Penulis: Tyarasani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-20 21:19:37

****

"Apa kamu sudah pikirkan baik-baik, Din?" tanya Vio, sahabat terdekat perempuan yang beberapa hari lalu di talak suaminya karena tak ingin di madu.

"Ya, memangnya kenapa, Vi?" Dinda balik bertanya.

"Enggak, sih! Membuang buaya buntung itu udah yang paling tepat, tapi bagai mana dengan Adam dan Alif?" ujar Vio.

"Mungkin, nanti aku akan cari waktu yang tepat untuk menjelaskan pada anak-anak," lirih Dinda hampir tak terdengar.

Dinda tahu, hal yang paling menyakitkan untuk dirinya adalah ketika kedua anaknya tahu kebenarannya. Mungkin saja sekarang Alif terlihat biasa saja karena belum paham, Namun beda lagi ceritanya dengan Adam, dia cukup dewasa untuk mengerti semuanya.

"Hai, jangan melamun! Aku tahu kamu dalam situasi sulit, yang sabar, pasti ada jalan!" ucap Vio sambil menepuk pelan bahu Dinda.

"Apapun keputusan kamu, aku do'akan agar menjadi keputusan yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Kerinduan Adam

    ****Pagi-pagi sekali Dinda dapat kabar dari Bu Nuri, kalau adam sedang sakit. tentu saja membuatnya sangat khawatir dengan kondisi Adam saat ini, apalagi Adam tengah jauh dari dirinya."Ibu Dinda tenang saja, semalam sudah di bawa ke klinik terdekat. Tapi, jika siang ini Adam belum membaik Ibu dan Bapak boleh menjemputnya, untuk di rawat di rumah saja." Bu Nuri pelan-pelan menjelaskan lewat sambungan telepon.Kekhawatiran Dinda mulai menjadi ketika mengingat rumah tangganya yang telah pincang, bagai mana jika Adam menanyakan Mas Helmi ketika di rumah nanti? Apa yang akan ia katakan pada putra sulungnya?Dinda terus merapalkan do'a untuk kesembuhan Adam, walau bagaimanapun ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya kepada Adam, apalagi saat ini ia sedang sakit.Akhirnya Dinda meminta saran Umi Aisyah, karena masalah ini menyangkut kesehatan putranya, tak mungkin juga ia tega membiark

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Ulah Siapa?

    ****"Assalamu'alaikum, Mas Adam!" Suara itu begitu Adam kenal, ia menoleh. Seketika saja ia tersenyum. Dinda, hanya menunduk karena tak sanggup menahan air mata yang memaksa jatuh, demi melihat pemandangan yang begitu menyakitkan di depan matanya."Ayah," panggil Adam."Maaf, Ayah baru datang. Ayah ..."  ucap Helmi ragu."Adam tahu, Ayah sibuk, kan?" sahut Adam, wajahnya tertunduk lesu."Maaf," ucap Helmi, ia mengusap rambut putranya dengan lembut.Setelah bercengkrama sejenak dengan Adam, Helmi meminta Dinda untuk berbicara di luar saja.Dinda mengangguk, meski dalam hatinya amarah membuncah untuk Helmi.Ketika di luar, Dinda tampak berdiri di dekat pintu ruangan, meskipun beberapa kali Helmi memintanya untuk duduk di sampingnya."Dinda, demi Tuhan aku tak sengaja, aku baru mengecek ponsel tadi subuh, aku enggak tahu kamu mengh

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Anak Atau Istri?

    ****"Ma, gimana aku mau punya bayi perempuan, Mas Helmi, tuh sibuk mulu sama Mbak Dinda!" adu Mariah pada Wulan, ibu mertuanya."Hm, kamu itu sebenarnya bisa gak buat Helmi itu benar-benar jatuh cinta sama kamu? Atau jangan-jangan kamu hanya sekadar pelampiasan saja?" sahut Wulan."Ih, Mama bukannya bantuin aku malah ngomong gitu. Payah!" gerutu Mariah jengkel."Daripada kamu mikir yang tidak-tidak, mending kamu cuciin baju Mama, ya!" titah Wulan dengan senyum yang menampakkan barisan giginya yang masih utuh di usianya."Loh, kok, aku? Kan ada Bibi, Ma." Mariah menolak."Eh, kamu nggak sadar apa? Helmi itu sudah nggak bisa bayar pembantu, kamu lupa gara-gara siapa? Gara-gara kamu!" cecar Wulan."Kok, sekarang malah nyalahin aku, sih!" Mariah bingung dengan sikap Mama mertuanya, bentar-bentar baik, bentar-bentar judes lagi."Terus nyalahin siapa? Nyalahin ru

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Senyuman Adam

    ****"Hana, bagai mana penjualan toko hari ini?" tanya Helmi pada Hana, kepercayaannya sejak lama. Termasuk, awal mula terjadi hubungannya dengan Mariah."Membaik dari hari-hari sebelumnya, Pak." "Baguslah, saya ingin segera membawa Mariah ke Jakarta. Bisa kamu carikan rumah petak yang bisa di sewa perbulan?" ungkap Helmi."Rumah petak? Apa Bapak tak salah bicara? Padahal, dulu Mariah ingin tinggal di rumah mewah milik Bu Dinda, kasihan sekali!" cibir Hana."Kita harus memulainya dari nol, Hana. Makanya, besar harapan saya toko ini bisa membantu perekonomian saya. Meskipun Dinda tak mau menjadi suplier toko kita lagi," ucap Helmi."Wajar Bu Dinda marah dan mengambil semuanya, kasalahan Bapak terlalu besar untuk di maafkan!" ujar Hana lagi membuat Pak Helmi tertunduk.Ya, Helmi menyadari itu.****Adam berubah, wajahnya tampak murung tak bersem

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Menemukan Pelakunya

    ****"Ini semua gara-gara kamu Mas!""Bukan cuma aku, tapi kamu juga ada andil. Andai saja kamu tak berlebihan mendramatisir keadaan dan tak meminta kita berpisah, keluarga kita akan baik-baik saja," bantah Helmi."Hah, aku yang berlebihan? Apa kamu tak lupa? Ini semua awalnya dari kamu! Kamu yang selingkuh!" Ucapan telak dari Dinda membuat Helmi bungkam, ia tak bisa menbantah dan membela diri lagi.Dinda terduduk dengan perasaan yang kalut, mencerna setiap kejadian demi kejadian yang sebelumnya tak pernah ia kehendaki.Merasa lelah dengan semuanya, akhirnya ia berdiri dan memutuskan untuk bertemu Umi Aisyah.''Jangan terlalu di paksakan, beri dia waktu untuk menerima semua, ini tak mudah. Percaya, pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja!''Umi Aisyah mengelus punggung putrinya yang berada dalam dekapannya, ia tahu beban yang Dinda hadapi sangat berat.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Cemburu

    ****Raut kecewa tergambar jelas di wajah Helmi. Ia tak habis pikir dengan sikap Mariah yang selalu kekanak-kanakkan dan tak terkendalikan. Tak masalah jika ia menganggap Dinda sebagai saingannya, tapi jika anak-anak rasanya tak pantas untuk disaingi."Adam itu anakku. Dewasalah sedikit!" ucap Helmi penuh penekanan."Mas, ini nggak semuanya salah aku juga, wajar aku cemburu, karena kamu tak bisa membagi waktumu.""Hah, cemburu? Lagi-lagi kamu cemburu. Mariah dengar aku, Adam  itu anakku!" tegas Helmi sekali lagi.Helmi berharap Mariah bisa memposisikan dirinya sebagai Ibu dari anak-anaknya."Aku tak cemburu dengan Adam, Mas. Aku cuma tak suka kamu dekat-dekat lagi dengan Mbak Dinda!" kilah Mariah, membuat Helmi pusing seketika."Astaga, susah kalau ngomong sama kamu!" Helmi beranjak dari duduknya, ia mengacak rambutnya dengan kasar, lalu berjalan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Bram Araskha

    ****"Bram, cepat masuk! Sebentar lagi pelajaran akan segera di mulai," seru gadis cantik berambut lurus pada anak lelaki berkaca mata yang usianya tak jauh beda dengannya."Kamu saja yang masuk!" balas anak lelaki itu. Ia membalikkan badannya, lalu berjalan menjauh dari gedung sekolah dengan wajah murung dan tertunduk."Loh, Bram. Kamu mau kemana?""Pulang.""Kenapa?""Apa kamu tak lihat bajuku kotor begini?"Ya, Anak lelaki berkacamata itu namanya, Brama Araskha. Sering di panggil Bram. Namun, anak-anak yang hobinya membully akan memanggilnya dengan sebutan si Cupu!"Justru dengan baju yang kotor begini, kamu akan mudah mengadukan perbuatan mereka , Bram. Ayo ikut aku!" ajak sang gadis sambil menarik tangan Bram dengan kasar."Ta-tapi ....""Sudah, ayo!""Mereka akan semakin marah jika aku mengadukannya.""Aku tidak peduli," tukas gadis itu, kukuh pada pendiriannya

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Mariah Minggat

    ****Sebelum memulai aktivitasnya, Dinda akan meminta Mbak Sri membuatkan secangkir kopi untuk di nikmati pagi-pagi. Dengan secangkir kopi itu, rasa bosan akan menguap seketika dengan sendirinya."Bunda, Kapan jalan-jalan?" tanya bocah berusia lima tahun itu.Adam hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus pada roti coklat di tangannya."Em, kapan, ya?" Dinda tampak berpikir sejenak, "Besok bunda mau nganter Mas Adam,  Adek mau ikut?""Mau, Bun. Hore!" teriak Alif, membuat Adam tersenyum melihat tingkah adiknya.Hari ini Dinda meminta Pak Dahlan untuk menjemput Umi Aisyah dan Abi Ahmad untuk berkumpul di rumahnya, acara makan-makan menjadi pilihannya saat ia belum bisa mengajak anak-anak dan keluarga jalan-jalan.Dinda juga mengabari Helmi, tentang keinginan Adam untuk kembali ke pesantren besok pagi, namun jawaban yang ia dapat hanya sibuk dan sibuk.'Mungkin, membahagiakan p*lakor itu lebih penti

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21

Bab terbaru

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Hijrah

    ****"Mariah, kamukah itu?" Dinda mengernyitkan keningnya, melihat Mariah yang berdiri di depannya, jelas banyak berubah dengan Mariah yang di kenalnya selama ini."Iya, ini aku, Mbak!" ucap Mariah sambil tersenyum.Dinda terdiam. Ia khawatir Mariah akan melakukan hal yang membahayakannya seperti dulu."Mbak jangan takut, aku sengaja datang ke sini untuk meminta maaf sama Mbak Dinda!" ucapnya lagi.Dinda masih bergeming. Mariah menurunkan anak kecil itu dari gendongannya hingga anak itu duduk beralaskan rumput taman. Kemudian Mariah menurunkan tubuhnya sampai berjongkok. Tidak sampai di situ, Mariah seperti hendak bersujud tepat di kakipermpuan yang dulu telah di sakitinya."Mar, Bangun, Mar! Kamu  mau ngapain, Mar?" teriak Dinda. Ia mundur beberapa langkah demi menghindari Mariah yang masih bersimpuh."Mbak Dinda, Maafkan aku! Aku memang salah sudah merebu

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Akhir Yang Bahagia Untuk Dinda

    ****"Dua minggu lagi aku akan menikahi Dinda, Ma. Aku harap, Mama bisa menerima keputusan ini dengan hati yang lapang!" ucap Bram. "Hm, apa kamu sudah pikirkan baik-baik? Masalahnya, Helmi mengidap penyakit kelam*in. Ada kemungkinan Dinda juga sudah tertular, Bram!" sahut Wulan."Beberapa hari lalu, Dinda sudah melakukan cek darah di sebuah klinik. Alhamdulilah, hasilnya negatif.""Apa? Jadi Dinda baik-baik saja?" seru Helmi. Ia baru saja datang dan ikut bergabung dengan Wulan dan Bram."Ya, Dinda negatif, Hel!""Lalu, dari mana sumber penyakit ini? Karena akhir-akhir ini aku tidak pernah melakukan hubungan itu dengan perempuan manapun!" umpat Helmi kesal."Coba kamu ingat-ingat lagi! Mungkin kamu pernah transfusi darah atau menggunakan jarum suntik yang tidak steril? Karena penularan penyakit itu tidak melulu dari hubungan badan saja, Hel!""Aku bukan pem

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Dua Minggu Lagi

    ****"Bram, silakan duduk!" sambut Abi Ahmad terdengar ramah.Bram mengangguk dan mengikuti perintah Abi Ahmad. Ia sedikit demi sedikit berusaha mengurai kegugupannya di depan orang tuanya Dinda.Bibi datang dengan nampan berisi minuman di tangannya. Dinda dengan cekatan membantu pekerjaan ART-nya.'Sungguh, calon istri idaman!' puji Bram dalam hati."Maksud kedatangan Nak Bram sudah kami dengar dari Dinda. Namun, kali ini kami ingin mendengarnya langsung dari Nak Bram. Apa keberatan?" Pertanyaan Abi Ahmad mampu meluluh lantakkan pertahanan Bram untuk tetap tenang di depan orang tua kekasihnya. Namun, detik kemudian Bram berhasil menguasai dirinya kembali."Bismillahirrohmanirrohim, saya datang kesini karena saya ingin meminta restu dari Abi dan Umi. Saya mencintai Adinda dan berniat menikahinya dalam waktu dekat. Itupun jika Abi dan Umi memberikan restu."Singkat, padat dan j

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Menghadap Keluarga

    ****Samudra bertamu dengan membawa kabar baik untuk Dinda, ia akan melakukan pernikahan dengan Amel dalam waktu dekat ini."Selamat, ya, Sam. Akhirnya kamu menemukan cinta sejatimu di rumahku!" kelakar Dinda setelah memberi ucapan selamat untuk Samudra."Haha, kamu bisa aja, Din! Tapi ... Maaf,nih, mungkin setelah aku menikahi Amel, Amel akan berhenti bekerja sebagi baby sitternya Alif. Kamu nggak pa-pa, kan?" tanya Samudra ragu-ragu."Nggak pa-pa, Sam. Lagipula, aku sudah memprediksikan ini. Mana mungkin istri seorang pengusaha masih bekerja jadi baby sitter di rumahku?" sahut Dinda."Makasih, untuk pengertiannya, Din. Kamu memang sahabat terbaikku!""Sama-sama, tapi jangan lupa kamu harus jaga Amel layaknya berlian!" tegas Dinda."Siap!"Dinda semringah melihat lembaran undangan berwarna cream di tangannya. Nama Amelia dan Samudra tertulis di sana dengan indah. Ia jadi membayangkan bagaimana pernikahannya nanti dengan Samudra? Apa harus meriah atau han

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Amera Hilang

    ****"Hai, Om Bram!" Alif menyambut Bram dengan sangat ramah. Bahkan, kadang-kadang ia tak akan sungkan untuk memeluk lelaki dewasa itu."Apa kabarmu? Bagaimana sekolahmu?" tanya Bram pada bocah itu."Kabarku baik dan sekolahku sangat menyenangkan. Aku sudah bilang pada teman-temanku, kalau Om Bram sebentar lagi menjadi papaku!" Dengan polosnya Alif bercerita."Wow! Alif di ajarin siapa cerita-cerita begitu?" Dinda tampak bertanduk mendengar cerita dua lelaki beda usia di depannya."Memangnya nggak boleh, ya, Bunda?" Alif balik bertanya, tatapannya berubah menjadi sendu."Sutt!" Bram memberi kode isyarat."Em, boleh. Tapi cuma ke teman dekat saja ,ya!" jawab Dinda sedikit terpaksa karena kode dari Bram."Siapa teman dekatnya Alif?" Bram menyela pembicaraan antara Dinda dan Alif."Itu, anaknya Bu RT. Namanya Salwa, Om." 

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Negatif

    ****"Pak, bangun, Pak! Ini sudah siang, Pak Helmi sudah melewatkan sarapan dan minum obat setengah jam yang lalu." Rena memberanikan diri untuk membangunkan Helmi."Hoam!" Helmi menguap sambil menggeliat. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sering mengantuk padahal semalam tidurnya sangat nyenyak."Ini sarapan dan obatnya saya taruh di sini, ya!" ucap Rena lagi. Lalu, ia kembali keluar kamar karena ada pekerjaan yang harus di selesaikannya.Helmi berjalan tertatih, tangannya bertumpu pada tembok.  Ia melakukan terapi sendirian. Dari tempat tidur ke kamar mandi saja, Helmi membutuhkan waktu yang lumayan lama, karena kakinya terasa sangat lemas."Argh, andai saja aku tak ceroboh,tak mungkin aku akan menderita seperti ini!" gerutu Helmi. Dengan penuh perjuangan, akhirnya ia sampai juga di kamar mandi.Di dapur Rena berpapasan dengan Wulan, jangankan menyapa dengan ramah, sekadar senyum pun tidak.

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Menikahlah Dengan Dia

    ****Seminggu kemudian dari kejadian Bram mengenalkan Dinda sebagai calon istrinya, kesehatan Helmi kembali menurun. Kepalanya yang sering tiba-tiba sakit dan demam tinggi sering menyerangnya malam-malam. Beruntung ia sudah mendapatkan orang yang bersedia untuk merawat serta mengurus semua keperluannya. Dari mulai makan, menyiapkan pakaian, juga hal-hal kecil lainnya."Hel, apa kamu yakin ingin mengurus Amera sedangkan kondisi kamu saja seperti ini?" tanya Wulan. Ia tiba-tiba masuk kamar dengan wajah yang kusut. Pasti gara-gara belum di kasih jatah bulanan."Terus kalau bukan kita yang urus, mau siapa lagi, Ma?" Helmi balik menatap mamanya."Ya, misal di titip di panti asuhan. Kita bisa menjenguknya kapanpun kita mau. Iya, kan?" ucap Wulan sambil menunduk.Sebenarnya ia tak enak memberi ide seperti ini kepada Helmi. Apalagi, dulu ia sangat menginginkan cucu perempuan dari Helmi. Tetapi ketika Helmi

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Calon Istriku

    *****Sore hari, Helmi pulang ke rumah. Baru saja ia sampai di ruang tamu, Wulan menyambutnya dengan bibir yang mengerucut."Hel, bagaimana kabar si Amera? Apa sudah ada kemajuan hari ini?" tanya Wulan dengan mata yang sedikit mendelik."Belum, Ma.""Harus berapa lama lagi dia di rawat di NICU? Lama-lama bisa tekor persediaan uang kita, tabungan Mama sudah mulai berkurang, loh!" sungut Wulan, tampak sedikit kesal."Sabar, ya,Ma. Kita berdo'a untuk Amera agar berat badannya cepat stabil dan bisa di rawat di rumah saja.""Pasti," sahut Wulan datar."Aku mandi dulu, ya, Ma.""Hm!"Helmi mengayuh roda kursi yang ia duduki dengan dua tangannya. Ia harus belajar mandiri, apalagi nanti kalau Amera sudah pulang ke rumah, ia harus bisa mengurus diri sendiri dan mengasuh Amera sekaligus.Helmi mengguyur tubuhnya yang terasa lengket dengan air hangat. Aroma sabun mandi yang menyegarkan menguar dari t

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Ungkapan Cinta

    ****Bram tampak segar sore ini, setelah mandi dan bersiap-siap ia segera melangkah ke kamar putrinya dengan cepat."Kamu sudah siap, Laura?" teriak Bram sambil mengetuk pintu kamar putrinya yang mulai beranjak remaja."Sedikit lagi, Pa!" teriaknya dari dalam tanpa membukakan pintu untuk papanya."Huh, perempuan sama saja! Masih bocah atau dewasa sama saja, sama-sama suka lama kalau dandan!" gerutu Bram di depan pintu kamar anaknya."Papa tunggu di depan saja, ya!" "Iya, Pa."Bram berjalan ke depan dengan gontai sambil bersiul-siul. Wajahnya kali ini tampak riang tak sekusut sebelumnya, berharap apa yang telah di susun rapi dengan putrinya berjalan sesuai dengan keinginannya.Setengah jam kemudian, Laura menghampirinya sambil senyum-senyum. Dandanan Laura kali ini bikin sakit mata. Bagaimana tidak? Dia memakai rok selutut warna kuning, di padukan dengan atasan k

DMCA.com Protection Status