Share

Bab 94. Rasa Dilema

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sya, kamu serius mau ngebunuh Bella?" Alana bertanya dengan nada yang tidak senang. Entah kenapa dia merasa takut memiliki suami seorang pembunuh.

Bisa saja setelah berhasil mengambil nyawa Bella, maka Rasya akan merasa senang dan bangga. Setelah itu, tidak menutup kemungkinan dia melakukan hal yang sama pada orang lain, sebut saja musuh.

"Kamu takut masuk penjara?" Rasya menaikkan sebelah alisnya sambil terus melanjutkan langkah ke depan rumah. "Jangan terlalu dipikirkan, mending–"

"Tapi aku nggak mau kamu jadi pembunuh, Sya. Aku cuma pengen balas perlakuan dia aja, toh Bella menurut aku nggak jahat-jahat amat. Cuman ya dia termasuk dari salah satu orang yang sudah bikin aku kecewa. Apa mending kita biarin dia lepas aja dan hidup sesuai maunya? Toh dia buta, mana mungkin berani mengusik hidup kita lagi. Nggak mungkin juga kita terus menyekapnya di sini, kan? Setelah dipikir-pikir ...." Alana sengaja menggantung kalimatnya, dia juga bingung apa yang sudah terjadi padanya sehingga ras
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 95. Rasya Bersandiwara

    Bab 95Mereka duduk di ruang tamu dengan posisi saling berhadapan. Alana yang masih sibuk dengan pikiran tentang Rasya harus berusaha fokus pada Albian. Dia penasaran, sehingga dadanya terasa sesak.Diam-diam wanita itu menghela napas berat, menunggu kalimat yang akan disampaikan oleh Albian. Selama menjadi kekasihnya, belum pernah Alana bercerita panjang lebar tentang Zanna. Lantas, dia akan memberi informasi apa tentang gadis yang tidak pernah dia temui sebelumnya?"Zanna, aku sudah tahu bagaimana dia menjalani hidupnya. Tapi apa kalian tahu siapa pelakunya?"Alana tercengang mendengarnya. "Apa maksudmu?""Iya, Al. Apa maksudmu? Kenapa kamu mengatakan hal itu dan bagaimana hidup Zanna?" Ranti ikut bertanya. Dia sengaja menjaga ekspresi agar tidak ketahuan kalau dirinya ikut terkejut."Aku tahu siapa pelakunya. Seseorang yang sudah menghancurkan hidup Zanna sampai gadis itu mengakhiri hidupnya." Albian menjawab dengan wajah datar.Tidak ada respons dari Alana atau pun sang ibu. Kedua

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 96. Tentang Zanna

    Hari beranjak sore, tetapi Rasya belum juga kembali padahal beberapa saat yang lalu dia sudah janji akan pulang pukul dua siang. Bukan tanpa usaha, Alana sudah sering mengirim pesan menanyakan keberadaan Rasya, tetapi nihil.Tidak satu pun pesan dia baca apalagi sampai membalasnya. Alana menunggu dalam keadaan resah. Di antara banyak pesan yang Alana kirim, Rasya hanya mengirim satu voice note yang mengatakan, "aku akan di rumah jam dua siang sekaligus ngajak kamu ke rumah kita. Besok sudah terima kunci, tunggu aku ya!"Rumah itu memang sudah hampir selesai atau mungkin sudah selesai, Alana tidak pernah melirik ke sana. Dia juga bingung kenapa secuek itu pada rumah yang sedang dikerja, mungkinkah karena selama ini terlalu banyak masalah?Resah, gelisah. Itu yang Alana rasakan hingga saat ini."Belum pulang juga?"Alana menoleh pada ibunya yang sibuk memasak di dapur. Lihat, dia bahkan berat melangkahkan kakinya untuk membantu ibu sendiri. Pikiran yang terlalu kacau membuat Alana terpa

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 97. Jangan Salah Paham, Na!

    "Iya, aku buka galeri kamu karena ngerasa bosan. Kamu nggak keberatan, kan?"Rasya menggeleng pelan, matanya menyiratkan kesedihan yang begitu mendalam. Alana berhasil dibuat bimbang, apakah dia sebaiknya percaya pada Rasya atau Albian?Benar, jangan melihat siapa yang menyampaikan perkara itu, tetapi dengar apa yang disampaikan. Di masa lalu, Albian adalah sosok yang paling Alana benci karena sudah merusak harga dirinya. Dia adalah dalang dari semua masalah, tidak sungkan menghina bahkan mungkin bahagia kalau saja saat itu Alana kehilangan nyawanya.Sementara Rasya, dia datang bagai seorang pahlawan. Menyembunyikan aib Alana serapi mungkin, membalut luka itu dan memperlakukannya seperti seorang ratu. Meskipun bermula dari pernikahan tanpa cinta, tetapi Alana merasa bahagia.Akan tetapi, sesuatu yang paling Alana takutkan adalah jangan sampai Rasya melakukan itu memang karena ingin menebus dosa kakaknya di masa lalu. Dia tidak ingin Rasya hanya bersandiwara agar hatinya tidak lagi mem

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 98. Jangan Mencoba Melawan

    Siang ini, mereka sudah pindah ke rumah baru. Sekarang Alana tidak lagi tinggal dengan ibunya, melainkan bertetangga sementara Bella ikut dengan Ranti. Sejak pukul tujuh pagi tadi, Alana sibuk membersihkan rumah dan mengatur barang yang baru saja Rasya beli, jadi wajar saja jika sekarang dia merebahkan diri di karpet hitam depan televisi sambil menatap langit-langit rumah.Pikiran wanita itu melayang. Pasalnya, tadi Siti mendatangi Alana memberi tahu kalau Albian hendak bertemu. Entah apa yang Albian inginkan dan kenapa harus melibatkan Siti? Apakah mungkin dia sudah lupa kalau Siti adalah raja gosip atau memang sengaja memberitahunya agar ada berita panas yang tersebar?Alana tidak merasa cantik dan paling dicintai oleh semua orang, tetapi dia bisa merasakan kalau Albian sebenarnya ingin merajut cinta itu kembali. Sementara berbeda dengan Alana, baginya hanya wanita bodoh yang mau memberi kesempatan kedua pada mereka yang tidak mau memahami hakikat cinta.Jatuh pada lubang yang sama,

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 99. Aku Sangat Membenci Alana

    "Bel? Setega itu kamu sama tante? Kalau bukan karena aku, kamu mungkin sudah lama tinggal dalam neraka. Apa semua ini, kenapa kamu pura-pura buta?" Ranti memegangi lehernya yang terasa sakit setelah sebelumnya melepas lakban di mulut dan melempar benda tipis hitam itu ke lantai.Di usia yang tidak lagi muda, ketika mendapat benturan keras seperti tadi, tentu akan terasa sakit. Akan tetapi, Ranti berusaha menahannya karena penasaran akan sesuatu.Selain tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan, Ranti harus bisa menghangatkan hati Bella terlebih dahulu. Jika gadis itu tersulut amarah, maka apa pun bisa terjadi pada Ranti termasuk kehilangan nyawa.Bukan takut mati, Ranti hanya tidak ingin menambah duka di hati Alana dalam waktu dekat. Rumah yang sudah tinggal oleh dua penghuni, baru diperbaiki setelah kebakaran, tidak boleh diisi dengan luka baru ketika Ranti harus meregang nyawa.Dia harus hidup sedikit lebih lama lagi, setidaknya sampai Ranti bisa melihat senyum tulus yang indah

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 100. Hukuman Terakhir

    "Apa yang kamu lakukan demi membuat aku buta? Mau mencungkil mata ini, hah?!" Bella tertawa keras. "Seharusnya kamu melakukannya sejak dulu andai bisa, Na. Jangan lupa kalau mata ini yang pernah membantu kamu memata-matai Albian. Jangan lupa kalau mata ini yang selalu melihat padamu di kala sedih dulu. Lagi pula, apa yang bisa dilakukan oleh manusia lemah sepertimu, hah?! Mencungkil mataku akan membuatmu berakhir di penjara, kasihan sekali karena tante Ranti akan semakin menderita."Bella kemudian melangkah mendekati Ranti yang menatap tidak suka padanya. Apakah itu penting? Tentu tidak bagi Bella. Gadis itu sudah lama merencanakan semuanya, dia ingin mengganggu pikiran Alana dengan ucapannya sampai merasa ingin gila.Beberapa fakta sudah dia ketahui, tetapi Bella berusaha menyimpannya terlebih dahulu. Kurang menarik jika kebenaran tentang Rasya dan masa lalu Alana terkuak di hadapan mereka saja. Ya, Bella akan berusaha menghadirkan Siti dan kawan-kawannya.Saat keluar rumah, dia juga

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 101. Lelaki yang Lari dari Tanggungjawab?

    Mobil hitam itu melaju dengan kecepatan tinggi, Alana menatap nanar dengan sedikit rasa cemburu. Dia tidak curiga mereka akan kembali seperti dulu, tetapi tetap saja rasa cemburu hadir dalam hatinya.Bella mungkin akan berakhir tragis ketika Rasya tidak bisa mengontrol diri. Alana berharap semua baik-baik saja dan dendam itu terbalaskan sebagaimana mestinya. Terlalu kejam jika sampai menghilangkan nyawa seseorang karena Bella pun hadir sebagai orang ketiga saja tidak sampai melukai fisik.Ah ya, fisik memang tidak terluka, tetapi berbeda dengan hati dan luka yang paling sakit adalah batin, betul?"Itu Bella, kan? Mau dibawa ke mana dia?" Siti kembali mengulangi pertanyaannya.Alana menghela napas berat. Ternyata bertetangga dengan Siti memang sangat rumit. Padahal rumah mereka tidak lagi bersebelahan, tetap saja dia bisa mendapati Bella diseret paksa oleh Rasya.Sekarang apa yang harus Alana katakan? Ingin jujur takutnya malah tersebar cerita palsu yang super mengerikan. Alana tahu be

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 102. Hasutan dari Mantan

    "Aku nggak ada maksud ninggalin kamu, Na. Serius, bahkan dua rius. Buktinya sekarang aku bisa nunggu kamu sampai kapan pun kamu mau, Na."Alana kembali tertawa kecil. Bagaimana mungkin dia akan percaya pada pengakuan Albian tadi? Kalau saja lelaki itu tidak ada maksud meninggalkan, lantas kenapa seperti lari dari tanggungjawab?Dia membiarkan Alana dihina oleh semua orang termasuk keluarga Albian sendiri. Saat itu hati Alana sangat hancur, butuh dukungan dan mungkin seperti perasaan Zanna dulu.Bedanya, Alana dihamili pacar sendiri, lalu ditinggal bersama wanita lain tanpa ada niat menikahinya. Sekarang Albian kembali, mengaku tidak ada niat meninggalkan dan hanya orang bodoh yang mau percaya pada kalimat buaya di hadapan Alana."Alana, tolong percaya sama aku. Rasya nggak baik buat kamu. Dia nggak sayang sama kamu, buktinya dia nggak nyelamatin Zanna malam itu. Padahal kamu tahu sendiri kalau Rasya itu jago berantem, aku aja kalah sama dia. Malam itu, dia sama Shaka dan Shaka jauh le

Bab terbaru

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 150. Akhir yang Indah

    Selesai mandi sore, Alana memilih mengurung diri dalam kamar bersama putra kesayangannya karena Ali sedang terlelap. Merasa jenuh, akhirnya dia membuka aplikasi sosial media. Mulai dari Instag-ram, Face-book hingga aplikasi hijau yang dikenal dengan sebutan Whats-App.Alana membuka story teman-temannya. Mereka memang masih saling menyimpan kontak, tetapi tidak pernah bertukar pesan selain menonton story masing-masing. Terutama Alana yang memang tidak mau mempublish masalahnya ke media sosial.Menyebar masalah ke sosial media bagi Alana itu buruk. Selain mengundang gibah, beberapa dari mereka juga bertanya bukan karena peduli atau ingin memberi solusi melainkan kepo saja. Lagi pula, masalah rumah tangga itu hal privasi.Alana menekan layar ponselnya ketika tiba di story Whats-App milik Rasya. Ada foto mereka berdua di sana dengan caption 'Bidadari Surgaku' yang disertai emotikon love dan bunga mawar merah."Lah, ini bener?" tanya Alana menatap tidak percaya.Entah kenapa, tiba-tiba hat

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 149. Tumbuh Sangat Dalam

    "Sepertinya, aku harus pergi lagi sebelum perasaan ini tumbuh sangat dalam dan untuk itu aku butuh kamu," jawab Shaka dengan perasaan sedih.Hasna terdiam beberapa saat, kemudian melirik ke kanan dan kiri. Sayang sekali karena tidak ada pembeli agar dia bisa menghindari Shaka.Jujur saja, dia belum bisa membuka hati untuk orang baru. Memang benar kalau saat ini Hasna butuh seseorang untuk menemaninya menjalani hidup. Dia bosan menumpang pada Siti karena selalu dijadikan kambing hitam, dituduh dalang dari setiap masalah yang ada.Hidupnya kacau balau, terkadang Hasna ingin menyerah jika saja iman tidak ada dalam dada. Hasna mendesah kesal, entah mengapa. Saat kembali menatap Shaka, ada rasa iba dalam dirinya. Lelaki itu setengah mati berjuang melupakan Zanna, haruskah dia mengorbankan perasaan sendiri demi membantunya kembali ke hakikat diri?Berat. Hasna rasa tidak mudah mengubah pendirian seseorang. Apalagi sosok seperti Shaka yang setahu Hasna sudah lama alpa dari perintah Tuhan yak

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 148. Tawaran Gila

    I lay my love on youIt's all I wanna doEvery time I breathe I feel brand newYou opened up my heartShow me all your love and walk right throughAs I lay my love on you....Shaka sengaja mendengarkan lagu romansa dari Westlife sebagai gambaran perasaannya saat ini. Memang benar bahwa Alana lah yang membuka hatinya untuk tidak larut mencintai Zanna yang telah tiada. Sayang sekali, dia tidak bisa memiliki wanita itu.Mencintai seseorang yang sudah menikah dan suaminya adalah adik sendiri itu menyakitkan. Shaka diam-diam menghela napas berat tanpa memudarkan senyum di bibirnya. Dia ingin menikmati kesempatan itu dengan bahagia."Andai saja aku pulang lebih cepat dan ketemu sama kamu, aku yakin kita akan menjadi pasangan romantis. Aku nggak bakal ngebiarin Rasya buat nikahin kamu karena kesempatan itu nggak datang dua kali.""Andai saja kita bisa kembali ke masa lalu," gumam Alana membuang pandangan ke arah samping."Bahkan kamu lebih menginginkan aku daripada Rasya. Jelas sekali karen

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 147. Menikahlah Denganku, Alana

    Sesampainya di rumah, Ranti langsung menemui menantunya yang sedang duduk di samping ayunan Ali sambil menonton YouTube. Melihat kesedihan di wajahnya membuat wanita tua itu mengurungkan niat, kemudian menyerahkan ponselnya pada sang anak."Tadi mama sempat rekam pembicaraan kita di rumah Siti. Kamu kasih sama Rasya sebagai bukti, mama mau balik ke rumah dulu," bisik Ranti, lantas melangkah cepat meninggalkan Alana.Wanita itu melipat bibir. Jujur saja, dia sedikit kesal pada tingkah suaminya yang sangat mudah termakan omongan tetangga. Padahal, dia sudah tahu bagaimana perangai Siti selama ini. Lulusan sarjana, tetapi begitu mudah dikelabui.Alana tidak habis pikir, hatinya pun masih menyimpan perih setelah mendapat tamparan tadi. Kalau saja bukan mau bersikap dewasa, dia pasti sudah balas menampar Rasya. Ah, pikirannya kalut. Kini, pandangan mereka bertemu ... masih terlihat binar cinta di kedua matanya."Dengerin sendiri!" Alana meletakkan ponsel ibunya, kemudian ikut duduk di deka

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 146. Fitnah dari Siti Lagi?

    Rasya tentu tidak mau kalah, dengan cepat dia menyusul Alana ke kamar, kemudian membawanya ke tempat semula dengan sedikit paksaan. Dia bisa saja melanjutkan perdebatan itu dalam kamar, tetapi Ali tidak boleh ditinggal sendirian.Kembali, Rasya membuang napas berat. Ada perasaan sedih dalam hatinya karena dia percaya pada apa yang Siti katakan. Mengingat Shaka pernah menganggap Alana adalah Zanna, maka tidak menutup kemungkinan apa yang diadukan Siti benar adanya dan Alana sedang mencoba untuk lari dari masalah.Apa gunanya bertanya pada Ranti jika dia akan membela anaknya sendiri karena takut kalau Alana menjadi janda di usia muda apalagi pernikahan mereka belum terlalu lama ditambah Ali masih kecil. Memikirkan itu semua semakin menambah pikiran Rasya saja."Kalau kamu nggak percaya, ya sudah.""Hari itu saja aku lihat kamu dipeluk sama Shaka padahal ada banyak pelayan di rumah. Sementara tadi, hanya ada kalian. Setan selalu hadir sebagai orang ketiga saat ada yang berduaan. Okelah a

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 145. Sengaja Mengompori

    "Bu Siti tahu dari mana kalau Alana romantis-romantisan?"Siti mengibaskan kipasnya, padahal cuaca biasa saja. "Ya aku lihat sendiri lah. Tahu sendiri kan kalau Hasna kerja di warung mertua kamu, sebagai tante yang baik untuk Hasna dan tetangga baik buat kalian, jadinya beli nasi uduk ke sana. Eh, sebelum kesampean malah liat laki-laki lagi gendong Ali, terus Alana malah senyum-senyum tidak jelas. Agak lama sih posisi mereka kayak gitu, sesekali Alana bercandain Ali. Pokoknya aku nggak bisa gambarin secara gamblang, intinya mereka romantisan. Mungkin karena Hasna sama mertua kamu lagi keluar jadi mereka mikirnya dunia cuma milik berdua. Iya, toh?"Mendengar itu semakin menambah amarah di hati Rasya. Kedua matanya berubah merah, rahang pun mengetat sempurna. Bagaimana mungkin Alana bersikap romantis pada lelaki lain?Satu hal yang membuat Rasya bingung. Dia belum bisa menebak siapa lelaki yang berhasil merebut posisinya. Sejak dulu Rasya sudah berpesan agar Alana tidak pernah tersenyum

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 144. Tenang Bersamanya

    Hari kedua Shaka bekerja, dia ternyata sosok yang rajin. Datang lima menit lebih cepat dan pulang lebih lambat karena membantu Ranti membereskan warung terlebih dahulu.Sebenarnya Ranti masih sungkan mempekerjakan saudara menantunya, tetapi dia terus mendesak. Sudah berulang kali Ranti memintanya pulang ke rumah atau bekerja di kantor, Shaka tidak pernah mengindahkannya.Sekarang, jam sudah mendekati pukul tiga sore dan Shaka belum juga kembali sejak empat jam yang lalu. Ada rasa khawatir yang menyelimuti jiwa Ranti dan juga Hasna karena makanan-makanan itu diantar tidak terlalu jauh dari rumah dan jumlahnya pun tidak banyak.Dalam waktu normal, Ranti memperkirakan Shaka sudah tiba di rumah sejak setengah jam yang lalu. Entahlah, dia mendesah ingin putus asa terutama ketika Hasna mengatakan kalau nomor telepon Shaka tidak aktif. Ke mana dia? Apa dia baik-baik saja?"Kalau Shaka kenapa-napa?""Hust!" Ranti menempelkan jari telunjuknya di bibir Hasna beberapa detik, kemudian melanjutkan

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 143. Melamar

    Hari sabtu, hari yang biasanya Alana nantikan karena Rasya tidak harus berangkat ke kantor. Bagaimana dengan sekarang? Mungkin sedikit sulit karena sudah beberapa hari ini tidak ada canda dan tawa di antara keduanya.Rasya hanya akan berbicara pada Alana ketika ada sesuatu yang penting, begitu juga sebaliknya. Alana bukan tidak mau meraih rida suami, tetapi Rasya yang terlihat menghindari.Tepatnya karena merasa bersalah. Entah kenapa lelaki itu sangat sulit mengurai kata maaf di hadapan Alana. Rasa bersalah yang terlalu dalam, mungkin. Sekarang pun dia sengaja berlama-lama di kamar mandi karena khawatir berpapasan dengan Alana.Sementara Alana sendiri melipat pakaian yang dia cuci kemarin karena Ali terlelap di dalam ayunan. Untung saja pangeran mereka tidak lagi rewel, mungkin saja berusaha mengerti keadaan orangtuanya.Jam sudah menunjuk angka delapan, Ranti yang berada di penjualan terlihat penat. Dia pun memilih duduk sebentar karena tadi malam harus begadang setelah menerima pes

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bah 142. Overprotektif

    "Tidak mungkin, Na. Aku nggak yakin ada yang suka sama aku. Kamu tahu sendiri aku nggak ada kelebihan selain jago jualan." Hasna tertawa renyah, kemudian melanjutkan, "sulit. Aku harap tidak ada."Alana tersenyum hangat. Kalau dia jadi Hasna, mungkin akan merasakan hal yang sama pula. Hidup di perantauan bersama seorang tante yang sangat cerewet dan senang memfitnah orang itu tidak menyenangkan, hari-hari berlalu pasti dipenuhi dengan tekanan yang membebani pikiran apalagi jika dijadikan babu karena hidup menumpang.Sebenarnya bukan menumpang semata, Hasna juga menyisihkan gajinya untuk membeli beras atau lauk, tetapi tetap saja Siti menganggapnya beban dan kalau suatu hari nanti ada yang berniat baik, tentu merupakan berita baik.Ada satu masalah, Hasna tidak akan semudah itu mendapat restu. Dia yang kini hidup jauh dari kota kelahirannya memaksa diri untuk tetap tenang, sabar dan selalu semangat dalam keadaan apa pun. Hasna sebenarnya sangat butuh dukungan dari keluarga, hanya takdi

DMCA.com Protection Status