"Kamu pikir tante Devita itu emang bener baik sama kamu? Aku aja dulu dibenci padahal dari segi mana pun aku jauh lebih unggul, sedangkan kamu, pekerjaan aja nggak punya apalagi uang. Skincare kamu mungkin cuma bedak baby. Jadi, kamu itu cuma mau dimanfaatin!" lanjut Bella lagi.Rupanya gadis sialan itu belum pulang setelah diusir tadi. Padahal jika dia punya malu, tentu tidak akan berani memunculkan batang hidungnya lagi. Hinaan itu, apakah memang benar?"Tante Devita itu licik, seperti anaknya. Kamu harusnya percaya sama aku, kita ini sahabatan dan tentu kamu tahu kalau aku ini sedang berbohong atau tidak. Coba pikir, kenapa aku harus meninggalkan Rasya?""Karena kamu mata duitan, suka caper dan intinya nggak setia. Kamu mandang remeh ketulusan seseorang, kalau tahu dia cinta banget sama kamu, kamu manfaatin. Itu jawabannya!" balas Alana tegas.Dia kesal karena yakin kalau Bella hanya berusaha mengelabuinya. Tentu saja rencana Alana mampu dia baca, tetapi tetap saja dia harus berusa
"Emang ya, kalau orang itu tahu kita beneran kaya, sifatnya langsung berubah. Sekarang itu prinsipnya, bukan cuma kamu good looking, kamu aman," lanjut Rasya lagi memanyunkan bibirnya kesal."Lalu apa?""Kamu kaya, kamu aman. Coba deh kamu pikir, kalau ada orang lagi kumpul-kumpul dalam satu acara, pasti yang paling miskin ada di tempat cuci piring. Ini cerita curhatan dari temen aku ya si Toni, entah dia tahu dari mana juga. Nah, kalau aja si Miskin itu masak dan kebetulan ada yang nggak suka sama dia, pasti dicela padahal enak. Kalau aja di sana ada orang kaya yang kentut, mereka bakal bersikap baik dan nganggap kentutnya itu seharum kasturi. Menurut kamu gimana, betul kan yang aku bilang ini?"Alana tertawa kecil, ternyata Rasya itu orangnya lucu dan tidak jahat seperti yang dia duga. "Ya mungkin, sih. Cuman bukan berarti aku nganggap kentut kamu seharum kasturi ya, enak aja!""Eh, apa ini tutup hidung segala?!" protes Rasya begitu Alana menutup hidungnya dengan kedua tangannya.S
Sejak dua jam yang lalu, Alana terus menghindar dari Rasya. Dia merasa malu begitu menyadari dirinya lah yang menyerang duluan. Apalagi aksi itu berlangsung cukup lama.Ternyata, membuat Rasya jatuh cinta tidak semudah yang dia pikir. Alana harus melakukan sentuhan fisik agar tidak perlu menunggu lama. Namun, bukan itu yang harus Alana pikirkan saat ini karena dia teringat pada Bella.Akun kloningan sudah ada atas nama Bella Paradina. Alana tidak lupa memakai foto profil yang sama dengan akun asli mantan sahabatnya itu, kemudian meminta pertemanan di semua friendlist-nya. Beberapa dari mereka langsung mengonfirmasi termasuk akun Facebook Albian."Lagi ngapain?"Alana tersentak kaget. Pasalnya, Rasya kembali mengikutinya sampai ke dapur padahal dia mengira lelaki itu sudah terlelap. Apalagi Ranti tidak kunjung datang, apa yang harus dia lakukan jika saja ... tidak, Alana menggeleng mencoba menepis pikiran buruknya."Bukan urusan kamu!" Alana menjawab sok tegas padahal tangannya gemetar
"Mesum? Aduh, mana ada suami mesum kalau sama istri sendiri?"Alana belum sempat menjawab karena mendengar ketukan keras di pintu utama. Mungkinkah dia Ranti? Gadis itu melirik sekilas pada Rasya, kemudian melangkah pelan menuju ke depan.Betapa terkejutnya dia ketika melihat Bella dan Albian di depan rumah. Apa tujuan mereka kali ini? Namun, Alana tidak ingin terlihat takut, dia berusaha menjaga ekspresi wajah agar terlihat santai."Balik lagi, ada apa?" Alana bertanya dengan nada ketus sambil menatap sinis pada mereka berdua yang tak lain adalah mantannya juga mantan Rasya.Apa ini yang dinamakan bertukar jodoh? Alana tidak habis pikir, padahal itu bukan kisah cinta segiempat."Jangan bersembunyi di balik akun palsu kalau kamu emang berani. Kamu pikir aku nggak tahu akun atas nama Bella Paradina? Aku hafal ketikan kamu, Na."Rasya langsung maju, berdiri di samping istrinya dengan kedua alis saling bertaut. "Akun apa? Alana nggak pernah buat akun fake, yang biasa kayak gitu kan kamu,
Suasana malam itu sangat panas, Rasya tidak tahu apa yang terjadi pada bumi. Sore tadi dia lelah mencari Ranti yang ternyata masih sibuk di sekolah, semua karena desakan Alana.Mengingat Alana, lelaki itu mendengus kesal. Dia semakin yakin kalau dirinya sudah jatuh dalam cinta. Kalau saja dia mendapat jawaban, Rasya pasti mengutarakan perasaannya.Rasya melirik ponsel yang ada di sampingnya untuk melihat jam, rupanya sudah tengah malam. Lelaki itu tidak bisa tidur karena dirundung rasa gelisah. Dia berjanji pada diri sendiri untuk melindungi istrinya.Dalam satu detik, Rasya sudah duduk bersandar pada dinding menatap Alana yang tertidur pulas di tempat tidur. Sekalipun cahaya remang, dia tetap bisa melihat kecantikan gadisnya."Na," panggil Rasya. Dia tahu Alana tidak akan mendengar apalagi menyahut, tetapi Rasya merasa harus menyampaikan semuanya. "Aku berani mengajakmu menikah demi misi kita karena takut namamu semakin buruk di mata semua orang. Aku khawatir Albian atau Bella datang
Setelah deru motor Rasya terdengar menjauh, gadis itu kembali membuka pintu kamar dan melangkah ke luar tepatnya di depan rumah. Beberapa orang berlalu-lalang, menuju tempat kerja, sekolah atau mungkin pasar. Hati Alana merasa resah, dia dilema dengan hidupnya sendiri. Entahlah, gadis itu sendiri merasa bingung apa yang terjadi padanya. Jika ditanya apakah masih menyimpan dendam pada Albian, jawabannya tentu masih. Akan tetapi, dia selalu ingin bertemu lelaki itu untuk menjambak rambutnya dan di sisi lain hatinya berdenyut nyeri ketika bayangan masa lalu kembali mengusik pikiran. Alana menghela napas berat, dia butuh tamparan dari seseorang agar ke depannya tidak bodoh lagi ketika dihadapkan pada cinta. Alana mengepalkan kedua tangannya begitu mengingat bagaimana dia mengemis cinta sampai harus meminta maaf berkali-kali padahal tidak melakukan kesalahan. Padahal Bella pernah bilang, "hati kamu tuh lemah banget kalo soal cinta. Misal kek ujian, ya remedial mulu. Sekali-kali tegas di
Bella mendengus kesal. "Tanyakan, aku malas menunda waktu karena setelah ini–"Ucapan gadis sialan itu terpotong ketika Toni membiusnya dengan gerakan cepat. Gadis itu jatuh ke lantai dalam keadaan tidak sadarkan diri. Tubuhnya memang menggoda, tetapi Toni sama sekali tidak tertarik.Tanpa sepengetahuan Rasya, dia menyuruh orang lain untuk meniduri Bella sementara dirinya duduk di sudut kamar untuk merekam perbuatan kotor itu. Toni tertawa kecil, dia tahu Rasya akan setuju dan bangga dengan keputusannya.Pintu kamar terbuka pelan, sosok laki-laki dengan tampang mesum berdiri di sana. Dia termasuk salah satu maniak s*ks, tetapi kali Toni memintanya untuk mengambil foto dan video singkat saja seolah Bella benar-benar diperkosa.***Selesai menjemur pakaian, Alana kembali masuk ke dalam rumah. Matahari begitu terik padahal baru menunjukkan pukul sepuluh pagi. Ranti sendiri masih termenung di depan kamarnya memikirkan bagaimana cara mereka hidup ke depannya.Betul bahwa ada uang dari Rasy
"Aku miskin, tetapi terhormat. Mungkin saat ini kamu ada uang karena menjadi istri Rasya, ingat kata-kataku ini kalau suatu hari kamu akan hidup di jalanan!"Alana berkacak pinggang menertawakan mantan kekasihnya. Kalau saja dulu, gadis itu tidak akan berpikir panjang untuk meminjami Albian bahkan mungkin enggan menagih, sekarang siatuasi beda ya cerita juga berbeda. Setitik pun tidak ada cinta dalam hati Alana kini."Iya, aku ada karena jadi istrinya Rasya. Kalau jadi istri kamu bisa-bisa melarat di jalanan. Makanya pinjem aja sama Bella, bukan sama mantan. Lagian tumben nggak tahu Bella ada di mana? Mungkin ada mangsa baru karena tahu kamu kere atau dia kerja banting tulang demi biayain hidup kekasih kerenya?"Hati Albian memanas, lalu segera pergi dari sana. Alana tidak tahu apakah lelaki itu langsung pulang atau masih keluyuran mencari pinjaman. Dia menduga Bella lah yang memaksanya untuk mencari uang satu juta, apakah membeli skincare atau baju mahal.Bukankah mereka berdua gaya
Selesai mandi sore, Alana memilih mengurung diri dalam kamar bersama putra kesayangannya karena Ali sedang terlelap. Merasa jenuh, akhirnya dia membuka aplikasi sosial media. Mulai dari Instag-ram, Face-book hingga aplikasi hijau yang dikenal dengan sebutan Whats-App.Alana membuka story teman-temannya. Mereka memang masih saling menyimpan kontak, tetapi tidak pernah bertukar pesan selain menonton story masing-masing. Terutama Alana yang memang tidak mau mempublish masalahnya ke media sosial.Menyebar masalah ke sosial media bagi Alana itu buruk. Selain mengundang gibah, beberapa dari mereka juga bertanya bukan karena peduli atau ingin memberi solusi melainkan kepo saja. Lagi pula, masalah rumah tangga itu hal privasi.Alana menekan layar ponselnya ketika tiba di story Whats-App milik Rasya. Ada foto mereka berdua di sana dengan caption 'Bidadari Surgaku' yang disertai emotikon love dan bunga mawar merah."Lah, ini bener?" tanya Alana menatap tidak percaya.Entah kenapa, tiba-tiba hat
"Sepertinya, aku harus pergi lagi sebelum perasaan ini tumbuh sangat dalam dan untuk itu aku butuh kamu," jawab Shaka dengan perasaan sedih.Hasna terdiam beberapa saat, kemudian melirik ke kanan dan kiri. Sayang sekali karena tidak ada pembeli agar dia bisa menghindari Shaka.Jujur saja, dia belum bisa membuka hati untuk orang baru. Memang benar kalau saat ini Hasna butuh seseorang untuk menemaninya menjalani hidup. Dia bosan menumpang pada Siti karena selalu dijadikan kambing hitam, dituduh dalang dari setiap masalah yang ada.Hidupnya kacau balau, terkadang Hasna ingin menyerah jika saja iman tidak ada dalam dada. Hasna mendesah kesal, entah mengapa. Saat kembali menatap Shaka, ada rasa iba dalam dirinya. Lelaki itu setengah mati berjuang melupakan Zanna, haruskah dia mengorbankan perasaan sendiri demi membantunya kembali ke hakikat diri?Berat. Hasna rasa tidak mudah mengubah pendirian seseorang. Apalagi sosok seperti Shaka yang setahu Hasna sudah lama alpa dari perintah Tuhan yak
I lay my love on youIt's all I wanna doEvery time I breathe I feel brand newYou opened up my heartShow me all your love and walk right throughAs I lay my love on you....Shaka sengaja mendengarkan lagu romansa dari Westlife sebagai gambaran perasaannya saat ini. Memang benar bahwa Alana lah yang membuka hatinya untuk tidak larut mencintai Zanna yang telah tiada. Sayang sekali, dia tidak bisa memiliki wanita itu.Mencintai seseorang yang sudah menikah dan suaminya adalah adik sendiri itu menyakitkan. Shaka diam-diam menghela napas berat tanpa memudarkan senyum di bibirnya. Dia ingin menikmati kesempatan itu dengan bahagia."Andai saja aku pulang lebih cepat dan ketemu sama kamu, aku yakin kita akan menjadi pasangan romantis. Aku nggak bakal ngebiarin Rasya buat nikahin kamu karena kesempatan itu nggak datang dua kali.""Andai saja kita bisa kembali ke masa lalu," gumam Alana membuang pandangan ke arah samping."Bahkan kamu lebih menginginkan aku daripada Rasya. Jelas sekali karen
Sesampainya di rumah, Ranti langsung menemui menantunya yang sedang duduk di samping ayunan Ali sambil menonton YouTube. Melihat kesedihan di wajahnya membuat wanita tua itu mengurungkan niat, kemudian menyerahkan ponselnya pada sang anak."Tadi mama sempat rekam pembicaraan kita di rumah Siti. Kamu kasih sama Rasya sebagai bukti, mama mau balik ke rumah dulu," bisik Ranti, lantas melangkah cepat meninggalkan Alana.Wanita itu melipat bibir. Jujur saja, dia sedikit kesal pada tingkah suaminya yang sangat mudah termakan omongan tetangga. Padahal, dia sudah tahu bagaimana perangai Siti selama ini. Lulusan sarjana, tetapi begitu mudah dikelabui.Alana tidak habis pikir, hatinya pun masih menyimpan perih setelah mendapat tamparan tadi. Kalau saja bukan mau bersikap dewasa, dia pasti sudah balas menampar Rasya. Ah, pikirannya kalut. Kini, pandangan mereka bertemu ... masih terlihat binar cinta di kedua matanya."Dengerin sendiri!" Alana meletakkan ponsel ibunya, kemudian ikut duduk di deka
Rasya tentu tidak mau kalah, dengan cepat dia menyusul Alana ke kamar, kemudian membawanya ke tempat semula dengan sedikit paksaan. Dia bisa saja melanjutkan perdebatan itu dalam kamar, tetapi Ali tidak boleh ditinggal sendirian.Kembali, Rasya membuang napas berat. Ada perasaan sedih dalam hatinya karena dia percaya pada apa yang Siti katakan. Mengingat Shaka pernah menganggap Alana adalah Zanna, maka tidak menutup kemungkinan apa yang diadukan Siti benar adanya dan Alana sedang mencoba untuk lari dari masalah.Apa gunanya bertanya pada Ranti jika dia akan membela anaknya sendiri karena takut kalau Alana menjadi janda di usia muda apalagi pernikahan mereka belum terlalu lama ditambah Ali masih kecil. Memikirkan itu semua semakin menambah pikiran Rasya saja."Kalau kamu nggak percaya, ya sudah.""Hari itu saja aku lihat kamu dipeluk sama Shaka padahal ada banyak pelayan di rumah. Sementara tadi, hanya ada kalian. Setan selalu hadir sebagai orang ketiga saat ada yang berduaan. Okelah a
"Bu Siti tahu dari mana kalau Alana romantis-romantisan?"Siti mengibaskan kipasnya, padahal cuaca biasa saja. "Ya aku lihat sendiri lah. Tahu sendiri kan kalau Hasna kerja di warung mertua kamu, sebagai tante yang baik untuk Hasna dan tetangga baik buat kalian, jadinya beli nasi uduk ke sana. Eh, sebelum kesampean malah liat laki-laki lagi gendong Ali, terus Alana malah senyum-senyum tidak jelas. Agak lama sih posisi mereka kayak gitu, sesekali Alana bercandain Ali. Pokoknya aku nggak bisa gambarin secara gamblang, intinya mereka romantisan. Mungkin karena Hasna sama mertua kamu lagi keluar jadi mereka mikirnya dunia cuma milik berdua. Iya, toh?"Mendengar itu semakin menambah amarah di hati Rasya. Kedua matanya berubah merah, rahang pun mengetat sempurna. Bagaimana mungkin Alana bersikap romantis pada lelaki lain?Satu hal yang membuat Rasya bingung. Dia belum bisa menebak siapa lelaki yang berhasil merebut posisinya. Sejak dulu Rasya sudah berpesan agar Alana tidak pernah tersenyum
Hari kedua Shaka bekerja, dia ternyata sosok yang rajin. Datang lima menit lebih cepat dan pulang lebih lambat karena membantu Ranti membereskan warung terlebih dahulu.Sebenarnya Ranti masih sungkan mempekerjakan saudara menantunya, tetapi dia terus mendesak. Sudah berulang kali Ranti memintanya pulang ke rumah atau bekerja di kantor, Shaka tidak pernah mengindahkannya.Sekarang, jam sudah mendekati pukul tiga sore dan Shaka belum juga kembali sejak empat jam yang lalu. Ada rasa khawatir yang menyelimuti jiwa Ranti dan juga Hasna karena makanan-makanan itu diantar tidak terlalu jauh dari rumah dan jumlahnya pun tidak banyak.Dalam waktu normal, Ranti memperkirakan Shaka sudah tiba di rumah sejak setengah jam yang lalu. Entahlah, dia mendesah ingin putus asa terutama ketika Hasna mengatakan kalau nomor telepon Shaka tidak aktif. Ke mana dia? Apa dia baik-baik saja?"Kalau Shaka kenapa-napa?""Hust!" Ranti menempelkan jari telunjuknya di bibir Hasna beberapa detik, kemudian melanjutkan
Hari sabtu, hari yang biasanya Alana nantikan karena Rasya tidak harus berangkat ke kantor. Bagaimana dengan sekarang? Mungkin sedikit sulit karena sudah beberapa hari ini tidak ada canda dan tawa di antara keduanya.Rasya hanya akan berbicara pada Alana ketika ada sesuatu yang penting, begitu juga sebaliknya. Alana bukan tidak mau meraih rida suami, tetapi Rasya yang terlihat menghindari.Tepatnya karena merasa bersalah. Entah kenapa lelaki itu sangat sulit mengurai kata maaf di hadapan Alana. Rasa bersalah yang terlalu dalam, mungkin. Sekarang pun dia sengaja berlama-lama di kamar mandi karena khawatir berpapasan dengan Alana.Sementara Alana sendiri melipat pakaian yang dia cuci kemarin karena Ali terlelap di dalam ayunan. Untung saja pangeran mereka tidak lagi rewel, mungkin saja berusaha mengerti keadaan orangtuanya.Jam sudah menunjuk angka delapan, Ranti yang berada di penjualan terlihat penat. Dia pun memilih duduk sebentar karena tadi malam harus begadang setelah menerima pes
"Tidak mungkin, Na. Aku nggak yakin ada yang suka sama aku. Kamu tahu sendiri aku nggak ada kelebihan selain jago jualan." Hasna tertawa renyah, kemudian melanjutkan, "sulit. Aku harap tidak ada."Alana tersenyum hangat. Kalau dia jadi Hasna, mungkin akan merasakan hal yang sama pula. Hidup di perantauan bersama seorang tante yang sangat cerewet dan senang memfitnah orang itu tidak menyenangkan, hari-hari berlalu pasti dipenuhi dengan tekanan yang membebani pikiran apalagi jika dijadikan babu karena hidup menumpang.Sebenarnya bukan menumpang semata, Hasna juga menyisihkan gajinya untuk membeli beras atau lauk, tetapi tetap saja Siti menganggapnya beban dan kalau suatu hari nanti ada yang berniat baik, tentu merupakan berita baik.Ada satu masalah, Hasna tidak akan semudah itu mendapat restu. Dia yang kini hidup jauh dari kota kelahirannya memaksa diri untuk tetap tenang, sabar dan selalu semangat dalam keadaan apa pun. Hasna sebenarnya sangat butuh dukungan dari keluarga, hanya takdi