Share

Bab 31. Di Mana Albian?

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Alana menghela napas berat karena rasa kesal sudah merajai hatinya. Bagaimana bisa takdir tidak pernah berpihak padanya? Apalagi saat ini ada trio macan itu, dia pasti harus menguras tenaga lagi. Ah ya, bukankah jin atau setan-setan keluar menjelang magrib? Alana baru ingat hal itu.

Dengan sedikit terbata, dia membaca ayat kursi dengan suara yang sedikit keras. Saat di pertengahan ayat, Hesti membentak, "heh, kamu pikir kita-kita ini setan apa sampai dibacain ayat kursi?"

"Sok paling suci aja!" Siti tidak mau kalah, dia bahkan menjitak kepala Alana keras.

Alana tidak balas memukul karena mereka berjumlah tiga orang, tetapi jika tidak bisa melukai dengan fisik, bukankah masih bisa merusak mental atau batinnya? Alana tersenyum pongah, menatap ketiganya secara bergantian.

"Aku lupa kalau kalian itu manusia soalnya aku kalau ngeliat muka kalian kayak langsung keingat film horor gitu loh. Valak, nenek lampir, nenek sihir. Mirip, iya toh?" Alana pun menutup mulutnya seolah meralat ucapan pa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 32. Sulit untuk Tersenyum

    "Alana sudah ngerebut Rasya dari aku, Mbak. Pelakor kayak dia itu nggak pantes buat dikatain cantik, mending dihajar sebelum keluar kamar. Gimana?""Heh, sadar nggak kalau kamu yang ngerebut Albian dari aku? Semua tetangga di sini tahu kalau aku pernah pacaran sama Albian yang ternyata selingkuh sama kamu. Udah deh nggak usah akting!" geram Alana, tangannya mengepal sempurna.MUA tahu suasana di kamar pengantin sedang panas sehingga meminta Bella keluar saja. Apalagi beberapa detik yang lalu terdengar sorakan saksi menyebut kata 'sah!'. Sayangnya, gadis sialan itu menolak untuk keluar sendiri, dia malah menarik tangan Alana ikut bersamanya.Bella mengukir senyum sinis. Sepanjang malam dia memikirkan cara untuk merebut Rasya kembali karena mereka kekasihnya yang sekarang tidak berguna. Mereka memang baru bertemu tadi pagi, tetapi Bella merasa kurang respect sehingga memilih untuk mengusir Albian saja, sekaligus melarangnya untuk datang ke pernikahan Alana dalam keadaan babak belur sepe

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 33. Balasan yang Tepat untuk Perebut

    "Apa maksudmu, Sya? Kamu nuduh aku tidur sama laki-laki? Hei, kamu sering maksa aku buat ditidurin sampai hamil begini, sekarang mau ngefitnah? Emang laki-laki jaman sekarang itu biadab ya, macarin anak orang buat dirusak doang. Sue!"Emosi Bella semakin memuncak. Kalau dia tidak meneruskan sandiwara itu sampai menang, bisa dipastikan orang-orang di sana akan menghujatnya. Dia memang bodoh karena datang tanpa persiapan lebih dan hanya memikirkan tentang kehamilan palsunya yang dianggap bisa menguntungkan.Alana juga tidak mau tinggal diam. Dia menatap tajam pada Bella yang memasang mimik paling menyebalkan. Meskipun tangan Alana sedikit dingin, dia tidak peduli. Baginya, diam adalah sebuah kekalahan besar ketika musuh terus mengusik."Benar, laki-laki jaman sekarang emang biadab, tapi nggak semuanya. Bella, kalau kamu mau mengatai orang seperti itu, minimal bercermin dulu lah. Suamiku nggak akan ketipu sama akal bulusmu. Oh iya, kita kan temanan yang bisa dikata sahabat, tentu aku tah

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 34. Gara-Gara Galon

    Lima hari berlalu seperti biasa dan mereka memberi jeda untuk Bella dan Albian bernapas. Jika terus menghukum, bukankah tidak menarik? Meski begitu, Rasya tidak akan pernah membiarkan mereka kabur ke mana pun.Selama itu pula Rasya selalu tinggal di rumah Alana, membantunya memasak dan merawat Ranti yang kini sudah pulih dan mulai berangkat ke sekolah sebagai guru pendidik. Hari ini Alana harus sendirian karena orang tua suaminya akan datang, tentu mereka mencari keberadaan Rasya.Gadis itu termenung sendirian di meja makan. Semua pekerjaan rumah telah beres dikerjakan oleh Rasya, jadi dia bingung harus melakukan apa. Tiba-tiba Alana mengukir senyum mengingat tingkah konyol Rasya selama hidup bersamanya."Dia lucu juga," gumam Alana tanpa sadar.Ya, selama lima hari itu, Alana sering tertawa lepas melihat tingkah konyol Rasya yang tidak malu menghiburnya dengan nyanyian anak kecil sambil berjoget riang ketika Alana sedih memikirkan masa depannya. Dia merindukan Rasya, itu yang terbesi

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 35. Dijodohkan?

    "Innalillahi, Alana. Jadi sekarang Alana lagi dikuret?" tanya Ranti terkejut begitu Rasya selesai menceritakan semuanya dari awal."Nggak, Ma. Alana nggak perlu dikuret kata bidan, soalnya kehamilannya kurang dari sepuluh minggu. Alana tidak apa-apa, yang dikhawatirkan adalah pasti tetangga tahu. Kita harus bilang apa sama mereka?"Ranti menghela napas berat, benar apa yang dikatakan oleh menantunya. Jika saja para tetangga tahu, maka tidak menutup kemungkinan dia akan menyebar ke semua orang. Namun, alasan apa yang harus diberikan?"Ngomong-ngomong, siapa nama gadis yang lihat Alana?""Aku lupa nanya, Ma, namanya siapa. Mungkin Alana tahu karena gadis itu sepertinya mengenal Alana. Ya sudah, mungkin kita ke klinik dulu sambil mikirin cara gimana ngomong ke tetangga?"Sekali lagi Ranti harus membuang napas berat. Masalah semakin bertambah, tetapi setidaknya Rasya ada untuk menemaninya menemukan solusi. Mobil itu yang mereka tumpangi melaju meninggalkan halaman sekolah.Wanita tua itu

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 36. Terlambat Hilang

    Mereka tidak menunggu Rasya karena lelaki itu mengatakan baru bisa kembali malam nanti. Jadi, Ranti memesan taksi online untuk keduanya setelah istirahat lima jam di klinik."Biar yang bawa tasnya!" Ranti menyambar tas kecil yang berisi baju Alana. Sebelum berangkat, dia menyempatkan diri untuk membeli daster di luar agar ketika tetangga melihat, tidak ada darah di sana.Mobil yang ditumpangi sudah pergi, Ranti pun melangkah sambil menggandeng tangan anaknya. Pintu sedikit terbuka, dia mengerutkan kening karena curiga ada pencuri yang masuk. Saat mendorong daun pintu itu hingga terbuka lebar, rumah sudah bersih."Siapa yang beresin?""Eh, Mama sama Alana? Maaf aku tadi niatnya mau beresin rumah dulu abis itu naik taksi jemput kalian, tapi–""Nggak apa-apa, Nak Rasya. Kalau nggak pakai mobil sendiri, kita lebih merepotkan jadinya." Ranti memotong pembicaraan Rasya yang menyembul dari balik pintu kamarnya."Lah, ini aja udah ngerepotin, Ma. Malu tahu darahku dibersihin sama Rasya!" timp

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 37. Urus Saja Dirimu Sendiri

    Siti dan Leha saling pandang, kemudian menertawakan Rasya yang membela Alana. Mereka berdua mengira dia adalah lelaki paling bodoh di dunia ini karena mau menikahi gadis hamil serta selalu merepotkannya.Karena kesal terus ditantang, akhirnya Leha menyikut lengan Siti meminta agar terus melawan. Mereka sudah lama bekerjasama dalam menggibah orang lain, jadi Siti mengerti kode-kode itu. Dia maju selangkah sambil berkacak pinggang menunjukkan keberaniannya."Nggak usah sembunyikan aib itu, Sya. Kita semua tahu kok meskipun nggak ada bukti Test Pack misalnya, tetapi selain darah yang aku lihat kemarin, Albian juga mengakui kehamilan Alana. Jadi bagaimana, apa sekarang kamu masih bisa mengelak?"Suara Siti terlalu nyaring sehingga memancing tetangga lainnya untuk ikut menguping. Rasya diam sesaat, tetapi itu tidak berarti mengalah dan mengakuinya. Lagi pula, dia memiliki banyak uang, apa yang harus dia takutkan?Rasya hanya takut apabila kabar pernikahannya sampai ke orangtuanya karena ak

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 38. Terimakasih Sudah Mencintai Alana

    "Pengantin baru mestinya tahu walaupun nggak dijelasin," jawab Rasya akhirnya setelah beberapa detik memutar otak mencari alasan. Ranti hanya menanggapi dengan tawa. Bukan karena dia malas memberi komentar, tetapi terlalu banyak tanya yang mengusik pikirannya. Dia selalu memilih diam ketika ingin marah untuk menghindari penyesalan di ujung waktu. Wanita tua itu melangkah keluar kamar mencari ketenangan, berusaha mengalihkan fokusnya dengan menonton televisi. Tentu hal yang saat ini mengusik pikirannya adalah Alana. Apakah anak gadisnya akan selalu bahagia bersama Rasya sehingga melupakan dendam kesumat di dalam hatinya? Bagaimana jika waktu terus berlalu, tetapi dendam itu terus tumbuh dan justru menghancurkan hati Alana. Ranti tahu bahwa anaknya tidak sekuat yang mereka pikir, dia adalah gadis cengeng dan mudah tertekan batinnya. "Rasya, hentikan!" teriak Alana dari dalam kamar menyusul tawa lepas Rasya. Ranti diam-diam menoleh pada pintu kamar yang setengah terbuka itu. Entah ke

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 39. Siapa yang Menjual Dirinya?

    "Maksud kamu apa ngomong kayak gitu?"Bella tertawa kecil melihat mantan kekasihnya yang seolah tidak menerima fakta itu. "Alana menjual diri sama Albian. Jadi, dia ngemis cinta sama kasih sayang Al dengan merelakan tubuhnya. Aku sih kasihan ya, kok bisa ada gadis yang mengatasnamakan cinta sampai meloroti harga dirinya?""Oh, jadi Alana ngemis cinta sampai rela ngejual diri?""That's true, kamu benar sekali. Ini bukan aku yang bilang loh ya, tetapi Albian. Tahu sendiri kan kalau laki-laki nggak pernah malu ngakuin hal tabu kek gitu. Jadi ceritanya Alana ini sering nyuruh bahkan maksa Albian datang kalau dia lagi sendiri di rumah. Nah, kalau mereka sudah berdua nih, Alana ngegoda dengan cara ngajakin Al masuk kamar sambil buka baju. Coba deh kamu pikir, Sya, laki-laki mana yang nggak kegoda dalam posisi seperti itu? Jadi, kehamilan Alana itu sama sekali bukan salah Al karena dia sendiri terpaksa. Lucu yah, biasanya cewe-cewe yang diperkosa ini malah sebaliknya.""Kamu nggak malu ngefi

Latest chapter

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 150. Akhir yang Indah

    Selesai mandi sore, Alana memilih mengurung diri dalam kamar bersama putra kesayangannya karena Ali sedang terlelap. Merasa jenuh, akhirnya dia membuka aplikasi sosial media. Mulai dari Instag-ram, Face-book hingga aplikasi hijau yang dikenal dengan sebutan Whats-App.Alana membuka story teman-temannya. Mereka memang masih saling menyimpan kontak, tetapi tidak pernah bertukar pesan selain menonton story masing-masing. Terutama Alana yang memang tidak mau mempublish masalahnya ke media sosial.Menyebar masalah ke sosial media bagi Alana itu buruk. Selain mengundang gibah, beberapa dari mereka juga bertanya bukan karena peduli atau ingin memberi solusi melainkan kepo saja. Lagi pula, masalah rumah tangga itu hal privasi.Alana menekan layar ponselnya ketika tiba di story Whats-App milik Rasya. Ada foto mereka berdua di sana dengan caption 'Bidadari Surgaku' yang disertai emotikon love dan bunga mawar merah."Lah, ini bener?" tanya Alana menatap tidak percaya.Entah kenapa, tiba-tiba hat

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 149. Tumbuh Sangat Dalam

    "Sepertinya, aku harus pergi lagi sebelum perasaan ini tumbuh sangat dalam dan untuk itu aku butuh kamu," jawab Shaka dengan perasaan sedih.Hasna terdiam beberapa saat, kemudian melirik ke kanan dan kiri. Sayang sekali karena tidak ada pembeli agar dia bisa menghindari Shaka.Jujur saja, dia belum bisa membuka hati untuk orang baru. Memang benar kalau saat ini Hasna butuh seseorang untuk menemaninya menjalani hidup. Dia bosan menumpang pada Siti karena selalu dijadikan kambing hitam, dituduh dalang dari setiap masalah yang ada.Hidupnya kacau balau, terkadang Hasna ingin menyerah jika saja iman tidak ada dalam dada. Hasna mendesah kesal, entah mengapa. Saat kembali menatap Shaka, ada rasa iba dalam dirinya. Lelaki itu setengah mati berjuang melupakan Zanna, haruskah dia mengorbankan perasaan sendiri demi membantunya kembali ke hakikat diri?Berat. Hasna rasa tidak mudah mengubah pendirian seseorang. Apalagi sosok seperti Shaka yang setahu Hasna sudah lama alpa dari perintah Tuhan yak

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 148. Tawaran Gila

    I lay my love on youIt's all I wanna doEvery time I breathe I feel brand newYou opened up my heartShow me all your love and walk right throughAs I lay my love on you....Shaka sengaja mendengarkan lagu romansa dari Westlife sebagai gambaran perasaannya saat ini. Memang benar bahwa Alana lah yang membuka hatinya untuk tidak larut mencintai Zanna yang telah tiada. Sayang sekali, dia tidak bisa memiliki wanita itu.Mencintai seseorang yang sudah menikah dan suaminya adalah adik sendiri itu menyakitkan. Shaka diam-diam menghela napas berat tanpa memudarkan senyum di bibirnya. Dia ingin menikmati kesempatan itu dengan bahagia."Andai saja aku pulang lebih cepat dan ketemu sama kamu, aku yakin kita akan menjadi pasangan romantis. Aku nggak bakal ngebiarin Rasya buat nikahin kamu karena kesempatan itu nggak datang dua kali.""Andai saja kita bisa kembali ke masa lalu," gumam Alana membuang pandangan ke arah samping."Bahkan kamu lebih menginginkan aku daripada Rasya. Jelas sekali karen

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 147. Menikahlah Denganku, Alana

    Sesampainya di rumah, Ranti langsung menemui menantunya yang sedang duduk di samping ayunan Ali sambil menonton YouTube. Melihat kesedihan di wajahnya membuat wanita tua itu mengurungkan niat, kemudian menyerahkan ponselnya pada sang anak."Tadi mama sempat rekam pembicaraan kita di rumah Siti. Kamu kasih sama Rasya sebagai bukti, mama mau balik ke rumah dulu," bisik Ranti, lantas melangkah cepat meninggalkan Alana.Wanita itu melipat bibir. Jujur saja, dia sedikit kesal pada tingkah suaminya yang sangat mudah termakan omongan tetangga. Padahal, dia sudah tahu bagaimana perangai Siti selama ini. Lulusan sarjana, tetapi begitu mudah dikelabui.Alana tidak habis pikir, hatinya pun masih menyimpan perih setelah mendapat tamparan tadi. Kalau saja bukan mau bersikap dewasa, dia pasti sudah balas menampar Rasya. Ah, pikirannya kalut. Kini, pandangan mereka bertemu ... masih terlihat binar cinta di kedua matanya."Dengerin sendiri!" Alana meletakkan ponsel ibunya, kemudian ikut duduk di deka

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 146. Fitnah dari Siti Lagi?

    Rasya tentu tidak mau kalah, dengan cepat dia menyusul Alana ke kamar, kemudian membawanya ke tempat semula dengan sedikit paksaan. Dia bisa saja melanjutkan perdebatan itu dalam kamar, tetapi Ali tidak boleh ditinggal sendirian.Kembali, Rasya membuang napas berat. Ada perasaan sedih dalam hatinya karena dia percaya pada apa yang Siti katakan. Mengingat Shaka pernah menganggap Alana adalah Zanna, maka tidak menutup kemungkinan apa yang diadukan Siti benar adanya dan Alana sedang mencoba untuk lari dari masalah.Apa gunanya bertanya pada Ranti jika dia akan membela anaknya sendiri karena takut kalau Alana menjadi janda di usia muda apalagi pernikahan mereka belum terlalu lama ditambah Ali masih kecil. Memikirkan itu semua semakin menambah pikiran Rasya saja."Kalau kamu nggak percaya, ya sudah.""Hari itu saja aku lihat kamu dipeluk sama Shaka padahal ada banyak pelayan di rumah. Sementara tadi, hanya ada kalian. Setan selalu hadir sebagai orang ketiga saat ada yang berduaan. Okelah a

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 145. Sengaja Mengompori

    "Bu Siti tahu dari mana kalau Alana romantis-romantisan?"Siti mengibaskan kipasnya, padahal cuaca biasa saja. "Ya aku lihat sendiri lah. Tahu sendiri kan kalau Hasna kerja di warung mertua kamu, sebagai tante yang baik untuk Hasna dan tetangga baik buat kalian, jadinya beli nasi uduk ke sana. Eh, sebelum kesampean malah liat laki-laki lagi gendong Ali, terus Alana malah senyum-senyum tidak jelas. Agak lama sih posisi mereka kayak gitu, sesekali Alana bercandain Ali. Pokoknya aku nggak bisa gambarin secara gamblang, intinya mereka romantisan. Mungkin karena Hasna sama mertua kamu lagi keluar jadi mereka mikirnya dunia cuma milik berdua. Iya, toh?"Mendengar itu semakin menambah amarah di hati Rasya. Kedua matanya berubah merah, rahang pun mengetat sempurna. Bagaimana mungkin Alana bersikap romantis pada lelaki lain?Satu hal yang membuat Rasya bingung. Dia belum bisa menebak siapa lelaki yang berhasil merebut posisinya. Sejak dulu Rasya sudah berpesan agar Alana tidak pernah tersenyum

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 144. Tenang Bersamanya

    Hari kedua Shaka bekerja, dia ternyata sosok yang rajin. Datang lima menit lebih cepat dan pulang lebih lambat karena membantu Ranti membereskan warung terlebih dahulu.Sebenarnya Ranti masih sungkan mempekerjakan saudara menantunya, tetapi dia terus mendesak. Sudah berulang kali Ranti memintanya pulang ke rumah atau bekerja di kantor, Shaka tidak pernah mengindahkannya.Sekarang, jam sudah mendekati pukul tiga sore dan Shaka belum juga kembali sejak empat jam yang lalu. Ada rasa khawatir yang menyelimuti jiwa Ranti dan juga Hasna karena makanan-makanan itu diantar tidak terlalu jauh dari rumah dan jumlahnya pun tidak banyak.Dalam waktu normal, Ranti memperkirakan Shaka sudah tiba di rumah sejak setengah jam yang lalu. Entahlah, dia mendesah ingin putus asa terutama ketika Hasna mengatakan kalau nomor telepon Shaka tidak aktif. Ke mana dia? Apa dia baik-baik saja?"Kalau Shaka kenapa-napa?""Hust!" Ranti menempelkan jari telunjuknya di bibir Hasna beberapa detik, kemudian melanjutkan

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 143. Melamar

    Hari sabtu, hari yang biasanya Alana nantikan karena Rasya tidak harus berangkat ke kantor. Bagaimana dengan sekarang? Mungkin sedikit sulit karena sudah beberapa hari ini tidak ada canda dan tawa di antara keduanya.Rasya hanya akan berbicara pada Alana ketika ada sesuatu yang penting, begitu juga sebaliknya. Alana bukan tidak mau meraih rida suami, tetapi Rasya yang terlihat menghindari.Tepatnya karena merasa bersalah. Entah kenapa lelaki itu sangat sulit mengurai kata maaf di hadapan Alana. Rasa bersalah yang terlalu dalam, mungkin. Sekarang pun dia sengaja berlama-lama di kamar mandi karena khawatir berpapasan dengan Alana.Sementara Alana sendiri melipat pakaian yang dia cuci kemarin karena Ali terlelap di dalam ayunan. Untung saja pangeran mereka tidak lagi rewel, mungkin saja berusaha mengerti keadaan orangtuanya.Jam sudah menunjuk angka delapan, Ranti yang berada di penjualan terlihat penat. Dia pun memilih duduk sebentar karena tadi malam harus begadang setelah menerima pes

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bah 142. Overprotektif

    "Tidak mungkin, Na. Aku nggak yakin ada yang suka sama aku. Kamu tahu sendiri aku nggak ada kelebihan selain jago jualan." Hasna tertawa renyah, kemudian melanjutkan, "sulit. Aku harap tidak ada."Alana tersenyum hangat. Kalau dia jadi Hasna, mungkin akan merasakan hal yang sama pula. Hidup di perantauan bersama seorang tante yang sangat cerewet dan senang memfitnah orang itu tidak menyenangkan, hari-hari berlalu pasti dipenuhi dengan tekanan yang membebani pikiran apalagi jika dijadikan babu karena hidup menumpang.Sebenarnya bukan menumpang semata, Hasna juga menyisihkan gajinya untuk membeli beras atau lauk, tetapi tetap saja Siti menganggapnya beban dan kalau suatu hari nanti ada yang berniat baik, tentu merupakan berita baik.Ada satu masalah, Hasna tidak akan semudah itu mendapat restu. Dia yang kini hidup jauh dari kota kelahirannya memaksa diri untuk tetap tenang, sabar dan selalu semangat dalam keadaan apa pun. Hasna sebenarnya sangat butuh dukungan dari keluarga, hanya takdi

DMCA.com Protection Status