Home / Romansa / BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG / Bab 119. Melupakan Masa Lalu

Share

Bab 119. Melupakan Masa Lalu

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV Author

___

"Gak bisa dibiarin gitu, Ma. Mungkin hari ini dia mengaku akan pergi, tapi bisa jadi esok balik lagi. Aku udah hafal kelakuan Albian yang nggak pernah serius ngomongnya. Selama ini mama lihat sendiri, kan?"

Alana bersandar di kursi ruang tamu dengan perasaan sesak. Memikirkan Albian membuat kepalanya seperti ingin pecah saja. Dia juga bingung kenapa lelaki itu tiba-tiba mengejarnya?

Apakah hukum karma berlaku pada Albian? Setelah Alana dibuang, dihina, bahkan dipermalukan, sekarang Albian malah mencarinya, mengemis untuk kembali bahkan rela melakukan segala cara.

"Mama bilang sudahi semuanya. Hidup berselimut dendam itu nggak akan bahagia. Kalau pun kamu belum bisa maafin dia, ya paling tidak, jangan dendam lagi. Albian dalam posisinya yang sekarang itu tersiksa batinnya. Coba dipikir, gimana perasaan kamu jatuh cinta mati sama orang yang sudah menikah?"

"Huh, mama nggak ngerti perasaan aku!" cerocos Alana meninggalkan rumah ibunya dalam keadaan kesal.

Rasya sendiri mem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 120. Hari Bahagia Untukmu

    Alana benar-benar menjalani harinya dengan bahagia. Terkadang dia bercerita panjang lebar dan Hasna yang menjadi pendengar terbaik. Bahkan saat acara tujuh bulanan pun Alana dipenuhi dengan kebahagiaan. Banyak tamu undangan yang datang termasuk keluarga dari pihak Rasya. Semuanya bersikap baik dan jarang orang kaya memiliki sifat itu. Alana tampil dengan gamis biru senada dengan kerudungnya, sementara Rasya memakai kemeja biru navy dan celana bahan hitam. Sayangnya, setelah acara itu Alana sedikit merasa sedih karena rumah kembali sepi. Rasya yang semakin sibuk bekerja untuk persiapan anak pertamanya, Ranti yang semakin banyak pelanggan menambah penghasilannya. Hari berganti minggu, minggu pun berganti bulan. Sudah tiga purnama berlalu, hari ini tepat tanggal 25 Mei, Alana mengadakan tasyakuran untuk putra pertama mereka yang lahir tujuh hari yang lalu. Semua orang bergembira mengucap doa untuk Alana sekeluarga. "Namanya Ahmad Ali Zaki," jawab Alana ketika salah seorang di antara m

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 121. Kenapa Membiarkannya Pergi?

    Selesai acara dan beres-beres rumah, mereka semua berkumpul di ruang keluarga terkecuali Alana yang sudah lebih dulu masuk kamar untuk menidurkan putra tampannya karena jam sudah menunjuk angka sembilan malam. Di sana juga ada Hasna karena Ranti memintanya untuk menginap saja, setelah sibuk membantu.Ketika Devita hendak pamit, Rasya langsung mencegatnya dengan memegang tangan sang ibu. Dia sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk tetap diam. Bagaimana pun, berita itu harus diketahui oleh kedua orangtuanya."Ada apa, Sya? Sepertinya ada sesuatu yang serius?" Devita mengerutkan kening bingung melihat Rasya diam, menatap serius padanya.Lelaki itu mengembuskan napas, resah. Dia menarik tangannya lantas berkata, "tadi Shaka datang ke sini, Ma, Pa.""Shaka?" Bahzar dan Devita membeo bersamaan memastikan kalau apa yang dia dengar tidak salah."Iya, Shaka. Dia datang mengucap kata selamat atas kelahiran Ali.""Kenapa ... maksud mama, Shaka datang dan cuma menemui kamu? Tanpa mencari atau me

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 122. Lahir dengan Berat 2,5 Kg

    Pagi menyapa, Alana menyibukkan diri dengan berjemur di depan rumah karena bayinya sedang dijaga oleh sang ibu sementara Rasya bersiap untuk ke kantor.Suasana begitu tenang, terlihat beberapa orang berlalu-lalang. Ada yang berjalan kaki, naik sepeda dan juga motor. Sebagian dari mereka adalah anak-anak yang berangkat ke sekolah menengah, jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar satu kilometer dari rumah Alana."Yang, aku pamit. Kamu jaga diri, kalau ada apa-apa langsung kabarin aku. Oke?" Rasya mencium pucuk kepala istrinya, lalu mengulurkan tangan untuk Alana cium dengan takzim."Hati-hati, Sya."Baru saja lelaki berkemeja putih itu ingin melangkah menuju mobil ketika kakinya kembali terpaku karena teringat satu hal. Dia memutar badan menatap Alana penuh cinta. "Eits, jangan panggil 'Rasya' lagi kalau cuma berdua. Panggil ayah, ayah Ali.""Nggak ah, belum terbiasa manggil ayah.""Harus!"Alana cemberut, tetapi memilih diam daripada terus mendebat. Memanggil suami dengan panggilan ayah?

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 123. Pergi ke Rumah Mertua?

    Alana menoleh pada sang ibu, menelan saliva karena merasa ragu mengutarakan perasaannya. Dia resah bahkan sebenarnya Ranti bisa merasakan keresahan itu.Berulang kali Alana mengembuskan napas berat, dia sendiri bingung dengan perasaannya. Terlalu banyak tanya yang mengusik dalam pikiran dan entah bagaimana cara Alana mengusir prasangka buruk yang selalu membayanginya."Menurut Mama, andai Kak Zanna masih hidup, mama bakal prioritasin yang mana? Secara Kak Zanna lebih cantik dari aku, terus dia juga pendiem, baik dan nggak suka ngelawan mama sama papa. Beda sama aku yang bar-bar bahkan pernah adu mulut sama Mama." Alana menatap lekat ibunya menuntut jawaban."Sebagai orang tua, tentu tidak boleh membedakan antara anak yang satu dengan lainnya. Hanya kadang seorang ibu atau bapak terpaksa melakukannya karena perilaku anak itu sendiri. Misal ya, ini misal saja ... Zanna kalau mama suruh itu dia langsung mendengar dan nggak mau ngeliat mama kesusahan. Kalau mama sakit, dia langsung nyampe

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 124. Terpikat pada Alana

    Setelah lama dibujuk oleh ibu, suami dan juga mertua, akhirnya Alana mengalah dan meninggalkan Ali bersama neneknya. Mereka berangkat tepat setelah Hasna datang untuk menemani Ranti menginap.Perjalanan yang cukup lama meskipun jarak tidak terlalu jauh, tetapi terhalang oleh macet. Mereka sudah tiba di rumah tepat saat masuk waktu magrib. Jadi, sebelum menemui kedua mertua yang ternyata sudah menunggu di rumah, Alana dan suaminya masuk kamar untuk melaksanakan salat magrib dulu."Apa yang mau papa sampaikan sama kami?" tanya Rasya begitu mereka berkumpul di meja makan, tepat pukul delapan lewat lima belas.Jadi sebelumnya, Rasya dan Alana diberi waktu untuk istirahat saja mengingat keduanya akan kelelahan dalam perjalanan. Saat dalam keadaan lelah atau banyak pikiran, sulit untuk menemukan pendapat nanti."Bagaimana kalau Shaka menjadi direktur perusahaan? Menurut kamu gimana, Sya? Kalau kamu merasa dia tidak cocok, apa dijadikan Manager Teknologi Informasi saja?"Rasya terdiam. Dirin

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 125. Aku Ini Adik Iparmu, Shaka!

    Alana mendengus kesal. "Jangan pernah ulangi kalimat itu lagi, aku nggak suka dengarnya."Mereka saling beradu pandang untuk waktu yang lama. Alana tidak ingin mengalah atau terlihat lemah. Perasaan Shaka adalah salah dan Alana tidak boleh membiarkannya. Cinta dan perhatian dari Rasya sudah sangat cukup membuatnya bahagia.Jika Shaka hadir sebagai ujian atas pernikahannya, maka Alana akan bermunajat kepada Tuhan untuk memohon kekuatan lahir dan batin. Rasya adalah suami yang baik, terlalu banyak perbedaan di antara keduanya. Sekalipun di kacamata semua orang, Shaka jauh lebih unggul, berbeda dengan Alana.Dia memandang penuh cinta, maka kekurangan pun tidak akan pernah nampak di matanya. Setelah cukup lama mengumpulkan kekuatan, Alana akhirnya bisa menarik paksa tangannya."Alana, bantu aku. Cuma kamu yang bisa mengobati rinduku pada Zanna. Di dunia ini, aku belum pernah menemukan wanita yang mirip sama dia selain kamu. Ada satu permintaan yang aku harap bisa kamu kabulkan.""Apa?""A

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 126. Rasya Murka

    Seharian ini, Alana mengurung diri dalam kamar karena takut bertemu lagi dengan Shaka. Lelaki itu berulang kali mengetuk pintu, memintanya untuk keluar. Sekadar makan atau jalan-jalan, katanya.Alana sengaja tidak menyahut berharap Shaka berpikir dia sedang tidur atau istirahat. Wanita malang itu melirik ke jam dinding, masih pukul empat sore, artinya dia harus menunggu paling tidak, satu setengah jam lagi agar dirinya kembali merasa aman.Apalagi tidak ada orang di sana, Devita pun belum juga memunculkan batang hidungnya. Tanpa terasa, perut Alana kembali berbunyi untuk ke sekian kalinya. Dia kelaparan, tetapi rasa takutnya untuk bertemu Shaka jauh lebih besar."Non, buka pintunya. Ini bibi, nganter makanan disuruh sama Den Rasya." Suara itu diiringi ketukan pintu hingga tiga kali.Alana mengangkat kepalanya, lantas menyahut, "memang Rasya sudah pulang, Bi?""Belum, Den Rasya belum pulang, tapi tadi beliau telepon, nanyain Non Alana karena nggak bisa dihubungi. Bibi kasih tahu kalau

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 127. Pulang ke Rumah

    "Rasya, kenapa kamu pulang? Sebenarnya ada apa antara Alana dan Shaka?" teriak Devita lagi berusaha mengejar.Napas wanita tua itu tersengal, tetap akhirnya dia berhasil meraih tangan Alana membuat langkah mereka terhenti. Shaka yang melihat dari kejauhan ikut mendekati mereka karena merasa ada sesuatu yang tidak beres.Padahal sebentar lagi waktu magrib tiba, seharusnya mereka beristirahat dan jika ingin pulang, bukankah bisa menunggu besok? Begitu pikir Devita saat ini. Dia menarik napas panjang, kemudian membuangnya pelan berulang kali."Kenapa, Rasya? Kenapa kamu mendadak ngajak Alana pulang? Apa nggak kasihan sama dia yang keliatan pucat begitu? Kalau pun mau pulang, besok pagi aja sekalian kamu ke kantor. Lagi pula, mama mau bilang apa sama papa kamu? Kita belum menemukan jalan keluar dan rencananya malam ini mau kita diskusikan lagi.""Aku selalu setuju sama keputusan papa tentang Shaka, bahkan kalau jabatan aku diambil sama dia juga nggak masalah, asal bukan Alana yang dia amb

Latest chapter

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 150. Akhir yang Indah

    Selesai mandi sore, Alana memilih mengurung diri dalam kamar bersama putra kesayangannya karena Ali sedang terlelap. Merasa jenuh, akhirnya dia membuka aplikasi sosial media. Mulai dari Instag-ram, Face-book hingga aplikasi hijau yang dikenal dengan sebutan Whats-App.Alana membuka story teman-temannya. Mereka memang masih saling menyimpan kontak, tetapi tidak pernah bertukar pesan selain menonton story masing-masing. Terutama Alana yang memang tidak mau mempublish masalahnya ke media sosial.Menyebar masalah ke sosial media bagi Alana itu buruk. Selain mengundang gibah, beberapa dari mereka juga bertanya bukan karena peduli atau ingin memberi solusi melainkan kepo saja. Lagi pula, masalah rumah tangga itu hal privasi.Alana menekan layar ponselnya ketika tiba di story Whats-App milik Rasya. Ada foto mereka berdua di sana dengan caption 'Bidadari Surgaku' yang disertai emotikon love dan bunga mawar merah."Lah, ini bener?" tanya Alana menatap tidak percaya.Entah kenapa, tiba-tiba hat

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 149. Tumbuh Sangat Dalam

    "Sepertinya, aku harus pergi lagi sebelum perasaan ini tumbuh sangat dalam dan untuk itu aku butuh kamu," jawab Shaka dengan perasaan sedih.Hasna terdiam beberapa saat, kemudian melirik ke kanan dan kiri. Sayang sekali karena tidak ada pembeli agar dia bisa menghindari Shaka.Jujur saja, dia belum bisa membuka hati untuk orang baru. Memang benar kalau saat ini Hasna butuh seseorang untuk menemaninya menjalani hidup. Dia bosan menumpang pada Siti karena selalu dijadikan kambing hitam, dituduh dalang dari setiap masalah yang ada.Hidupnya kacau balau, terkadang Hasna ingin menyerah jika saja iman tidak ada dalam dada. Hasna mendesah kesal, entah mengapa. Saat kembali menatap Shaka, ada rasa iba dalam dirinya. Lelaki itu setengah mati berjuang melupakan Zanna, haruskah dia mengorbankan perasaan sendiri demi membantunya kembali ke hakikat diri?Berat. Hasna rasa tidak mudah mengubah pendirian seseorang. Apalagi sosok seperti Shaka yang setahu Hasna sudah lama alpa dari perintah Tuhan yak

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 148. Tawaran Gila

    I lay my love on youIt's all I wanna doEvery time I breathe I feel brand newYou opened up my heartShow me all your love and walk right throughAs I lay my love on you....Shaka sengaja mendengarkan lagu romansa dari Westlife sebagai gambaran perasaannya saat ini. Memang benar bahwa Alana lah yang membuka hatinya untuk tidak larut mencintai Zanna yang telah tiada. Sayang sekali, dia tidak bisa memiliki wanita itu.Mencintai seseorang yang sudah menikah dan suaminya adalah adik sendiri itu menyakitkan. Shaka diam-diam menghela napas berat tanpa memudarkan senyum di bibirnya. Dia ingin menikmati kesempatan itu dengan bahagia."Andai saja aku pulang lebih cepat dan ketemu sama kamu, aku yakin kita akan menjadi pasangan romantis. Aku nggak bakal ngebiarin Rasya buat nikahin kamu karena kesempatan itu nggak datang dua kali.""Andai saja kita bisa kembali ke masa lalu," gumam Alana membuang pandangan ke arah samping."Bahkan kamu lebih menginginkan aku daripada Rasya. Jelas sekali karen

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 147. Menikahlah Denganku, Alana

    Sesampainya di rumah, Ranti langsung menemui menantunya yang sedang duduk di samping ayunan Ali sambil menonton YouTube. Melihat kesedihan di wajahnya membuat wanita tua itu mengurungkan niat, kemudian menyerahkan ponselnya pada sang anak."Tadi mama sempat rekam pembicaraan kita di rumah Siti. Kamu kasih sama Rasya sebagai bukti, mama mau balik ke rumah dulu," bisik Ranti, lantas melangkah cepat meninggalkan Alana.Wanita itu melipat bibir. Jujur saja, dia sedikit kesal pada tingkah suaminya yang sangat mudah termakan omongan tetangga. Padahal, dia sudah tahu bagaimana perangai Siti selama ini. Lulusan sarjana, tetapi begitu mudah dikelabui.Alana tidak habis pikir, hatinya pun masih menyimpan perih setelah mendapat tamparan tadi. Kalau saja bukan mau bersikap dewasa, dia pasti sudah balas menampar Rasya. Ah, pikirannya kalut. Kini, pandangan mereka bertemu ... masih terlihat binar cinta di kedua matanya."Dengerin sendiri!" Alana meletakkan ponsel ibunya, kemudian ikut duduk di deka

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 146. Fitnah dari Siti Lagi?

    Rasya tentu tidak mau kalah, dengan cepat dia menyusul Alana ke kamar, kemudian membawanya ke tempat semula dengan sedikit paksaan. Dia bisa saja melanjutkan perdebatan itu dalam kamar, tetapi Ali tidak boleh ditinggal sendirian.Kembali, Rasya membuang napas berat. Ada perasaan sedih dalam hatinya karena dia percaya pada apa yang Siti katakan. Mengingat Shaka pernah menganggap Alana adalah Zanna, maka tidak menutup kemungkinan apa yang diadukan Siti benar adanya dan Alana sedang mencoba untuk lari dari masalah.Apa gunanya bertanya pada Ranti jika dia akan membela anaknya sendiri karena takut kalau Alana menjadi janda di usia muda apalagi pernikahan mereka belum terlalu lama ditambah Ali masih kecil. Memikirkan itu semua semakin menambah pikiran Rasya saja."Kalau kamu nggak percaya, ya sudah.""Hari itu saja aku lihat kamu dipeluk sama Shaka padahal ada banyak pelayan di rumah. Sementara tadi, hanya ada kalian. Setan selalu hadir sebagai orang ketiga saat ada yang berduaan. Okelah a

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 145. Sengaja Mengompori

    "Bu Siti tahu dari mana kalau Alana romantis-romantisan?"Siti mengibaskan kipasnya, padahal cuaca biasa saja. "Ya aku lihat sendiri lah. Tahu sendiri kan kalau Hasna kerja di warung mertua kamu, sebagai tante yang baik untuk Hasna dan tetangga baik buat kalian, jadinya beli nasi uduk ke sana. Eh, sebelum kesampean malah liat laki-laki lagi gendong Ali, terus Alana malah senyum-senyum tidak jelas. Agak lama sih posisi mereka kayak gitu, sesekali Alana bercandain Ali. Pokoknya aku nggak bisa gambarin secara gamblang, intinya mereka romantisan. Mungkin karena Hasna sama mertua kamu lagi keluar jadi mereka mikirnya dunia cuma milik berdua. Iya, toh?"Mendengar itu semakin menambah amarah di hati Rasya. Kedua matanya berubah merah, rahang pun mengetat sempurna. Bagaimana mungkin Alana bersikap romantis pada lelaki lain?Satu hal yang membuat Rasya bingung. Dia belum bisa menebak siapa lelaki yang berhasil merebut posisinya. Sejak dulu Rasya sudah berpesan agar Alana tidak pernah tersenyum

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 144. Tenang Bersamanya

    Hari kedua Shaka bekerja, dia ternyata sosok yang rajin. Datang lima menit lebih cepat dan pulang lebih lambat karena membantu Ranti membereskan warung terlebih dahulu.Sebenarnya Ranti masih sungkan mempekerjakan saudara menantunya, tetapi dia terus mendesak. Sudah berulang kali Ranti memintanya pulang ke rumah atau bekerja di kantor, Shaka tidak pernah mengindahkannya.Sekarang, jam sudah mendekati pukul tiga sore dan Shaka belum juga kembali sejak empat jam yang lalu. Ada rasa khawatir yang menyelimuti jiwa Ranti dan juga Hasna karena makanan-makanan itu diantar tidak terlalu jauh dari rumah dan jumlahnya pun tidak banyak.Dalam waktu normal, Ranti memperkirakan Shaka sudah tiba di rumah sejak setengah jam yang lalu. Entahlah, dia mendesah ingin putus asa terutama ketika Hasna mengatakan kalau nomor telepon Shaka tidak aktif. Ke mana dia? Apa dia baik-baik saja?"Kalau Shaka kenapa-napa?""Hust!" Ranti menempelkan jari telunjuknya di bibir Hasna beberapa detik, kemudian melanjutkan

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bab 143. Melamar

    Hari sabtu, hari yang biasanya Alana nantikan karena Rasya tidak harus berangkat ke kantor. Bagaimana dengan sekarang? Mungkin sedikit sulit karena sudah beberapa hari ini tidak ada canda dan tawa di antara keduanya.Rasya hanya akan berbicara pada Alana ketika ada sesuatu yang penting, begitu juga sebaliknya. Alana bukan tidak mau meraih rida suami, tetapi Rasya yang terlihat menghindari.Tepatnya karena merasa bersalah. Entah kenapa lelaki itu sangat sulit mengurai kata maaf di hadapan Alana. Rasa bersalah yang terlalu dalam, mungkin. Sekarang pun dia sengaja berlama-lama di kamar mandi karena khawatir berpapasan dengan Alana.Sementara Alana sendiri melipat pakaian yang dia cuci kemarin karena Ali terlelap di dalam ayunan. Untung saja pangeran mereka tidak lagi rewel, mungkin saja berusaha mengerti keadaan orangtuanya.Jam sudah menunjuk angka delapan, Ranti yang berada di penjualan terlihat penat. Dia pun memilih duduk sebentar karena tadi malam harus begadang setelah menerima pes

  • BALAS YANG DIPERJUANGKAN USAI DIBUANG   Bah 142. Overprotektif

    "Tidak mungkin, Na. Aku nggak yakin ada yang suka sama aku. Kamu tahu sendiri aku nggak ada kelebihan selain jago jualan." Hasna tertawa renyah, kemudian melanjutkan, "sulit. Aku harap tidak ada."Alana tersenyum hangat. Kalau dia jadi Hasna, mungkin akan merasakan hal yang sama pula. Hidup di perantauan bersama seorang tante yang sangat cerewet dan senang memfitnah orang itu tidak menyenangkan, hari-hari berlalu pasti dipenuhi dengan tekanan yang membebani pikiran apalagi jika dijadikan babu karena hidup menumpang.Sebenarnya bukan menumpang semata, Hasna juga menyisihkan gajinya untuk membeli beras atau lauk, tetapi tetap saja Siti menganggapnya beban dan kalau suatu hari nanti ada yang berniat baik, tentu merupakan berita baik.Ada satu masalah, Hasna tidak akan semudah itu mendapat restu. Dia yang kini hidup jauh dari kota kelahirannya memaksa diri untuk tetap tenang, sabar dan selalu semangat dalam keadaan apa pun. Hasna sebenarnya sangat butuh dukungan dari keluarga, hanya takdi

DMCA.com Protection Status