“Esme, apa kamu tahu apa permintaanmu ini?” Dominic tidak percaya dengan yang baru saja di dengar.
Ia berhenti membaca laporan di atas meja kerjanya, menoleh ke arah Azzar yang membawa laporan, dan menatap pria itu sampai keluar. Esme juga duduk di kursi di depannya sekarang, menatap dengan tatapan yang serius.
“Dia akan menikah!”
“Dia hanya berbohong padamu!” jawab Dominic dengan cepat.
Esme memutar bola matanya dengan malas, menjatuhkan punggungnya di kursi dan menatap Dominic sekali lagi. “Jadi, kamu pikir aku tidak bisa membedakan mana hal yang disebut omong kosong dan kebenaran?”
“Aku tidak meragukan penilaianmu, Esme. Hanya saja kadang kala kamu terlalu lembut menanggapi Wyatt dan Anna.”
“Karena mereka baik, Dom.”
“Baik? Kamu tidak ingat dia mencoba menjebakku dengan mengatakan anak yang entah berasal dari mana menjadi anakku?” tanya Domini
Yulia cantik. Ini adalah ketiga kalinya sejak pertemuan pertama mereka dan Wyatt berpikir begitu. Ia tidak berbohong atau hanya sekedar membesarkan hati Yulia saja. Yah, ia tidak serta merta mengatakan kepada Yulia bahwa gadis itu cantik. Tetapi, Wyatt terpana dan kemudian mengakuinya di dalam hati. Namun, hatinya tidak merasakan desiran seperti jatuh cinta. Hanya kagum akan keindahan yang bisa ada di muka bumi.“Apa aku terlalu berlebihan?” tanya Yulia memecah kediaman Wyatt.Wyatt kembali dari menjelajah pikirannya sendiri, menatap Yulia sambil tersenyum. “Baik-baik saja! Tidak ada yang terlalu berlebihan!”Yulia tampak sangat lega mendengar penuturan Wyatt. Ia menghembuskan napas dan memperbaiki lipatan dresnya yang begitu cocok di tubuhnya yang semampai. “Aku merasa tidak nyaman karena kamu bilang ada temanmu yang ingin bertemu denganku. Apa ada yang harus kuperhatikan?”“Tidak ada!” jawab Wyatt lekas.
Siapa wanita ini? Siapa juga lelaki ini?Yulia bergerak-gerak dengan tidak nyaman di atas kursi yang didudukinya. Wanita yang memeluknya saat pertama kali bertemu dengan dirinya tadi berbicara dengan Wyatt, nadanya sangat riang-riang. Sampai-sampai di mata Yulia cahaya matahari yang tersisa di sekitar mereka berasal dari wanita itu.“Aku tidak menyangka kalau kamu akan menikah lebih dulu dariku. Bagaimana kamu bisa bertemu dengan wanita cantik seperti dia?”Wyatt tersenyum. Yulia kaget saat jemarinya digenggam dengan hangat oleh pria itu. Ia tegang, takut kalau apapun yang sedang dicoba Wyatt gagal.“Kakekku sangat khawatir dan kemudian menghubungi semua temannya untuk menemukan calon istri. Kemudian aku bertemu dengan Yulia. Dia membuatku merasa kalau dunia belum berakhir untukku.”Esme menutup mulutnya. Ia menoleh pada pria tampan yang diperkenalkan sebagai tunangan. Tetapi, tampaknya pria itu sama sekali tidak tertarik dengan obrolan bersama Wyatt. Matanya sesekali melirik Wyatt de
“Maaf!”Yulia mengatakan itu pada Wyatt yang sama sekali tidak menangapi apapun perkataan Esme selanjutnya. Yulia pasti telah menyangka kalau pria itu marah padanya. Tetapi, Wyatt sama sekali tidak kesal. Malah ia merasa sangat terbantu dengan apa yang dilakukan Yulia tadi.Ia senang melihat bagaimana Dominic dan Esme bereaksi. Ia melihat mata tak percaya Dominic dan kekaguman yang diperlihatkan Esme. Apakah mereka tampak seperti dua orang yang sedang dimabuk cinta?“Wyatt ... aku benar-benar minta maaf padamu!” seru Yulia takut sekali.Wyatt menoleh pada wanita yang akan dinikahinya tak lama lagi itu dan memandang sambil tersenyum. Wajah Yulia tampak lebih pucat dibandingkan sebelumnya. Ia tampak tidak suka diabaikan oleh Wyatt.“Maaf, ada hal yang sedang aku pikirkan. Apa yang kamu katakan?” tanya Wyatt.“Aku minta maaf! Aku sama sekali tidak bermaksud untuk sok akrab denganmu. Aku hanya merasa harus melakukan sesuatu supaya kamu bisa terhindar dari orang-orang itu!” Yulia tampak su
Wanita itu benar-benar membuat Dominic terkejut. Untuk orang yang dijodohkan secara mendadak dengan Wyatt, wanita itu terlalu baik dan bisa dengan mudah dimanfaatkan. Akan tetapi, Dominic sudah menyelidiki soal pernikahan yang disebut-sebut oleh Wyatt dan mendapatkan laporan baru saja.“Memang ada persiapan untuk pernikahan di kediamannya! Pria tua yang tinggal dengan Wyatt telah beberapa kali pergi ke kelurahan untuk mengurus izin.”“Intinya dia tidak berbohong!” kata Dominic.Ia menghentikan pekerjaannya dan menyandarkan punggung di kursi sambil memandang lurus ke depan. Ia kemudian tidak punya pilihan lain untuk memasukan Wyatt sesuai janjinya.“Tutup lamaran yang aku iklankan di koran!”“Ya, Pak?” tanya asisten yang kebetulan ada di dalam kantor bersamanya.“Aku punya kandidat untuk mengisi kekosongan itu! Jadi tutup saja iklannya. Jika ada yang mengantarkan lamar lagi, katakan kalau sudah terisi!”“Baik, Pak!” kata si asisten yang kemudian bergegas pergi keluar.Dominic sudah tid
“Sidang?” tanya Wyatt kaget.Ia sedang menyusun rencana balas dendam lagi dan tiba-tiba saja Albert, kakeknya muncul lalu menyerahkan surat pemberitahuan ke kantor KUA terdekat padanya. “Ya, surat pemberitahuannya menyebutkan hari ini sebagai waktu sidang. Aku seharusnya memberitahumu kemarin. Tapi lupa!” kata Albert pada Wyatt.Wyatt menghela napas dalam. Yah, rencananya sudah lebih matang dari sebelumnya. Jadi Wyatt bisa meningkatkan rencananya sambil balas dendam pada Dominic dan Esme. “Aku akan menelepon Yulia supaya bersiap.” Wyatt berdiri, mendorong kursi dengan bokongnya ke belakang. “Apa ada hal yang perlu aku perhatikan saat sidang di KUA?” tanya Wyatt.“Tidak ada! Kamu hanya perlu menjawa semua pertanyaan yang diajukan seperlunya saja. Jangan khawatirkan hal lain.” Albert terdiam sedikit lebih lama untuk menjawab pertanyaan Wyatt.Albert dan istrinya tidak menikah di Indonesia. Mereka menikah di luar negeri sebelum menetap di Indonesia. Karena itulah ia kurang paham dengan a
Yulia harus pasrah saja ketika neneknya memakaikan kebaya dan riasan. Ia sebenarnya bisa melakukan semua sendirian. Tetapi, bagi orang tua seperti neneknya ada kesenangan tersendiri dalam melakukan riasan ini.“Cucu Nenek cantik!” puji wanita tua yang tahun ini telah berusia hampir 70 tahun.“Terima kasih, Nek!” Yulia memeluk wanita itu sedikit.“Hati-hati dengan riasan dan kebayanya supaya tidak kusut! Kamu dengar nenek, kan?” Pesan wanita itu pada Yulia.“Ya!” Lekas Yulia menjawab.Tepat satu jam sejak Wyatt menelepon ke rumahnya dan meminta Yulia untuk bersiap. Ia telah selesai dengan semua persiapan dan dibantu neneknya untuk berjalan ke ruang tamu--padahal sama sekali tidak perlu. Sebab ia tidak memakai pakaian pengantin yang lebih sulit.“Ke mana kamu dengan pakaian seperti itu?” Santo muncul entah dari mana dan mengajukan pertanyaan pada Yulia.Nenek Yulia berbalik dan memandang cemberut suaminya yang terlalu keras tersebut. “Dia harus sidang ke KUA. Kenapa? Apa lagi yang salah
“Itu saat-saat menakutkan di depan seseorang yang menanyakan kesediaanmu untuk menikah! Aku tidak mau melakukannya lagi!” keluh Yulia. Ia berjalan gontai keluar dari ruangan sidang.Wyatt mengikutinya dari belakang dan tertawa kecil mendengar keluhan Yulia. “Apa kamu bermaksud untuk menikah sekali lagi nanti?” goda pria yang bahkan tidak berniat untuk menjadi suami itu.Yulia merasa malu mendengarnya. Bisa saja saat nanti mereka tidak lagi bisa bersama dan Wyatt akhirnya memutuskan untuk bercerai, Yulia bisa saja menikah kembali. “Untuk saat ini yang ingin aku lakukan hanyalah keluar dari rumah kakek. Itu saja!” putus gadis itu.“Baiklah! Kamu akan keluar dari sana secepatnya dan jangan menyesal nanti!” Wyatt memperingatkan Yulia.Yulia menoleh pada Wyatt. Tangannya mengenggam gagang pintu mobil sedan, akan menariknya hingga terbuka lebar. “Kenapa aku harus menyesal?” tanya Yulia ingin tahu. Ia memang menginginkan sebuah kebebasan.“Tidak ada! Karena kadang orang menyesal sudah menika
“Dia belum kembali dari sana?” tanya Albert pada pembantu rumah tangganya.Wanita itu mengangguk agak takut. “Ya, Tuan! Setelah masuk, Tuan Muda belum keluar dari rumah Anna. Apa saya harus memanggilnya?” tanya si pembantu pada Albert.Kalau Wyatt mendengarkan perkataan wanita itu, tentu semuanya akan baik-baik saja. Sayangnya, Wyatt bukan orang yang akan mematuhi pembantu rumah tangganya dalam hal seperti ini.“Tidak! Biar aku saja yang memanggilnya!” Albert memutuskan.Albert meletakan kacamatanya dan berjalan melintasi ruangan. Dengan cepat ia telah keluar dari rumah. Langkahnya tergesa-gesa melintasi halaman dan sampai di pagar depan. Ia terus saja berjalan lurus ke arah rumah mendiang Anna. Pintu depan rumah terbuka lebar. Suasana di rumah itu termaram karena kurang pencahayaan.“Wy--.” Albert tak jadi berteriak memanggil cucunya itu. Sebab ia mendengar isak tangis.Ia mendesah. Tak tahu harus berbuat apa sekarang. Ia juga pernah di fase yang sama dengan Wyatt, kehilangan orang y
“Pak, Ibu membenciku, kan?”Azzar benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Ia tahu kalau Esme menyayangi putranya. Ia juga tahu kalau bagi Esme William adalah dunianya sekarang. Tetapi, ada begitu banyak alasan yang membuatnya tidak menjawab.“Kenapa Pak Azzar diam saja?” tanya William.“Anda harus makan sekarang Tuan! Kalau Anda sehat, kita akan pergi menemui ibu Anda!”***Orang-orang itu hanya menginginkan kekuasaan saja. Setelah Dominic meninggal, Esme didatangi oleh banyak sekali pria yang menyampaikan duka cita padanya. Ia bahkan tidak kenal dengan salah seorang pun dari tamu-tamu tersebut. Ia muak harus bertemu dengan mereka semua.“Mereka sama persis seperti hyena, Wyatt!” kata Esme.“yah, seperti itulah! Bagaimana pun Anda adalah janda kaya yang kesepian sekarang. Jadi mereka datang untuk menghibur dan mendaftarkan diri sebagai kandidat wali untuk Tuan Muda juga!”Dahi Esme berkerut mendengarnya. Dan untuk pertama kalinya setelah kehilangan waktu untuk tersenyum karena kese
“Ayah mana?”Sudah setahun Dominic meninggal karena kecelakaan. Tetapi, setiap kali melihat foto pria tersebut di tengah ruangan William akan bertanya tentang ayahnya. Hingga Esme merasa kalau Dominic masih ada di sini, begitu sehat untuk berkeliaran di sekeliling rumah. Hanya saja tidak terlihat di mata Esme.“Ayah tidak ada di sini!” Suara Esme tercekat saat mengatakannya. Rasanya dada Esme direngut keluar dengan sekuat tenaga. Menyakitkan, tetapi anehnya ia masih saja tetap hidup setelah semua kekerasan yang ditujukan padanya.“Kenapa Ayah tidak ada di sini?” tanya William lagi.Usianya empat tahun lebih sekarang. Sebentar lagi William akan dimasukan ke taman kanak-kanak. Dengan begitu intensitasnya berada di sekitar Esme berkurang. Mungkin dengan begitu William tidak akan terus-terusamn bertanya tentang ayahnya yang bahkan tidak dilihat Esme pemakamannya.“Will ... tolong ke sini sebentar!” Suara Wyatt membuat anak laki-;laki Dominic itu cemberut.Ia menghentakan kaki sebanyak dua
“Mil, ini bisa saja hanya karena cahaya. Kita tidak bisa langsung ke sana dan mendobrak Arul!”Alan mencoba untuk memberi pngertian pada istri dan juga mamanya. Akan tetapi, tampaknya sama sekali tidak berhasil. Kedua wanita ... ralat, ketiga wanita yang ada di sana, sang mama, istrinya dan Delilah tampaknya tidak dengar apa yang baru saja Alan katakan.Alan hanya bisa menghela napas dan kemudian mengelengkan kepalanya lembah. Saat akan minta bantuan pada papanya yang juga ada di ruangan itu dan lebih sibuk dengan Arion, Alan tahu kalau tidak ada yang bisa menghentikan ketiga orang tersebut dengan alasan biasa-biasa saja.Otak Alan berpikir keras untuk bisa menemukannya. “Kalau kita melakukan kesalahan dengan datang ke sana dan menuduh, kemungkinan kita akan dilarang untuk bertemu dengan Nazril!”Keheningan mencekam ruangan seketika. Rencana separatis yang disusun mamanya mengambang di udara, senyap. Lalu para wanita yang penuh semangat tadi duduk dengan manis di kursi sofa masing-mas
“Ah, aku kecewa sekali!” Suami Yulia mengeluh untuk kesekian kali. Ia memegang erat-erat setir mobil dan wajah cemberutnya mampu membuat orang yang menangis tertawa terbahak-bahak.Putri mereka Amanda telah tertidur setelah menganggu ayahnya dengan pertanyaan seperti jalan apakah ini, atau siapa orang yang hidungnya bengkok itu? Selama setengah perjalanan.“Hei ... ini kan hari refreshingku! Kan kamu sendiri yang bilang kalau aku boleh memilih tempat yang ingin kutuju hari ini. Ya, kan?” tanya Yulia sambil mengedip.Suaminya masih saja cemberut. “Ya, aku memang mengatakan yang seperti itu sih! Tapi aku sama sekali tidak yakin kalau mengatakan itu perjalanan ke rumah temanmu. Siapa namanya? Esme? Mantan suamimu juga bekerja di sana, kan?” tanya suami Yulia dengan nada tidak senang.Yulia menjulurkan tangannya untuk menyentuh punggung tangan sang suami yang saat ini di atas setir mobil. Ia menepuknya beberapa kali untuk bisa mendapatkan perhatian.“Aku akan memberitahumu sekali lagi. Ba
Tangan wanita itu merangkul leher suaminya. Lipstik yang mewarnai bibir merah wanita itu sama sekali tidak cantik lagi. Seolah sesuatu telah menghapusnya dengan cepat, membuat wanita itu kewalahan untuk sekedar mempertahankan warna di bibirnya.“Esme?” Pria yang dipeluk oleh wanita itu terkejut, malahan melebih perasaan Esme yang menyaksikan.Mendengar namanya disebut, Esme hanya tertawa kecil. Ia merasa kalau kejadiannya akan lebih seru seandainya ia terlambat datang sedikit lagi. Ia membiarkan William pergi memeluk kaki ayahnya dan berbalik pergi.Begitu tak dapat lagi melihat wajah Dominic, Esme merasakan perih di dadanya tiba-tiba. Ia berhenti berjalan dan menunduk lebih dalam. Kenapa rasanya ia seperti sendirian sekarang ini.“Nyonya, Anda baik-baik saja, kan?”Esme mengangkat kepalanya, terpana selama beberapa saat dan kemudian berdiri dengan tiba-tiba. Ia lekas memeluk pria yang menunduk bertanya itu. Lalu menangis layaknya anak kecil yang dijahati oleh semua orang.Rasanya leb
“Nyonya, Tuan menolak menerima makanan yang Anda kirimkan lagi!” Pelayan yang diutus oleh Esme ke kantor Dominic kembali membawa rantang yang sama sekali tidak disentuh sedikit pun.William yang mendengar suara seseorang mendekat berhenti dan menaruh perhatian pada ibunya beberapa saat sebelum kemudian sibuk dengan permainannya kembali.“Jam berapa Pak Azzar biasanya kembali ke pavilliun?” tanya Esme.“Sekitar jam 7 malam, Nyonya! Apa saya perlu menghubungi beliau untuk menemui Nyonya saat pulang?” tanya si pelayan. Ia lebih gelisah dibandingkan biasanya.“Tidak! Tolong panggilkan Pak Wyatt kemari. Ada yang mau aku katakan padanya!”Si pelayan pergi dengan rantang yang belum disentuh Dominic. Esme hanya memandanginya sampai menghilang dan membelai kepala putranya saat anak itu mendekat dengan langkah lambat.Sudah hampir tiga bulan Dominic tidak berada di rumah. Langkah kaki William yang awalnya ragu-ragu sudah menjadi sangat mantap. Kalau dibiarkan terus maka anaknya keburu pandai be
William menangis tiba-tiba malam tadi. Padahal William adalah anak paling tenang yang diketahui oleh semua orang. Ia tidak menjerit saat jatuh sendiri dan suka bertualang di kebun mawar tempat Esme minum teh.“Mungkin karena Nyonya gelisah, makanya Tuan Muda jadi tidak tenang!” Pengasuh yang didatangkan dari rumah kedua orang tuanya berpendapat seperti itu.Pikiran Esme memang tidak tenang. Sejak sore tadi ia merasa sudah mengatakan sesuatu yang salah. Apalagi Wyatt yang seharusnya belum pulang, tiba-tiba saja minta izin untuk keperluan mendadak.Jika saja ada Yulia di rumah, maka esme pasti akan percaya. Namun, wanita yang mencintai Wyatt itu tidak ada di rumah asistennya itu sekarang. Mereka telah bercerai.“Mungkin kamu benar!” katanya pasrah. “Bagaimana aku menenangkan diri?” tanya Esme bingung.Biasanya ia akan menanyakan hal ini pada Wyatt. Asistennya itu selalu tahu apa-apa yang diinginkan Esme bahkan sebelum bicara. Seolah Wyatt membaca pikirannya yang tidak dipahami sendiri.
“Bagaimana aku bahagia kalau kamu tidak ada di sini?” bisik Wyatt pelan.Wyatt lekas tersadar kalau bukan hanya dirinya saja yang ada di ruangan ini saat ini. Begitu sadar ia langsung memeluk nampan dan tersenyum seolah tidak ada hal yang buruk yang pernah terjadi padanya.“Kamu bilang apa?”Wyatt tetap tersenyum dan tanpa mengatakan apa-apa ia pergi. Begitu ia melewati pintu ruangan tempat Esme duduk dan minum teh, Wyatt berlari sekuat tenaga. Dengan napas yang terengah-engah ia meletakan nampan yang tadi didekap. Para tukang masak yang tengah istirahat memandangnya dengan terheran-heran.“Ada masalah, Wyatt?”Dengan tubuh gemetar, Wyatt menutup mulutnya. Ia penasaran dengan seperti apa tampangnya sekarang. Pasti tidak bisa baik-baik saja.“Wyatt!” Tukang masak yang paling tua menghampiri dirinya. Disentuhnya bahu Wyatt perlahan. “Apa kamu benar baik-baik saja? Kamu tampak terguncang!”Wyatt menelan ludah. Ia tidak akan bisa bertemu dengan Esme saat ini. Ia tidak akan bisa bersikap n
“Bagaimana kamu ada di sini?” tanya Dominic.Hampir seminggu ia tak mengunjungi rumah utama. Ia lebih nyaman berada di rumah yang dibelinya secara rahasia. Dan mengatasi masalah dari sana. Kepalanya terasa damai karena tidak perlu melihat Esme untuk sementara. Walau hatinya masih tetap panas setiap kali pergi ke kantor dan kemudian bertemu dengan Azzar. Rasanya ia ingin mendepak pria itu secepat kilat dari kehidupan, hanya saja belum mendapatkan alasan yang tepat.Lalu sore ini ia melihat seseorang duduk berjongkok di depan rumah pribadinya yang disembunyikan> Rumah yang terlarang untuk dimasuki Esme dan Azzar kini. Ia pikir mungkin itu adalah gelandangan yang tersesat, tetapi menyadari dengan cepat saat membuka jendela mobil kalau yang datang adalah si sekretaris yang dimanfaatkan untuk membuat Esme marah besar seminggu lalu.Dominic tidak turun dari mobil. Hanya jendela kaca mobilnya saja yang sengaja dibuka. Ia menatap si sekretaris dari atas sampai bawah, kelihatannya ia baru saja