Beranda / Rumah Tangga / BALADA JANJI SUCI KIARA / BAB 1: Sebuah Permulaan

Share

BAB 1: Sebuah Permulaan

Penulis: Dellya Ang
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-23 20:12:57

Kiara perempuan muda, cantik dan kreatif. Seorang penulis, content creator juga penyiar. Hidupnya berjalan penuh dengan keceriaan. Senyum manis dan mata yang teduh mampu memberi rasa tenang bagi siapa saja yang memandangnya. Mandiri, cantik, cerdas membuatnya menjadi idaman banyak pria. Akan tetapi hatinya telah terpaut pada seorang pemuda. Pemuda biasa, bukan penulis dengan sajak cinta, seperti teman-teman di komunitasnya. Bukan pula seorang bersuara menyenangkan seperti teman seprofesinya, penyiar. Pun bukan seorang dengan puluhan ide di kepalanya layaknya content creator.

Tidak ada yang pernah menyangka tentang sebuah perjalanan hidup. Begitu pula dengan Kiara, kehidupannya berubah 180 derajat. Segala keceriaan di wajahnya berubah jadi sendu. Hilang sudah senyumnya, sirna pula cahaya keteduhan di matanya. Bahkan dia nyaris menyayat urat nadinya. Dia terpuruk dalam luka yang begitu dalam. Segala ekspektasinya tentang indahnya romansa cinta berubah menjadi nestapa. Menangis dalam pekatnya malam adalah hal yang sudah biasa. Dirga adalah cikal bakal duka yang menimpa Kiara.

***

Pemuda tinggi berkulit sawo matang itu memasuki pekarangan rumah Kiara. Dia melangkah pasti, kemeja navy yang dikenakannya menambah sisi maskulin. Kiara masih di dalam kamar. Dia sedang bersiap-siap untuk menemani Dirga menghadiri sebuah acara.

Suara pintu diketuk dari luar, Bik Murni melangkah cepat untuk membukakan pintu.

"Ow… Mas Dirga," ucap bik Murni saat mengetahui siapa tamu yang datang.

"Masuk, Mas. Biar bibi panggilkan non Kiara dulu," tambahnya kemudian berlalu.

Dirgantara Alykas memasuki ruang tamu yang di sana tengah duduk Pratama Abimanyu dan Retno Prameswari, orang tua Kiara. Dirga tidak canggung bertemu orang tua Kiara, sebab selama empat tahun mereka pacaran, Dirga sudah sering berkunjung. Meskipun mereka berbeda kota, Dirga selalu meluangkan waktu barang sebulan sekali untuk menemui Kiara.

"Bagaimana, Nak Dirga. Kapan kamu ingin meresmikan hubunganmu dengan Kiara?" tanya Pratama setelah saling menanyakan kabar.

"Saya tergantung Kiara, Om. Jika Kiara sudah siap saya akan membawa orang tua saya ke sini," jawab Dirga yakin.

Kiara keluar dari kamarnya dan menuju ruang tamu. Dia segera duduk di samping Retno, ibunya.

"Ada apa, sih. Kok pada lihatin aku?" tanyanya heran.

Tama mengajukan pertanyaan yang sama pada Kiara, "Kapan kamu dan Dirga mau meresmikan hubungan kalian?"

Kiara yang mendapat pertanyaan mendadak seketika melirik pada Dirga. Dirga hanya tersenyum sambil mengangkat bahu.

"Tadi papa sudah menanyakan hal ini pada Dirga. Dan Dirga hanya menunggu keputusan dari kamu," jelas Pratama lagi.

Kiara terdiam sejenak, lalu menjawab yakin. "Baiklah, Kiara sudah siap."

Tidak perlu waktu lama bagi Kiara untuk berfikir. Empat tahun kebersamaannya dengan Dirga membuatnya merasa sudah cukup mengenal Dirga.

Dirga tersenyum senang begitu juga Pratama dan Retno. Sesuai kesepakatan bahwa minggu depan Dirga dan keluarganya akan datang untuk melamar Kiara.

***

Kita adalah manusia yang punya banyak rencana dan mimpi tapi semuanya kembali pada takdir Tuhan. Terkadang Tuhan memberikan ujian agar kedepannya kita lebih kuat dan tangguh atau mungkin Tuhan rindu pada kita. Rindu doa lirih kita di malam yang sunyi.

Seperti malam-malam sebelumnya, Kiara bersimpuh di atas sajadahnya. Sajadah yang menjadi mahar pada pernikahannya enam tahun lalu. Sajadah itu tidak lusuh, hanya mukenah yang awalnya putih kini berubah menguning. Dalam isak yang dia tahan karena tidak ingin membangunkan putrinya, Amelia yang berusia lima tahun.

***

Dua bulan setelah proses lamaran, sebuah resepsi pernikahan sederhana dilaksanakan. Hanya keluarga dan kerabat dekat saja yang hadir. Kiara tampak cantik dengan kebaya putih ditambah mahkota kecil yang menghias kepalanya, rambut hitamnya disanggul. Begitu juga dengan Dirga tampak gagah dengan setelan jas berwarna sama dengan Kiara.

Pratama Abimanyu menjabat tangan Dirga, sambil melafalkan ijab. Kemudian dengan satu tarikan nafas Dirga menjawab ijab hingga para saksi mengatakan sah.

Tuntas sudah tugas Pratama Abimanyu. Dia telah menyerahkan tanggung jawab atas putrinya pada Dirgantara Alykas. Harapan yang sama dengan para ayah di seluruh dunia bahwa lelaki di hadapannya ini mampu menjadikan putrinya sebagai ratu di istana yang akan mereka bangun berdua.

Kiara mengusap ujung matanya, begitu juga dengan Retno. Putri kecilnya yang dulu masih bermain boneka kini telah menjadi istri. Retno pun tidak ubahnya dengan ibu-ibu di luar sana, berharap anaknya mendapat nahkoda yang mampu membawa dan membimbing dalam menjalani biduk rumah tangga.

Satu minggu setelah resepsi sederhana itu, Dirga meminta izin untuk membawa Kiara ke kediamannya di luar kota. Tama maupun Retno tak bisa menolak, sebab Kiara telah sah menjadi istri Dirga. Seorang istri harus mendampingi suaminya. Kiara mencium punggung tangan kedua orang tuanya, meminta ridho. Retno melepas putrinya dengan berurai air mata. Begitu pula dengan Tama, dia mengamanahkan putri semata wayangnya pada Dirga. Dirga mengangguk, berjanji akan membahagiakan Kiara lahir dan batin.

***

Kiara masih di atas sajadahnya melangitkan doa untuk Dirga, suaminya. Belum berujung pada aamiin segala pengharapan Kiara, tiba-tiba Amelia berteriak memanggil ayahnya. Kiara segera menghampiri putrinya. Suhu badan Amelia tinggi, dia terus memanggil sang ayah yang sudah tiga hari tidak pulang ke rumah, Kiara tidak bisa menghubungi suaminya dikarenakan ponsel Dirga tidak aktif.

Dirga bukanlah pebisnis atau karyawan di perusahaan besar yang mengharuskannya meninggalkan rumah dalam waktu lama. Dirga adalah seorang pedagang di sebuah pusat perbelanjaan.

Sebetulnya Kiara tahu kemana sang suami dan sangat bisa baginya untuk menemui Dirga, tapi Kiara tidak mau melakukannya. Sebab Dirga akan marah besar jika Kiara menyusulnya. Perempuan itu tidak ingin Amelia melihat orang tuanya bertengkar.

Dia berusaha agar Amelia tumbuh dalam keluarga yang sehat. Hal itulah yang membuat Kiara selalu diam dengan kebiasaan Dirga. Sebab jika saja Kiara protes atau bahkan bertanya sekalipun, maka Dirga tak segan-segan mengeluarkan sumpah serapah.

***

Amelia terus menangis dalam gendongan Kiara. Perempuan yang memiliki mata bulat itu pun beberapa kali menyeka air matanya. Jam di dinding menunjukkan pukul dua pagi. Kiara sudah menguap beberapa kali sedangkan Amelia masing enggan dibaringkan di atas kasur.

Perjalanan hidup tidak ada yang bisa menduganya, begitu juga Kiara. Tidak ada perempuan yang membayangkan tentang rumah tangga yang bagai neraka seperti ini. Ternyata hubungan jarak jauh yang selama empat tahun mereka jalin, belum cukup membuat Kiara mengenal lelakinya.

Semenjak menikah dan punya anak Kiara full menjadi ibu rumah tangga. Segala kebutuhan hanya bersumber dari Dirga dan kini sang suami pun tidak lagi berdagang, usahanya bangkrut. Untuk memenuhi kebutuhan Amelia, Kiara mengandalkan dari bayaran yang diberikan oleh teman-teman atas jasa mengedit vidio, Itupun tidak selalu ada, dan bayarannya juga tidak besar.

Suara ketukan pintu membuat Kiara bergegas keluar, masih dengan Amelia dalam gendongannya.

"Dari mana saja?" tanya Kiara pelan.

Dirga sontak melotot, tapi Kiara mengusap kepala Amelia membuat Dirga segera memegang kepala putrinya.

"Demam?" tanyanya cemas, Kiara mengangguk.

"Kenapa gak kasih tahu?" tanyanya lagi.

"Ponselmu gak aktif," jawab Kiara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kita bawa ke dokter, " ucap Dirga.

Kiara menggeleng, "Kita gak punya uang untuk ke dokter."

Dirga menarik nafas, berjalan lemah menuju sofa. Lelaki itu terduduk lemah, pandangannya menerawang ke seisi rumah.

Adzan sudah berkumandang, Amelia kembali mengigau, memanggil Ayahnya. Dirga yang mendengar, segera mengambil Amelia dari gendongan Kiara.

"Iya, sayang. Ini Papa."

Amelia memeluk erat ayahnya sambil menangis. Dalam tangisnya dia sempatkan bertanya kemana ayahnya selama tiga hari ini.

"Ayah cari uang, Nak. Untuk jajan Amel," jawab Dirga.

"Sekarang Amel tidurnya di kasur ya, sayang, kan Papa udah pulang," bujuk Kiara.

Gadis kecil itu mengangguk tanpa melepaskan pelukannya. Kiara masih tak mampu bertanya banyak hal pada Dirga, karena itu akan kembali memancing emosi Dirga dan akan membuat Amelia mendengar mereka bertengkar.

***

Kiara adalah perempuan yang periang. Namun, senyum di wajahnya sudah hilang sejak Amel berusia satu tahun. Tidak ada lagi kedamaian dalam rumah tangga yang dibinanya bersama Dirga.

Rumah yang diharapkan bagai istana ternyata berubah laksana neraka. Penyiksaan batin bertubi-tubi dirasakan Kiara. Dirga yang gila judi juga kerap melontarkan kata-kata kasar, belum lagi tekanan yang dia dapat dari mertua.

Kiara dipaksa tegar demi memberi keluarga yang utuh bagi Amelia. Andai saja bukan karena Amelia mungkin Kiara sudah meninggalkan neraka itu.

Amelia sudah tertidur pulas juga dengan Dirga. Kiara menggelar kasur tipis di lantai. Kepalanya terasa sakit, dia juga butuh tidur setelah hampir semalaman terjaga. Baru saja dia ingin memejamkan mata, suara pintu diketuk dari luar. Kiara melangkah lemah.

Bab terkait

  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 4: Masa Lalu Yang Datang

    Kiara menemukan kebahagiaan yang baru. Di aplikasi tersebut dia juga bertemu dengan orang-orang penggiat literasi. Hobi menulis yang selama ini terendap akibat tekanan, hidup kembali bergejolak. Kiara bergabung dengan berbagai grup kepenulisan. Di sana Kiara pun mempunyai peran, sebagai orang yang pernah menjadi content creator tak jarang Kiara mendapat tawaran untuk membuat klip sebuah video puisi. Perempuan itu merasa kembali hidup. Kebahagiaan menjadi konselor, juga bebasnya dalam berkreasi membuatnya bahagia. Kehidupan yang nyaris sempurna; keluarga yang bahagia juga pekerjaan yang menyenangkan.Pagi yang cerah, Kiara tengah menyiapkan pakaian sang suami. Ponsel di meja berbunyi, Kiara mengabaikannya, sebab itu ponsel Dirga. Meski sudah berstatus sebagai istri Dirga, Kiara sangat jarang mengecek isi ponsel suaminya. Dia percaya sepenuhnya bahwa sang suami tidak akan berlaku yang aneh-aneh.Ponsel itu kembali berdering. "Mas handpone kamu bunyi terus. Boleh aku jawab gak?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 5: Rencana Liburan Amel

    Ponsel Kiara berdering, nama My Mom tertera pada layar ponsel. Wanita muda berkulit putih itu mencari tempat yang lebih sepi untuk menjawab panggilan telepon."Kamu di mana, sayang?" tanya wanita yang menurunkan sikap lembut pada Kiara."Kia lagi di sekolah Amel, Ma," jawabnya."Minggu depan sekolah libur, kan?" tanya Retno dari seberang telepon. Kiara mengangguk sambil bergumam."Kalau begitu kamu sama Amel bisa liburan ke sini dong," pinta seorang nenek yang merindukan cucunya. "Mama rindu sama kamu dan Amel." tambahnya.Airmata Kiara mulai menggenang. Sebetulnya dia juga rindu pada perempuan yang telah melahirkannya. Akan tetapi rasanya sulit untuk berlibur dengan tabungan yang belum seberapa. Dirga baru bekerja, belum lagi Amel sebentar lagi masuk SD, tentu butuh biaya yang tidak sedikit."Kalau kamu tidak punya budget, biar mama transfer," ucap sang ibu ketika tak mendapati jawaban dari anaknya."Ada kok, Ma. Mas Dirga sudah kerja," jelasnya singkat."Nanti Kia akan bicara sama

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-25
  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 6: Pesan Singkat Dari Vino

    Cinta terkadang mampu membuat sesuatu yang tidak wajar menjadi biasa. Pemakluman dan harapan terus tersemat pada orang-orang yang bertahan atas nama cinta. Mungkin bagi sebagian orang berharap berlebihan itu terlihat bodoh, tapi tidak pagi pecinta. Cinta telah menduduki tahta tertinggi hingga mengalahkan logika.Latar belakang keluarga yang harmonis, bertutur kata sopan, membuat Kiara masih belum terbiasa dengan kalimat-kalimat kasar Dirga, meski usia pernikahan mereka sudah tujuh tahun. Kiara masih kerap merasakan nyeri di hati, bila Dirga mengeluarkan sumpah serapah padanya. Pemakluman, Kiara terus memaklumi segala sikap Dirga tanpa berhenti berdoa agar suaminya berubah, berkata sopan.Amel menatap ayahnya yang bersandar di sofa. Tangan kecil Amel mengusap paha sang ayah. Gadis ini pun tau bahwa ayahnya sedang tidak baik. Untuk itu dia pun mengurungkan niat untuk mengatakan inginnya.Dirga masih terpejam, ada suara dengkuran kecil terdengar. Kiara menghampiri putri kecilnya yang mas

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-26
  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 7: Liburan

    Di meja makan, Amel telah duduk rapi mengenakan seragam sekolahnya. Gadis itu tersenyum senang melihat ayahnya. Dengan sangat semangat, dia menceritakan keinginannya untuk berlibur ke tempat kakek dan neneknya."Hmmm… Amel mau libur ke rumah kakek dan nenek?" tanya Dirga, yang dijawab anggukan oleh putrinya."Boleh kok," ucap Dirga lagi.Amel bersorak riang. Senyum terkembang dari bibirnya yang mungil. Bando berbentuk kelinci yang menghias kepalanya pun ikut bergoyang."Mas…" bisik Kiara."Uangnya?" tanya Kiara pelan, tak ingin terdengar oleh putrinya."Ada kok," jawab Dirga santai."Dari mana?" tanya Kiara bingung."Aku dapat bonus karena mampu menjual mobil lebih dari target. Vita jadi membeli beberapa unit mobil dari showroom," jelas Dirga.Kiara mengangguk, mengerti."Mas… Aku boleh nanya sesuatu?" tanya Kiara hati-hati, takut memancing amarah Dirga."Tanya aja," jawabnya santai."Hmmm… Vino siapa?"Dirga mengernyitkan kening, berfikir sejenak. "Vino adalah teman lamaku. Kenapa k

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-27
  • BALADA JANJI SUCI KIARA   Bab 8: Sebuah Nama

    Di antara bentangan sawah, Kiara tersenyum simpul membaca penggalan puisi dari Alkena. Perempuan itu pun seketika membalas chat tersebut dengan kalimat yang tak kalah puitis.[ Ada rindu yang tak utuh ketika bunga mekar di bawah langit jingga. Juga ada rindu yang sembunyi saat semilir angin bawa kesejukan. Aku masih menatapmu dari sudut sepi berharap temu meski dalam mimpi.]Amelia menghampiri sang ibu, bertanya tentang kenapa ada kaleng yang digantung. Kiara menjelaskannya dengan sabar, putri kecilnya memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Namun, Kiara selalu memenuhi rasa ingin tahu anaknya. ***Dirga masih berjibaku dengan pekerjaannya. Semenjak Vita membeli beberapa unit mobil darinya, Dirga dipercaya menjadi kepala cabang. Hal itu juga membuat pundi-pundi yang dihasilkannya semakin meningkat. "Sibuk, Bang?" sapa seorang wanita cantik.Dirga terkejut akan kehadirannya. "Kok bisa masuk?" Wanita itu hanya tersenyum. Dia duduk di hadapan Dirga. Bibirnya yang merona, membuat

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 9: Jaga Hati, ya.

    Perjalanan hidup, selalu menjengangkan. Kerap kali kita dikejutkan oleh hal-hal tak terduga. Seperti sore ini, saat Kiara bertemu seseorang bernama Dimas yang mengaku sebagai teman kecilnya."Kamu tidak kenal aku, tapi aku tahu kamu," ujarnya.Lelaki yang tidak terlalu tinggi itu duduk di sisi Kiara. Kiara sedikit tidak nyaman, lalu menggeser posisinya."Kamu adalah Kiara anaknya Tante Retno, sepupu dari Bara. Benar, kan?" Dimas tersenyum.Kiara menatap lelaki itu sekilas, "Anda siapa?" tanyanya tetap sopan, meski sebetulnya risih."Aku Dimas, sahabatnya Bara, sepupumu," jelasnya singkat.Kiara mengangguk, Bara memang sepupunya. Dulu sewaktu Kiara kecil, ketika liburan di desa, Bara lah yang mengajaknya bermain. Hal itulah yang membuat Dimas mengenal Kiara. "Masih suka puisi?" tanyanyaKiara mengernyitkan kening, bagaima lelaki ini tahu hal yang disukainya. "Bagaimana kamu bisa tahu?" selidiknya."Aku follow sosial mediamu yang aku temukan dari follower Bara," jelasnya.Lagi-lagi Ki

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-29
  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 10: Sebuah Foto

    Suara gemerisik dedaunan menemani Kiara yang duduk di teras rumah. Dia baru saja menerima chat berupa kata-kata puitis dari Alkena.[Biarlah aku tetap melukis namamu dalam tubuh rindu. Hujan sore itu pun tidak pernah benar-benar menghanyutkan kenangan akanmu]Perempuan itu tersipu malu, seakan sajak itu khusus tercipta untuknya. Dengan segera Kiara membalasnya[Belum jelaga masa menghanguskan kisah. Rekam segala hari yang tidak pernah suram, bersamamu]Kiara masih bercengkrama dengan smartphone-nya, bahkan dia tidak mendengar ketika Retno memanggilnya."Ada apa, sih. Kok senyum-senyum sendiri?" tanya wanita paruh baya itu."Gak kenapa-kenapa, Ma. Baru ngobrol sama Mas Dirga," jelas Kiara. "Yakin, Nak?" "Mama kok tanya begitu?" Kiara penasaran. "Nak, kehidupan rumah tangga itu akan selalu menemui banyak goncangan. Kamu harus bijak dalam menyikapinya. Sekarang, kamu adalah seorang istri, mama harap kamu bisa membatasi pertemananmu dengan lawan jenis." Retno menasehati putrinya.Kiara

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • BALADA JANJI SUCI KIARA   Bab 11: Teror yang puitis

    Kiara melangkah pasti memasuki bangunan ruko yang telah disulap menjadi showroom. Seorang karyawan mengenakan seragam merah menghampirinya. Lelaki muda itu melakukan SOP perusahaan, senyum, sapa dan salam."Pak Dirga ada?" tanya Kiara.Lelaki muda itu tergagap, bingung harus menjawab apa."Saya Kiara, istrinya Pak Dirga. Boleh saya bertemu dengan suami saya?" tanya Kiara lagi."Ee…." Belum selesai lelaki muda itu menjawab, Dirga telah berdiri tidak jauh dari Kiara."Kiara," panggil Dirga. "Tumben kamu ke sini, ada keperluan apa?" tanyanya."Aku…." Kiara lupa mempersiapkan jawaban masuk akal, jika Dirga bertanya perihal kedatangannya yang tiba-tiba."Alykas," panggil seseorang yang baru keluar dari ruang kerja Dirga.Kiara terkejut, menatap lama sosok itu. Dia tidak asing dengan wajah tersebut, itu wajah yang sama dengan foto profil kontak bernama Vino."Pak Vino, kenalkan, ini istri saya, Kiara," Dirga memperkenalkan istrinya."Saya Vino, relasi Mas Dirga," ucapnya seraya mengulurkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01

Bab terbaru

  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 14: APAKAH KAMU MENCINTAIKU?

    Segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendakNya, bahkan daun yang gugur pun tak lepas dari izinnya. Berserah merupakan jalan agar hati lebih tenang.Kiara melangkah pelan menuju kamar Amelia, perempuan itu merebahkan tubuhnya di samping sang anak. Isi kepalanya kacau, dia masih terngiang pengakuan rasa yang diucapkan Alkena. Ya… Alkena, sang teman maya, telah menyatakan perasaannya, meski dia tahu Kiara adalah wanita bersuami.Sejak kemarahan Dirga waktu itu, sang suami melarang Kiara untuk siaran. Perempuan itu pun menyetujuinya. Dia tidak ingin Dirga sibuk dengan segala dugaannya, Kiara juga ingin melenyapkan debar yang kerap timbul ketika dia ngobrol dengan Alkena. ***Perempuan cantik nan seksi memasuki ruang kerja Dirga, kemeja krem ketat membentuk tubuhnya yang ramping. Dirga mengamatinya dari atas hingga ke bawah, kemudian kembali fokus pada laptopnya."Kita sudah tidak ada urusan pekerjaan, Vit. Jadi tolong jangan mendatangiku ke kantor. Aku tidak ingin menimbulkan fitnah

  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 13: DEBAR YANG BERBEDA

    Dalam peristiwa yang terjadi, merupakan proses pembelajaran untuk menjadikan seseorang lebih tangguh dari sebelumnya. Kiara pun begitu, rumah tangganya dengan Dirga membentuk dia menjadi Kiara yang tidak manja. Kiara yang lebih kuat dari sebelumnya.Minggu yang cerah Dirga bersama anak dan istrinya menghabiskan akhir pekan dengan berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan. Sekarang Dirga sudah bisa membelikan mainan untuk Amel, juga baju yang bagus untuk Kiara. Berbeda dengan waktu dia terpuruk dulu, jangankan untuk baju dan mainan, untuk makan saja, Kiara harus rela menjadi buruh cuci.Terkadang Kiara sedih jika mengingat kejadian itu, tapi dia juga bersyukur karena telah mampu melewatinya dan masih menggenggam setia bersama Dirga."Alykas," panggil seseorang, saat keluarga kecil itu masuk dalam sebuah restoran, ingin makan siang.Dirga menoleh ke arah suara. Dia tahu siapa yang memanggil dengan nama itu, Vino. Tidak ada yang lain memanggilnya dengan Alykas, hanya Vino.Lelaki metro

  • BALADA JANJI SUCI KIARA   Bab 12: Alkena dan Dimas

    Bab 12: Alkena dan DimasDirgantara Alykas mengepalkan tinju, dia melepaskannya pada angin. Emosinya kembali buncah saat tahu siapa pengirim pesan pada istrinya. Vino yang sedari tadi hanya duduk, melihat Dirga melampiaskan amarah, kini menghampiri Dirga dan menenangkannya.Vino dan Dirga telah lama kenal, bahkan sebelum dia menikah dengan Kiara. Showroom tempat Dirga bekerja merupakan usaha milik keluarga Vino. Begitu banyak peran Vino dalam kehidupan Dirga. Namun komunikasi mereka sempat terputus saat Vino melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Vino menjadi dewa penolong saat Dirga berada di titik terendah."Namanya, Dimas Pradipta," ucap Vino."Apa yang dia inginkan dari Kiara," tanya Dirga penasaran."Aku gak tahu motifnya, tapi sepertinya hanya mengagumi," terang Vino.Vino mengusap punggung Dirga, menenangkan. "Sudahlah, tidak usah cemas. Jika masih bertingkah baru kita ambil tindakan." Vino memberi saran.***"Shit…" Dimas mengumpat. Dia lagi-lagi tak bisa mengirimkan pesan

  • BALADA JANJI SUCI KIARA   Bab 11: Teror yang puitis

    Kiara melangkah pasti memasuki bangunan ruko yang telah disulap menjadi showroom. Seorang karyawan mengenakan seragam merah menghampirinya. Lelaki muda itu melakukan SOP perusahaan, senyum, sapa dan salam."Pak Dirga ada?" tanya Kiara.Lelaki muda itu tergagap, bingung harus menjawab apa."Saya Kiara, istrinya Pak Dirga. Boleh saya bertemu dengan suami saya?" tanya Kiara lagi."Ee…." Belum selesai lelaki muda itu menjawab, Dirga telah berdiri tidak jauh dari Kiara."Kiara," panggil Dirga. "Tumben kamu ke sini, ada keperluan apa?" tanyanya."Aku…." Kiara lupa mempersiapkan jawaban masuk akal, jika Dirga bertanya perihal kedatangannya yang tiba-tiba."Alykas," panggil seseorang yang baru keluar dari ruang kerja Dirga.Kiara terkejut, menatap lama sosok itu. Dia tidak asing dengan wajah tersebut, itu wajah yang sama dengan foto profil kontak bernama Vino."Pak Vino, kenalkan, ini istri saya, Kiara," Dirga memperkenalkan istrinya."Saya Vino, relasi Mas Dirga," ucapnya seraya mengulurkan

  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 10: Sebuah Foto

    Suara gemerisik dedaunan menemani Kiara yang duduk di teras rumah. Dia baru saja menerima chat berupa kata-kata puitis dari Alkena.[Biarlah aku tetap melukis namamu dalam tubuh rindu. Hujan sore itu pun tidak pernah benar-benar menghanyutkan kenangan akanmu]Perempuan itu tersipu malu, seakan sajak itu khusus tercipta untuknya. Dengan segera Kiara membalasnya[Belum jelaga masa menghanguskan kisah. Rekam segala hari yang tidak pernah suram, bersamamu]Kiara masih bercengkrama dengan smartphone-nya, bahkan dia tidak mendengar ketika Retno memanggilnya."Ada apa, sih. Kok senyum-senyum sendiri?" tanya wanita paruh baya itu."Gak kenapa-kenapa, Ma. Baru ngobrol sama Mas Dirga," jelas Kiara. "Yakin, Nak?" "Mama kok tanya begitu?" Kiara penasaran. "Nak, kehidupan rumah tangga itu akan selalu menemui banyak goncangan. Kamu harus bijak dalam menyikapinya. Sekarang, kamu adalah seorang istri, mama harap kamu bisa membatasi pertemananmu dengan lawan jenis." Retno menasehati putrinya.Kiara

  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 9: Jaga Hati, ya.

    Perjalanan hidup, selalu menjengangkan. Kerap kali kita dikejutkan oleh hal-hal tak terduga. Seperti sore ini, saat Kiara bertemu seseorang bernama Dimas yang mengaku sebagai teman kecilnya."Kamu tidak kenal aku, tapi aku tahu kamu," ujarnya.Lelaki yang tidak terlalu tinggi itu duduk di sisi Kiara. Kiara sedikit tidak nyaman, lalu menggeser posisinya."Kamu adalah Kiara anaknya Tante Retno, sepupu dari Bara. Benar, kan?" Dimas tersenyum.Kiara menatap lelaki itu sekilas, "Anda siapa?" tanyanya tetap sopan, meski sebetulnya risih."Aku Dimas, sahabatnya Bara, sepupumu," jelasnya singkat.Kiara mengangguk, Bara memang sepupunya. Dulu sewaktu Kiara kecil, ketika liburan di desa, Bara lah yang mengajaknya bermain. Hal itulah yang membuat Dimas mengenal Kiara. "Masih suka puisi?" tanyanyaKiara mengernyitkan kening, bagaima lelaki ini tahu hal yang disukainya. "Bagaimana kamu bisa tahu?" selidiknya."Aku follow sosial mediamu yang aku temukan dari follower Bara," jelasnya.Lagi-lagi Ki

  • BALADA JANJI SUCI KIARA   Bab 8: Sebuah Nama

    Di antara bentangan sawah, Kiara tersenyum simpul membaca penggalan puisi dari Alkena. Perempuan itu pun seketika membalas chat tersebut dengan kalimat yang tak kalah puitis.[ Ada rindu yang tak utuh ketika bunga mekar di bawah langit jingga. Juga ada rindu yang sembunyi saat semilir angin bawa kesejukan. Aku masih menatapmu dari sudut sepi berharap temu meski dalam mimpi.]Amelia menghampiri sang ibu, bertanya tentang kenapa ada kaleng yang digantung. Kiara menjelaskannya dengan sabar, putri kecilnya memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Namun, Kiara selalu memenuhi rasa ingin tahu anaknya. ***Dirga masih berjibaku dengan pekerjaannya. Semenjak Vita membeli beberapa unit mobil darinya, Dirga dipercaya menjadi kepala cabang. Hal itu juga membuat pundi-pundi yang dihasilkannya semakin meningkat. "Sibuk, Bang?" sapa seorang wanita cantik.Dirga terkejut akan kehadirannya. "Kok bisa masuk?" Wanita itu hanya tersenyum. Dia duduk di hadapan Dirga. Bibirnya yang merona, membuat

  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 7: Liburan

    Di meja makan, Amel telah duduk rapi mengenakan seragam sekolahnya. Gadis itu tersenyum senang melihat ayahnya. Dengan sangat semangat, dia menceritakan keinginannya untuk berlibur ke tempat kakek dan neneknya."Hmmm… Amel mau libur ke rumah kakek dan nenek?" tanya Dirga, yang dijawab anggukan oleh putrinya."Boleh kok," ucap Dirga lagi.Amel bersorak riang. Senyum terkembang dari bibirnya yang mungil. Bando berbentuk kelinci yang menghias kepalanya pun ikut bergoyang."Mas…" bisik Kiara."Uangnya?" tanya Kiara pelan, tak ingin terdengar oleh putrinya."Ada kok," jawab Dirga santai."Dari mana?" tanya Kiara bingung."Aku dapat bonus karena mampu menjual mobil lebih dari target. Vita jadi membeli beberapa unit mobil dari showroom," jelas Dirga.Kiara mengangguk, mengerti."Mas… Aku boleh nanya sesuatu?" tanya Kiara hati-hati, takut memancing amarah Dirga."Tanya aja," jawabnya santai."Hmmm… Vino siapa?"Dirga mengernyitkan kening, berfikir sejenak. "Vino adalah teman lamaku. Kenapa k

  • BALADA JANJI SUCI KIARA   BAB 6: Pesan Singkat Dari Vino

    Cinta terkadang mampu membuat sesuatu yang tidak wajar menjadi biasa. Pemakluman dan harapan terus tersemat pada orang-orang yang bertahan atas nama cinta. Mungkin bagi sebagian orang berharap berlebihan itu terlihat bodoh, tapi tidak pagi pecinta. Cinta telah menduduki tahta tertinggi hingga mengalahkan logika.Latar belakang keluarga yang harmonis, bertutur kata sopan, membuat Kiara masih belum terbiasa dengan kalimat-kalimat kasar Dirga, meski usia pernikahan mereka sudah tujuh tahun. Kiara masih kerap merasakan nyeri di hati, bila Dirga mengeluarkan sumpah serapah padanya. Pemakluman, Kiara terus memaklumi segala sikap Dirga tanpa berhenti berdoa agar suaminya berubah, berkata sopan.Amel menatap ayahnya yang bersandar di sofa. Tangan kecil Amel mengusap paha sang ayah. Gadis ini pun tau bahwa ayahnya sedang tidak baik. Untuk itu dia pun mengurungkan niat untuk mengatakan inginnya.Dirga masih terpejam, ada suara dengkuran kecil terdengar. Kiara menghampiri putri kecilnya yang mas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status