Hola, happy reading and enjoy!Chapter 65Ares tersenyum dan mengedarkan pandangannya kepada semua yang berada di sana lalu tatapannya tertuju pada Vanya, sedangkan Vanya menatap Ares kemudian berganti menatap Leya yang melayangkan senyum ke arah Ares. Tetapi, Vanya tidak melihat jika Ares menatap Leya lebih dari satu detik.Ares melangkah mendekat ke arah Vanya yang mulai menunjukkan ekspresi cemberut. "Ya, seharusnya aku datang lebih awal." Vanya lalu menatap Julio, kesal untuk ke dua kalinya kakaknya mengundang orang yang tidak diinginkannya. Tetapi, Julio tidak menanggapi tatapan tajam Vanya. Pria itu justru menyeringai dan menuangkan sampanye ke dalam sebuah cawan kosong kemudian memberikannya kepada Ares. "Malam masih panjang, kita bisa minum dan mengobrol sampai pagi," ujar Julio. Ares memandangi sampanye yang terlihat mengeluarkan gelembung-gelembung kecil di dalam cawan yang dipegangnya. "Terima kasih." Ia lalu menyesap sampanye-nya. "Nah, bagaimana jika kita berfoto bers
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 66Keesokannya Julio menyandarkan bahu kirinya di kusen pintu kamar Vanya dan bersedekap, matanya menatap Vanya yang hari ini terlihat bersemangat karena Ares bersedia menandatangani gugatan perceraian. Itu merupakan hal yang langka menurut Julio, di mana sebatas pengetahuannya biasanya orang yang terlibat perceraian kebanyakan mengalami depresi dan kacau sedangkan adiknya justru bersikap sebaliknya. Sikap Vanya tersebut bukan semata-mata karena Ares bersedia menandatangani gugatan perceraian yang dilayangkannya, tetapi karena tadi pagi media sosial digemparkan dengan unggahan foto-foto pesta Halloween tadi malam. Ares menerangkan jika benar pernah dekat dengan Leya Jackson dan saat ini hubungan itu telah berakhir, ia juga menegaskan jika hubungannya dengan Leya sekarang murni hubungan persaudaraan yang terikat karena ayah saudara tirinya menikahi Vanesa.Kemudian Leya membenarkan pernyataan Ares, ia juga mengunggah bukti-bukti jika malam itu Ar
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 67 Lima hari setelah pertemuan terakhirnya dengan Vanya, Ares belum bertemu Vanya lagi. Rasanya masih asing karena dirinya kini kembali melajang, tetapi rasanya berbeda dengan sebelumnya ketika ia belum menikahi Vanya. Rasanya hidupnya kini lebih memiliki tujuan dan masih tidak menyangka jika dirinya telah menandatangani berkas perceraian. Bibirnya mengulas senyum sinis karena pada akhirnya ia menyerah pada seorang wanita yang sama sekali tidak pernah ia duga.Dulu saat ayahnya memilih Tania, ia berpikir jika ayahnya hanya pria tua yang tidak tahu malu, penyuka daun muda. Faktanya dirinya juga terjerat pada wanita muda berusia delapan belas tahun. Itu benar-benar menggelikan karena dirinya ternyata tidak jauh beda dari ayahnya.Ares menghela napas cukup dalam seraya menatap bangunan megah di depannya, setelah perceraian orang tuanya rumah itu kini tidak berpenghuni. Bahkan Evan pun memilih untuk tinggal di apartemennya dibandingkan dengan menet
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 68Miss Eden yang sedang menunduk mengangkat kepalanya dan tak kalah terkejutnya mendapati bosnya berdiri di ambang pintu. Pintu yang benar-benar sialan karena tidak berbunyi apa pun saat seseorang membukanya. "M-mr. Torrado?" desah Miss Eden."Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Ares seraya berjalan menghampiri meja Miss Eden.Miss Eden berdiri, merapikan pakaian dan rambutnya. Ia juga membetulkan letak kacamata bacanya lalu mencoba tersenyum dengan kaku. "A-aku... sedang belajar," sahutnya dengan suara pelan.Ares cukup terkejut mendengar pengakuan Miss Eden seraya melirik buku-buku yang terbuka di meja dengan halaman yang mulai kusut pertanda halaman itu sering dibolak-balik. Wanita itu sepertinya bukan tipe orang yang mudah menyerah."Mengejutkan," kata Ares seraya mengangguk-angguk kecil. "Tapi, aku senang melihat keseriusanmu untuk berkembang, tetapi jangan sampai keseriusanmu belajar membuat pekerjaanmu terganggu." "Aku tidak akan mengec
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 69Vanya memilih sebuah restoran Italia untuk makan malam mereka, ia memesan satu loyang pizza ukuran medium, semangkuk lasagne, dan tidak lupa memesan gelato sebagai dessert. Sementara Ares menambahkan Arancini, hidangan yang berasal dari Sisilia yang berbahan dasar beras dan dibentuk bola-bola kecil dengan isian kacang polong, saus daging, dan keju. Mereka baru meninggalkan tempat makan pukul sepuluh lalu pergi ke sebuah club seperti rencana awal mereka. Vanya memilih club yang cukup ternama, Ares sebenarnya tidak setuju, tetapi ia tidak ingin menjilat ludahnya sendiri sehingga mau tidak mau ia menuruti keinginan Vanya. "Kau yakin kita akan masuk club ini?" tanya Ares, club itu benar-benar tidak cocok untuk dirinya. Ia pernah mendengar dari beberapa temannya jika club itu menyajikan pertunjukan penari telanjang, sebenarnya ia tidak masalah dengan hal itu atau dirinya sok suci hanya saja selama ini ia telah menempatkan citra dirinya sebagai
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 70Miss Eden bukan tipe wanita yang menghabiskan akhir pekan atau Jumat malamnya di club, apa lagi saat ini ia sedang disibukkan dengan urusan belajar agar posisinya di kantor tetap aman. Tetapi, sahabatnya yang bernama Kirana sedang patah hati karena memergoki kekasihnya berselingkuh. Kirana memintanya bersenang-senang untuk sejenak melupakan perselingkuhan kekasihnya membuat Miss Eden tidak tega menolak keinginan Kirana. Demi sahabatnya yang patah hati itu, ia merelakan waktu yang seharusnya dipergunakan untuk meringkuk di atas kasurnya yang empuk dan hangat menjadi berada di tengah-tengah kebisingan musik yang memekakkan gendang telinganya. Suasana hatinya sedang tidak terlalu baik karena otaknya sedang berada di ambang batas kelelahan, terbebani dengan banyaknya pekerjaan di kantornya ditambah dengan keharusan belajar lalu mendengarkan seseorang sepertinya sedang diintimidasi dari balik toilet membuat harinya terasa semakin buruk. "Jangan
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 71Vanya melemparkan senyum kepada beberapa orang yang berpapasan dengannya saat ia di dampingi Leo menuju ke ruang kerja Miss Eden. Beberapa orang mungkin mengenalinya dari unggahan Leya Jackson dan beberapa orang mungkin mengenalinya dari unggahan Julio, pikirnya. Leo membukakan pintu kaca ruangan Miss Eden dan wanita yang sedang serius menatap layar komputernya menoleh ke sumber suara lalu ekspresi seriusnya berubah terkejut."Hai, kau...." Miss Eden melepaskan kacamata anti radiasi yang dikenakannya. "Bagaimana kau tahu aku bekerja di sini?" tanyanya seraya berdiri.Vanya mengedikkan bahunya, bibirnya menyunggingkan senyum ramah. "Aku mengingat namamu dan meminta Leo untuk mencari informasi tentangmu. Benar-benar sebuah kejutan karena kau bekerja di sini." "Oh, kalian saling mengenal?" tanya Miss Eden dengan wajah teramat polos.Vanya mengangguk. "Ya... Aku dan Leo...." "Nona Callas adalah adik Bos kita," potong Leo dengan nada tegas dan di
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 72 Vanya meringkuk membelakangi Ares yang memeluknya dari belakang, kelelahan menderanya setelah bercinta. Tetapi, sisa kenikmatan masih bergelung di tubuhnya. Ares tidak pernah mengecewakannya, pria itu mengajarinya bercinta sekaligus memberikan kepuasan padanya.Ares menyingkirkan rambut Vanya dan mengecup tengkuk dengan mesra lalu berkata, "Bagaimana Sabtu malammu bersama Julio?" Vanya memejamkan matanya, enggan sekali menjawabnya mengingat ketika ia menjemput Julio di rumahnya, Leya berada di sana dan akhir pekannya berakhir dengan makan di restoran milik ibu Alana bersama Leya. Untung saja hidangan di sana sangat menggugah selera, tetapi mood-nya untuk berbelanja sudah lenyap dan ia harus berpura-pura sakit kepala untuk membatalkan niatnya berbelanja kado Natal."Menyenangkan. Ada Leya juga bersama kami," ucap Vanya dengan nada malas. "Aku penasaran, apa kado Natal pertamaku darimu." Vanya bertelentang. "Aku belum membelinya." "Jadi, ak
Chapter 90(end)Berita Julio melamar Alana yang selama dua Minggu menghiasi berbagai halaman media sosial dan pencarian internet seketika tenggelam ketika foto cincin di jemari Vanya dan Ares yang diunggah oleh Vanya di media sosialnya satu hari sebelum pernikahan mereka digelar.Berita itu benar-benar menjadi berita yang paling sensasional di tahun ini, bahkan Leandro pun merasa sangat terkejut karena selama ini ia hanya tahu jika Vanya dan Ares tinggal bersama karena Ares-lah yang mengurus karier Vanya di dunia entertainment.Apa lagi Vanya memberikan keterangan bahwa mereka telah saling jatuh cinta sejak Vanya masih duduk di bangku sekolah SMA, hal itu semakin membuat orang-orang membicarakan mereka dengan memberikan komentar miring di kolom komentar. Tetapi, Vanya tidak ingin menggubrisnya karena baginya siapa saja berhak memberikan komentar baik maupun buruk.Pesta pernikahan yang dipersiapkan hanya dalam waktu dua Minggu berjalan sesuai keinginan Vanya dan Ares. Awalnya mereka h
Chapter 89Empat tahun kemudian Vanya sedang menjalani syuting, pengambilan adegan kebanyakan diadakan di dalam ruangan yang telah dirancang khusus. Beberapa adegan yang Vanya mainkan adalah adegan perkelahian yang menggunakan senjata tajam dan juga gerakan-gerakan berbahaya yang melibatkan fisik karena ia membintangi film kolosal bergenre Fantasi. Hari itu Vanya telah selesai berdandan, tetapi ia masih mengenakan kemejanya. Belum mengenakan kostum yang akan digunakan dalam pengambilan adegan. Ia berdiri seraya memegangi buku naskah di tangan kirinya dan sebilah pedang palsu di tangan kanannya, di depannya seorang pria bernama Isac Jules juga memegangi buku naskah. Isac adalah pemeran pria utama dan dia merupakan aktor yang sudah cukup lama bergelut di dunia akting, Vanya merasa beruntung karena dapat beradu akting dengan Isac. Isac pria yang sopan dan tidak pernah membeda-bedakan siapa pun, meskipun pengalaman Vanya di dunia akting masih sangat sedikit, Isac tidak segan membantu Va
Chapter 88Vanya memasuki tempat tinggal Julio dan langsung menuju ruang di mana Julio biasanya berkutat dengan mainannya yang berupa mesin motor yang telah terpisah-pisah dari rangkanya dan mungkin hanya Julio yang memahaminya."Julio, kurasa kita perlu bicara," ucap Vanya tanpa berbasa-basi, ia sudah muak mencoba menghubungi Julio melalui telepon dan pesan teks tetapi pria itu sama sekali tidak menggubrisnya.Julio menatap Vanya beberapa saat. "Bagaimana keadaanmu?" "Sangat buruk," jawab Vanya dengan ketus. "Kenapa kau ke sini kalau belum sembuh?" tanya Julio dengan nada acuh lalu kembali menatap benda-benda yang mungkin di mata orang lain menyerupai rongsokan. Vanya mendekati Julio dan mengambil obeng di tangan pria itu. "Apa yang terjadi padamu? Kau mengabaikanku sepanjang waktu, kau bahkan tidak menjengukku di rumah sakit." "Aku sangat sibuk, Vanya. Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musim panas kali ini dan ini adalah pertandingan terakhirku di timku saat ini." V
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 87Paginya Vanya meminta Ares membawanya keluar dari kamar inapnya karena merasa bosan di dalam kamar meskipun baru satu malam, ia ingin menghirup udara segar pagi hari di taman rumah sakit. Tetapi, baru saja beberapa langkah berjalan meninggalkan kamar mereka bertemu Rico. Ares berhenti mendorong kursi roda yang diduduki Vanya dan segera menghampiri Rico. "Setelah apa yang kau lakukan, kau masih berani menunjukkan wajahmu di depan Vanya?" ucapnya dan tatapannya sangat mengerikan seolah hendak mematahkan leher Rico saat itu juga. Rico tersenyum. "Aku ingin bicara dengan putriku," sahutnya dengan nada sangat tenang. "Vanya tidak sudi bertemu denganmu." Rico menatap Ares dengan sinis. "Kau tidak berhak melarangku, kau bukan apa-apa baginya." Bukan apa-apa baginya? Jika Rico tahu siapa dirinya bagi Vanya, akankah Rico bisa mengucapkan kalimat sinis itu atau mungkin malah akan menjilat di depannya, pikir Ares.Ares tersenyum miring lalu berkata,
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 86Mobil Vanya mengalami kerusakan parah, sementara Vanya mengalami beberapa luka ringan dan beberapa jahit di bagian lengannya, beberapa memar di bahu dan jidatnya tidak terlalu serius begitu juga dengan luka akibat serpihan kaca di wajahnya juga tidak ada yang terlalu dalam. Tetapi, ia masih harus dirawat di rumah sakit untuk memastikan adanya luka di dalam tubuhnya yang diakibatkan oleh benturan yang keras. Vanya duduk bersandar di ranjang pasien dan menatap jendela rumah sakit, ia tidak memedulikan Ares yang berada di sana. Ia bahkan tidak menatap mata Ares sedikit pun sejak pria itu tiba di Instalasi Gawat Darurat dengan terburu-buru dan sangat mengkhawatirkan kondisinya saat dokter menjahit luka di lengan Vanya. Ares duduk di sofa yang ia seret mendekat ranjang pasien seraya terus menggenggam telapak tangan Vanya. "Apa ada yang terasa sakit?" Pertanyaan itu sudah Ares lontarkan untuk ke sekian kalinya. Namun, Vanya masih saja tidak mengg
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 85"Pa, kau di sini?" seru Vanya dan Leandro perlahan bangkit dari kursinya. "Ya. Papa bertemu kenalan lama Papa di sini," ujar Leandro seraya tersenyum canggung. "Tidak menyangka bertemu kau di sini." "Pa, bagaimana kabarmu?" tanya Vanya lalu bergelayut dengan manja di pinggang Leandro."Papa sedikit sibuk dan sangat merindukanmu," ucap Leandro. "Aku juga merindukanmu," kata Vanya seraya menatap Leandro dan tersenyum manja. "Sudah lama kau tidak mengunjungi Papa," kata Leandro seraya membelai rambut di kepala Vanya."Jadwalku sedikit padat akhir-akhir ini. Bagaimana kabar Vanesa?" "Dia merindukanmu dan sering menanyakanmu." Vanya menyeringai. "Aku akan mengunjungi kalian nanti." "Dia pasti akan senang sekali kalau kau datang dan akan menyiapkan banyak makanan untukmu," kata Leandro. Vanya justru menatap Leandro dengan tatapan menggoda. "Kau atau Vanesa? Seingatku, kau yang selalu heboh berbelanja setiap aku mau datang ke rumah kalian."
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 84Mata kuliah pertama Vanya berakhir pukul dua belas siang dan ia masih memiliki jadwal mata kuliah ke dua jam tiga siang. Jadi, untuk mengisi waktu istirahatnya yang lumayan lama Vanya memutuskan untuk menghubungi Evan, Ares sedang pergi ke Malaysia untuk urusan MotoGP kemudian Vanya mengemudikan mobilnya ke kantor Evan. "Andai Ares sedang tidak pergi ke luar negeri, aku yakin kau tidak akan pernah menginjakkan kakimu ke sini," goda Evan yang menyambut Vanya di lobi kantornya."Jangan coba-coba membalikkan fakta, kaulah yang selalu sok sibuk sampai-sampai hampir tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluarga," balas Vanya. Evan terkekeh dan merangkul pundak Vanya dengan sangat lembut. "Aku benar-benar sibuk, adikku." Vanya mencebik. "Kalau sangat sibuk, kenapa kau masih punya waktu untuk berkeliaran di lobi?" Evan memiringkan kepalanya menatap Vanya dan sebelah alisnya terangkat. "Ini pertama kalinya kau ke sini, tentunya aku harus m
Hola happy reading and enjoy!Chapter 83Barang-barang Vanya telah tersusun rapi pada tempatnya di kamar barunya. Jadi, ia membersihkan tubuhnya kemudian merobek kemasan masker wajah lalu mengenakan masker berbentuk topeng berwarna putih dan duduk berselonjor di atas tempat tidurnya seraya bersandar di kepala tempat tidur dengan menggunakan jubah mandinya yang berwarna ungu. Di kepalanya melilit handuk yang juga berwarna ungu untuk menutupi rambutnya yang masih basah, ia seperti tidak memiliki tenaga lagi untuk meraih pengering rambut. "Boleh aku masuk?" Suara itu membuat Vanya mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Ares berdiri di ambang pintu, masih mengenakan setelan jas lengkap bahkan jepitan dasi pemberiannya masih rapi di tempatnya. Vanya memang tidak menutup pintu kamar karena berpikir jika mereka hanya tinggal berdua, tidak perlu harus selalu menutup atau mengunci pintu meskipun ia memerlukan privasi. "Kau pulang lebih awal?" tanya Vanya seraya tersenyum kepada Ares
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 82Dua hari kemudian, sekretaris Tania mengetuk pintu ruang kerjanya dan berkata, "Madam, seorang pejabat publik ingin bertemu denganmu." Tania yang sedang memeriksa berkas-berkas di atas meja mendongak. "Bukankah aku tidak memiliki jadwal bertemu dengan salah satu pejabat publik hari ini?" "Seharusnya. Tetapi, dia bilang kalau dia memiliki urusan yang sangat penting denganmu." "Katakan padanya untuk kembali besok," kata Tania kemudian matanya kembali pada berkasnya. "Dia mengatakan kau harus menemuinya hari ini, kalau tidak dia akan...." Tania melepaskan kacamata bacanya dan menekan bagian atas batang hidungnya. "Berani sekali mengancamku, katakan padanya kalau aku sedang tidak bisa ditemui." "Dia menyuruhku memberitahukan mamanya padamu." "Sebenarnya aku sama sekali tidak peduli dia siapa," kata Tania dengan nada jengkel. "Jadi, siapa namanya?" "Namanya Federico Castellano." Sesaat dunia Tania seperti berhenti berputar, ia membeku kemu