Hola, enjoy this chapter.Chapter 16Friendly Stepbrother Selasa pagi, Vanya lebih bersemangat. Dia bangun lebih pagi dari biasanya dan setelah tiga puluh menit berenang gadis itu membilas tubuhnya kemudian mengenakan seragam sekolahnya lalu pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya. Dia terkejut karena ada orang lain selain ibunya, Raul, dan Ares. "Selamat pagi," sapa Vanya seraya menatap pria asing yang duduk di samping Ares."Selamat pagi, Sayang," jawab Tania. Pria di samping Ares itu menatap Vanya yang menarik kursi di samping Tania. "Kau, Vanya, 'kan?" Vanya mengerjapkan matanya dan mengangguk pelan kemudian menatap Ares. "Ya." "Dia putra ke duaku, Evander," ucap Raul. Bibir Vanya nyaris membentuk huruf O. Rupanya pria tampan yang mengenakan setelan jas dan memiliki bola mata cokelat terang adalah Evander Torrado yang diceritakan Julio. Evander tersenyum ramah kepada Vanya. "Papa sering menyebut namamu." Vanya menarik gelas yang berisi susu dan mengangguk. "
Hola, enjoy this chapter.Chapter 17Vanya menguap lebar kemudian menyandarkan kepalanya di pohon besar yang disandarinya. "Wilson, kepalaku sepertinya akan meledak." "Dari sepuluh soal, kau baru menyelesaikan satu tapi kau sudah mengeluh," ucap Wilson yang duduk di samping Vanya. Vanya menjauhkan kepalanya dari pohon yang disandarinya kemudian melongok Wilson dan dengan ekspresi menyedihkan menatap Wilson. "Kau sengaja memberiku soal sekelas Olimpiade, mana mungkin aku bisa mengerjakannya?" "Ini bukan soal Olimpiade, tapi karena tiga bulan belakangan ini kau terus saja membolos bersama Dario, kau sangat banyak tertinggal pelajaran," sahut Wilson seraya menatap Vanya dengan tatapan tegas. Vanya mendengus. "Ini semua salah Dario yang selalu mengajakku bermain game." "Kau tidak bisa menyalahkan orang lain, seharusnya kau bisa membedakan mana yang baik dan tidak untuk dirimu." "Hah? Kau sedang mengatai temanmu?" potong Vanya.Wilson menyipitkan sebelah matanya. "Mengatai?" "Ya. Ka
Hola, enjoy this chapter.Chapter 18Ares tidak memiliki ide untuk mencegah Evan yang akan menjemput Vanya dari sekolah, juga sangat mustahil melarang keduanya bergaul karena secara harfiah mereka telah menjadi keluarga. Bahkan Ares seperti tidak memiliki keberanian melarang Evan agar tidak lagi muncul di tempat tinggal ayahnya—tidak bertemu dengan Vanya karena dikhawatirkan akan merusak rencananya yang kini sedang dijalankan.Ares telah menyelidiki siapa Wilson, siswa berprestasi yang menjanjikan contekan kepada Vanya itu merupakan putra dari salah satu pengusaha sukses di Spanyol dan diam-diam pemuda itu menggeluti olah raga balap. Jika Wilson dan Vanya terlibat percintaan kemudian Tania mengetahui Wilson adalah calon seorang pembalap, Tania tidak akan senang dan tidak berpikir dua kali untuk menentang hubungan itu. Jangankan hubungan percintaan, hubungan kakak-adik saja dibatasi oleh Tania hanya karena Tania tidak menyukai profesi yang dipilih oleh putranya. Terlebih lagi, Tania j
Hola, Happy reading & enjoy!Chapter 19Vanya meletakkan kepala di atas meja sekolahnya seolah tidak memiliki tenaga untuk mengangkat kepalanya. Sudah dua malam dirinya harus mendengarkan Ares mengguruinya, mengajarkan matematika dan bahasa Inggris. Kakak tirinya itu benar-benar kejam, tidak main-main dengan ucapannya karena setiap sedikit saja Vanya kehilangan fokus dan tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ares dengan tepat, Ares mengumpulkan kesalahan Vanya menjadi poin dan setelah terkumpul 10 poin, maka Vanya harus menjalani hukuman. Memijat punggung Ares sampai Ares merasa puas. Kenapa tidak sekalian saja Vanya kurus jadi terapis spa?Vanya jengkel mengingatnya, tetapi demi bisa pergi ke acara ulang tahun Dario dan 10.000 diamond, terpaksa Vanya berpura-pura menjadi seekor kelinci yang penurut di depan Ares. "Ayo, pulang." Vanya menggeser posisi kepalanya untuk menatap pemilik tangan yang menyentuh rambut di kepalanya dengan lembut. "Kau pulang saja duluan." Wilson ters
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 20Vanya berniat pergi ke dapur mengambil camilan untuk menemaninya menonton serial televisi kesukaannya, serial yang menceritakan perampokan sebuah Bank di Spanyol yang melibatkan banyak sekali pemain dan di dalam insiden tersebut terselip beberapa kisah cinta yang tidak seharusnya terjadi pada saat yang sangat genting itu. Ketika memasuki dapur, dia mendapati Ares juga di sana. Vanya mendekati Ares dan berdehem pelan. "Apa kau perlu bantuanku?" Ares yang hendak menyeduh kopi tidak serta merta menjawab tawaran baik Vanya, adik tirinya itu pasti memiliki niat tertentu padanya dan lagi pula apa yang bisa diharapkan dari gadis yang menghitung volume sebuah gelas saja masih memerlukan bimbingannya. Ares juga ngeri membayangkan kopinya berubah menjadi asin juga karena belum tentu Vanya dapat membedakan gula dan garam. "Apa yang kau cari?" tanya Ares. "Aku... eem... aku mencarimu," ucap Vanya pelan. Kedua alis Ares berkerut mendengar jawaban gadi
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 21"Aku sarankan agar ibumu dibawa ke panti rehabilitasi jiwa untuk diisolasi di sana," kata Ilona, psikiater yang menangani ibu Ares. "Bagaimana mungkin?" Telapak tangan Ares mengepal, amarah mengisi seluruh rongga dadanya. Ibunya tidak seharusnya menanggung luka batin hingga mengharuskan tinggal di panti rehabilitasi jiwa."Untuk saat ini, hanya solusi itu yang bisa kuberikan." Ares memejamkan matanya beberapa saat kemudian mendengus dan menatap Ilona. "Bukankah dulu kau mendiagnosa ibuku hanya mengalami depresi ringan, dia juga tidak membahayakan orang lain. Dan kau juga mengatakan jika ibuku tidak memiliki gejala yang menunjukkan keinginan untuk melukai dirinya.""Perubahan perilaku ibumu tadi malam telah meyakinkanku jika depresi ibumu bertambah." Ilona menatap Ares yang berulang kali mendengus. "Kau jangan menyalahkan perawat ibumu." Tadi pagi-pagi sekali ibunya menonton televisi di ruang keluarga dan tidak menyangka bahwa Chanel televis
Hola, happy reading and enjoyChapter 22"Orang bilang, masa SMA adalah masa paling indah, tetapi menurutku biasa saja. Kecuali saat aku bisa berbicara denganmu. Tadinya aku berencana mengungkapkan perasaanku padamu sebelum prome night, tetapi beberapa hari ini aku berpikir, jika nanti kita akan lebih sulit bertemu setelah lulus dari sekolah. Kita berdua akan sangat sibuk dengan dunia baru, mungkin tidak akan ada lagi masa-masa manis duduk di bawah pohon sambil mengulang materi pelajaran sebelumnya," ucap Wilson dengan lancar dan menatap mata Vanya. Vanya menggigit bibirnya, ucapan Wilson ada benarnya juga. Di masa SMA, yang seharusnya menjadi masa paling indah justru telah Vanya lalui dengan sangat tidak patut untuk diceritakan pada anaknya kelak. "S-sejak kapan kau menyukaiku?" Bibir Wilson melengkung membentuk senyum lembut. "Dengarkan aku baik-baik, Vanya," ucap Wilson dengan nada yang sangat tenang. "Kau ingat? Di kelas 1 kita sekelas." Vanya mengangguk. "Kelas 1A, favorit. S
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 23Vanya mencengkeram kemeja Wilson dan menerima ciuman pemuda itu lalu perlahan membalasnya hingga ia menyadari suara tepukan dan teriakan bergemuruh di ruangan itu ditujukan untuk mereka. Suara musik berhenti, semua mata tertuju pada Vanya dan Wilson. Vanya merasa dunianya kiamat. Malu karena tertangkap basah berciuman di tengah pesta dan menjadi perhatian, tetapi saat ia melihat ekspresi Tammy yang gelap, Vanya rasa malunya justru berubah menjadi puas. "Akhirnya kalian mengakui jika selama ini kalian sudah berpacaran," ucap Dario. "Kami baru saja jadian," kata Wilson. Vanya membelalak kepada Wilson. "Wilson, aku belum memberikan jawaban," bisiknya di telinga Wilson. "Tidak ada teman yang saling mencium, Vanya," balas Wilson di telinga Vanya. Sialan, batin Vanya. Dia mengira, hanya dirinya yang banyak memiliki trik, ternyata Wilson lebih banyak trik. Wilson berdehem. "Mulai sekarang, siapa pun yang mengganggu Vanya berarti berurusan deng
Chapter 90(end)Berita Julio melamar Alana yang selama dua Minggu menghiasi berbagai halaman media sosial dan pencarian internet seketika tenggelam ketika foto cincin di jemari Vanya dan Ares yang diunggah oleh Vanya di media sosialnya satu hari sebelum pernikahan mereka digelar.Berita itu benar-benar menjadi berita yang paling sensasional di tahun ini, bahkan Leandro pun merasa sangat terkejut karena selama ini ia hanya tahu jika Vanya dan Ares tinggal bersama karena Ares-lah yang mengurus karier Vanya di dunia entertainment.Apa lagi Vanya memberikan keterangan bahwa mereka telah saling jatuh cinta sejak Vanya masih duduk di bangku sekolah SMA, hal itu semakin membuat orang-orang membicarakan mereka dengan memberikan komentar miring di kolom komentar. Tetapi, Vanya tidak ingin menggubrisnya karena baginya siapa saja berhak memberikan komentar baik maupun buruk.Pesta pernikahan yang dipersiapkan hanya dalam waktu dua Minggu berjalan sesuai keinginan Vanya dan Ares. Awalnya mereka h
Chapter 89Empat tahun kemudian Vanya sedang menjalani syuting, pengambilan adegan kebanyakan diadakan di dalam ruangan yang telah dirancang khusus. Beberapa adegan yang Vanya mainkan adalah adegan perkelahian yang menggunakan senjata tajam dan juga gerakan-gerakan berbahaya yang melibatkan fisik karena ia membintangi film kolosal bergenre Fantasi. Hari itu Vanya telah selesai berdandan, tetapi ia masih mengenakan kemejanya. Belum mengenakan kostum yang akan digunakan dalam pengambilan adegan. Ia berdiri seraya memegangi buku naskah di tangan kirinya dan sebilah pedang palsu di tangan kanannya, di depannya seorang pria bernama Isac Jules juga memegangi buku naskah. Isac adalah pemeran pria utama dan dia merupakan aktor yang sudah cukup lama bergelut di dunia akting, Vanya merasa beruntung karena dapat beradu akting dengan Isac. Isac pria yang sopan dan tidak pernah membeda-bedakan siapa pun, meskipun pengalaman Vanya di dunia akting masih sangat sedikit, Isac tidak segan membantu Va
Chapter 88Vanya memasuki tempat tinggal Julio dan langsung menuju ruang di mana Julio biasanya berkutat dengan mainannya yang berupa mesin motor yang telah terpisah-pisah dari rangkanya dan mungkin hanya Julio yang memahaminya."Julio, kurasa kita perlu bicara," ucap Vanya tanpa berbasa-basi, ia sudah muak mencoba menghubungi Julio melalui telepon dan pesan teks tetapi pria itu sama sekali tidak menggubrisnya.Julio menatap Vanya beberapa saat. "Bagaimana keadaanmu?" "Sangat buruk," jawab Vanya dengan ketus. "Kenapa kau ke sini kalau belum sembuh?" tanya Julio dengan nada acuh lalu kembali menatap benda-benda yang mungkin di mata orang lain menyerupai rongsokan. Vanya mendekati Julio dan mengambil obeng di tangan pria itu. "Apa yang terjadi padamu? Kau mengabaikanku sepanjang waktu, kau bahkan tidak menjengukku di rumah sakit." "Aku sangat sibuk, Vanya. Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musim panas kali ini dan ini adalah pertandingan terakhirku di timku saat ini." V
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 87Paginya Vanya meminta Ares membawanya keluar dari kamar inapnya karena merasa bosan di dalam kamar meskipun baru satu malam, ia ingin menghirup udara segar pagi hari di taman rumah sakit. Tetapi, baru saja beberapa langkah berjalan meninggalkan kamar mereka bertemu Rico. Ares berhenti mendorong kursi roda yang diduduki Vanya dan segera menghampiri Rico. "Setelah apa yang kau lakukan, kau masih berani menunjukkan wajahmu di depan Vanya?" ucapnya dan tatapannya sangat mengerikan seolah hendak mematahkan leher Rico saat itu juga. Rico tersenyum. "Aku ingin bicara dengan putriku," sahutnya dengan nada sangat tenang. "Vanya tidak sudi bertemu denganmu." Rico menatap Ares dengan sinis. "Kau tidak berhak melarangku, kau bukan apa-apa baginya." Bukan apa-apa baginya? Jika Rico tahu siapa dirinya bagi Vanya, akankah Rico bisa mengucapkan kalimat sinis itu atau mungkin malah akan menjilat di depannya, pikir Ares.Ares tersenyum miring lalu berkata,
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 86Mobil Vanya mengalami kerusakan parah, sementara Vanya mengalami beberapa luka ringan dan beberapa jahit di bagian lengannya, beberapa memar di bahu dan jidatnya tidak terlalu serius begitu juga dengan luka akibat serpihan kaca di wajahnya juga tidak ada yang terlalu dalam. Tetapi, ia masih harus dirawat di rumah sakit untuk memastikan adanya luka di dalam tubuhnya yang diakibatkan oleh benturan yang keras. Vanya duduk bersandar di ranjang pasien dan menatap jendela rumah sakit, ia tidak memedulikan Ares yang berada di sana. Ia bahkan tidak menatap mata Ares sedikit pun sejak pria itu tiba di Instalasi Gawat Darurat dengan terburu-buru dan sangat mengkhawatirkan kondisinya saat dokter menjahit luka di lengan Vanya. Ares duduk di sofa yang ia seret mendekat ranjang pasien seraya terus menggenggam telapak tangan Vanya. "Apa ada yang terasa sakit?" Pertanyaan itu sudah Ares lontarkan untuk ke sekian kalinya. Namun, Vanya masih saja tidak mengg
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 85"Pa, kau di sini?" seru Vanya dan Leandro perlahan bangkit dari kursinya. "Ya. Papa bertemu kenalan lama Papa di sini," ujar Leandro seraya tersenyum canggung. "Tidak menyangka bertemu kau di sini." "Pa, bagaimana kabarmu?" tanya Vanya lalu bergelayut dengan manja di pinggang Leandro."Papa sedikit sibuk dan sangat merindukanmu," ucap Leandro. "Aku juga merindukanmu," kata Vanya seraya menatap Leandro dan tersenyum manja. "Sudah lama kau tidak mengunjungi Papa," kata Leandro seraya membelai rambut di kepala Vanya."Jadwalku sedikit padat akhir-akhir ini. Bagaimana kabar Vanesa?" "Dia merindukanmu dan sering menanyakanmu." Vanya menyeringai. "Aku akan mengunjungi kalian nanti." "Dia pasti akan senang sekali kalau kau datang dan akan menyiapkan banyak makanan untukmu," kata Leandro. Vanya justru menatap Leandro dengan tatapan menggoda. "Kau atau Vanesa? Seingatku, kau yang selalu heboh berbelanja setiap aku mau datang ke rumah kalian."
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 84Mata kuliah pertama Vanya berakhir pukul dua belas siang dan ia masih memiliki jadwal mata kuliah ke dua jam tiga siang. Jadi, untuk mengisi waktu istirahatnya yang lumayan lama Vanya memutuskan untuk menghubungi Evan, Ares sedang pergi ke Malaysia untuk urusan MotoGP kemudian Vanya mengemudikan mobilnya ke kantor Evan. "Andai Ares sedang tidak pergi ke luar negeri, aku yakin kau tidak akan pernah menginjakkan kakimu ke sini," goda Evan yang menyambut Vanya di lobi kantornya."Jangan coba-coba membalikkan fakta, kaulah yang selalu sok sibuk sampai-sampai hampir tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluarga," balas Vanya. Evan terkekeh dan merangkul pundak Vanya dengan sangat lembut. "Aku benar-benar sibuk, adikku." Vanya mencebik. "Kalau sangat sibuk, kenapa kau masih punya waktu untuk berkeliaran di lobi?" Evan memiringkan kepalanya menatap Vanya dan sebelah alisnya terangkat. "Ini pertama kalinya kau ke sini, tentunya aku harus m
Hola happy reading and enjoy!Chapter 83Barang-barang Vanya telah tersusun rapi pada tempatnya di kamar barunya. Jadi, ia membersihkan tubuhnya kemudian merobek kemasan masker wajah lalu mengenakan masker berbentuk topeng berwarna putih dan duduk berselonjor di atas tempat tidurnya seraya bersandar di kepala tempat tidur dengan menggunakan jubah mandinya yang berwarna ungu. Di kepalanya melilit handuk yang juga berwarna ungu untuk menutupi rambutnya yang masih basah, ia seperti tidak memiliki tenaga lagi untuk meraih pengering rambut. "Boleh aku masuk?" Suara itu membuat Vanya mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Ares berdiri di ambang pintu, masih mengenakan setelan jas lengkap bahkan jepitan dasi pemberiannya masih rapi di tempatnya. Vanya memang tidak menutup pintu kamar karena berpikir jika mereka hanya tinggal berdua, tidak perlu harus selalu menutup atau mengunci pintu meskipun ia memerlukan privasi. "Kau pulang lebih awal?" tanya Vanya seraya tersenyum kepada Ares
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 82Dua hari kemudian, sekretaris Tania mengetuk pintu ruang kerjanya dan berkata, "Madam, seorang pejabat publik ingin bertemu denganmu." Tania yang sedang memeriksa berkas-berkas di atas meja mendongak. "Bukankah aku tidak memiliki jadwal bertemu dengan salah satu pejabat publik hari ini?" "Seharusnya. Tetapi, dia bilang kalau dia memiliki urusan yang sangat penting denganmu." "Katakan padanya untuk kembali besok," kata Tania kemudian matanya kembali pada berkasnya. "Dia mengatakan kau harus menemuinya hari ini, kalau tidak dia akan...." Tania melepaskan kacamata bacanya dan menekan bagian atas batang hidungnya. "Berani sekali mengancamku, katakan padanya kalau aku sedang tidak bisa ditemui." "Dia menyuruhku memberitahukan mamanya padamu." "Sebenarnya aku sama sekali tidak peduli dia siapa," kata Tania dengan nada jengkel. "Jadi, siapa namanya?" "Namanya Federico Castellano." Sesaat dunia Tania seperti berhenti berputar, ia membeku kemu