แชร์

Chapter Dua Puluh Dua

ผู้เขียน: Kinan Larasati
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-27 21:47:13

“Laut?” gumam Rachel saat dia dan Nathan sudah berada di bibir pantai setelah menikmati makan bersama.

“Sudah lama kita tidak liburan ke tempat seperti ini,” gumam Rachel tersenyum melihat suasana pantai saat petang hari.

Nathan mengangguk, memandang laut yang tenang dengan mata penuh nostalgia. Angin pantai berhembus lembut, membawa aroma air asin yang khas. Cahaya oranye keemasan dari matahari terbenam memantul di permukaan laut, menciptakan pemandangan yang begitu indah.

"Kamu masih ingat terakhir kali kita ke pantai bersama?" tanya Nathan tiba-tiba.

Rachel mengerutkan kening, mencoba mengingat. "Hmm... Mungkin tiga tahun lalu?"

Nathan tersenyum kecil. "Iya. Waktu itu kita ke Lombok, dan kamu sempat marah karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaan."

Rachel terkekeh kecil. "Aku ingat. Aku kesal karena kamu malah sibuk dengan teleponmu sementara aku pengen menikmati liburan."

Nathan menghela napas pelan. "Maaf, Hel. Aku dulu terlalu sibuk dengan duniaku sendiri. Se
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (5)
goodnovel comment avatar
Jeon Shanty
pelan² saja pasti kalian akan kembali walau waktu yg di butuhkan sangat lama, jika kalian saling terbuka dan memberikan waktu seperti skrng waktu ber2 saja tanpa gangguan dan tekanan yg membuat hubungan kalian berjarak dan terganggu... semoga nnti Rachel pun bisa meluluhkan hati ibu mertua
goodnovel comment avatar
Reny Yunita
perlahan ya Nathan semoga dengan ini Rachel lebih membuka hatinya yu hel dan semoga dengan honeymoon ini jauh lebih baik lagi hubungan kalian
goodnovel comment avatar
fitri hd
bener kuncinya komunikasi yang baik tidak saling menyembunyikan apa pun itu ,semoga kalian bisa saling terbuka ya untuk ke depannya
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua Puluh Tiga

    Nathan memperhatikan wajah Rachel yang sudah terlelap dengan tenang sambil menggenggam tangannya erat. Pria itu sudah mencaritau di internet gejala-gejala yang dialami Rachel. Menurut dari hasil pencariannya, Rachel mengalami depresi karena trauma mendalam, dan Nathan tidak tahu trauma seperti apa yang pernah dialami Rachel sampai membuatnya seperti ini. “Sebenarnya, sampai kapan kamu menyembunyikan semua hal dariku, Hel?” batin Nathan merapikan anak rambut yang jatuh ke pelipis wanita itu.Nathan menghela napas panjang, matanya masih terpaku pada wajah Rachel yang tertidur lelap. Ada sesuatu yang selalu disembunyikan istrinya—sesuatu yang cukup dalam hingga membuatnya terjebak dalam trauma yang tidak pernah ia ceritakan.Ia merasa tak berdaya. Selama ini, Nathan selalu berpikir bahwa cinta dan kesabaran cukup untuk menyembuhkan luka di antara mereka, tapi kenyataannya, ada bagian dari Rachel yang masih terkunci rapat, tak bisa ia jangkau.Jemarinya denga

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-28
  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua Puluh Empat

    “Wah, indah banget pemandangannya,” gumam Rachel yang berdiri di bagian depan kapal feri dengan pemandangan laut yang indah. Angin berhembus menerpa tubuhnya. Dress putih dan rambutnya melambai-melambai karena hembusan angin. Nathan sedang fokus menyetir kapal feri itu sambil memperhatikan Rachel di sana.“Kamu suka?” tanya Nathan dengan senyum kecil di wajahnya, tangannya masih kokoh menggenggam kemudi kapal.Rachel menoleh dan mengangguk penuh antusias. “Suka banget! Lautnya jernih, anginnya sejuk... rasanya menenangkan.”Nathan tertawa kecil. “Aku tahu kamu pasti suka. Makanya aku bawa kamu ke sini.”Rachel kembali menatap laut yang membentang luas di hadapannya, matanya berbinar. “Kamu tahu, rasanya seperti... aku bisa melupakan semuanya untuk sesaat. Hanya ada angin, ombak, dan langit yang luas.”Nathan diam sejenak, lalu berjalan mendekati Rachel, membiarkan kapal melaju dengan tenang. “Kalau begitu, jadikan ini sebagai tempat untuk memulai sesuatu yang baru. Kita bisa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-29
  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua Puluh Lima

    Tok! Tok! Tok! “Apa kamu akan terus mengurung diri sendiri seperti itu, Hel?” Nathan masih berusaha sabar dengan sikap Rachel yang terus menghindar. Semua keanehan yang terjadi pada istrinya itu, diluar kebiasaan. Dan itu memicu rasa penasaran nya semakin besar. “Rachel, bisa bicara? Jangan terus menghindar dan membuatku bingung karena tidak tau apa pun.” Nathan masih terus berusaha memanggil Rachel sambil mengetuk pintu kamar. Dibalik pintu, Rachel duduk bersandar ke daun pintu, dia sedang menangis tanpa suara. “Maaf, Nathan.” Rachel hanya bisa membatin dengan penuh rasa bersalah. Dia ingin bicara dan menceritakan semuanya pada Nathan. Tapi, dia masih takut dan tidak memiliki cukup keberanian untuk mengatakannya. Nathan menghela napas panjang, lalu menyandarkan keningnya ke pintu. Suaranya lebih lembut kali ini.“Hel… Aku nggak akan marah, jadi bisakah kamu berhenti menghindari seperti ini. Kita datang ke sini untuk berlibur dan menikmati momen bahagia bersama. Kalau kamu sepert

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-30
  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua Puluh Enam

    “Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Nathan. Saat ini, mereka berdua sudah duduk di kursi ruang tengah dekat televisi. “Aku sebenarnya takut untuk mengatakannya padamu. Aku takut kamu tidak akan mempercayaiku,” ujar Rachel menggigit bibir bawahnya. “Aku pasti akan mempercayaimu, Hel. Aku sangat percaya 100% padamu,” ujar Nathan dengan serius. Rachel pun menggigit bibirnya sambil menghela napas. “10 tahun yang lalu, saat aku duduk di bangku SMA. Orang tuaku bercerai, mereka memilih menikah lagi dan menitipkanku pada Tante Yeni, adik dari Mama. Aku dicampakkan oleh orang tuaku sendiri karena mereka lebih mementingkan keluarga baru mereka. Sedangkan hidup di rumah tante Yeni, aku menjadi pembantu di sana. Selain membersihkan rumah, memasak untuk mereka semua, aku juga harus melayani keluarga Tante Yang jumlahnya tidak sedikit. Selain dua anaknya, di sana ada adik dari suami tante Yeni yang tinggal di sana,” tutur Rachel dan saat itu Nathan melihat wajah Rachel pucat dan kedua t

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-31
  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Satu

    Hujan rintik-rintik menyelimuti landasan bandara ketika Nathan melangkah keluar dari kokpit. Seragam kapten pilotnya masih rapi, tapi matanya menyiratkan kelelahan. Dia baru saja menyelesaikan penerbangan belasan jam. Di tengah lorong kedatangan, Rachel berdiri dengan mantel cokelatnya yang elegan. Tangan kanannya menggenggam amplop putih, dan tatapannya tak lagi lembut seperti dulu."Kita harus bicara." Suaranya datar, tapi cukup menusuk.Nathan mengusap tengkuknya, menatap wanita yang pernah ia panggil rumah. "Kamu memilih waktu yang sempurna seperti biasa."Rachel tersenyum tipis, sinis. "Aku tidak sabar, kalau hanya menunggumu di rumah."Nathan mendekat, menyadari amplop itu—dokumen perceraian. Matanya menyipit. "Jadi, kamu benar-benar ingin mengakhiri semuanya?"Rachel menyerahkan amplop itu dengan tangan yang mantap. "Kamu selalu lebih mencintai terbang dibanding aku, Nathan. Kurasa, aku tidak bisa memakluminya lagi. Nathan menatapnya dalam-dalam, mencari sesuatu di mata Rache

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-23
  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua

    Nathan memasukkan kode ke layar sentuh di pintu rumahnya. Dengan bunyi klik halus, kunci otomatis terbuka, dan dia mendorong pintu cukup lebar untuk masuk sambil menarik koper kecilnya.Begitu melangkah ke dalam, udara dingin langsung menyergapnya. Rumah besar itu terasa hampa, sepi, dan menyesakkan. Tidak ada suara langkah ringan Rachel, tidak ada aroma teh favoritnya yang biasa menyambutnya setiap pulang.Dia menarik napas dalam, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang mulai merayapi dadanya. Langkah kakinya menggema di lantai marmer saat ia berjalan menuju ruang tamu. Sepasang sepatu hak tinggi yang dulu sering berserakan di dekat sofa sudah tidak ada. Bantal favorit Rachel yang biasa ia peluk saat menonton film juga menghilang.Nathan menghela napas, melemparkan jas pilotnya ke sandaran kursi dan menjatuhkan diri ke sofa. Dia menatap langit-langit untuk beberapa saat, membiarkan pikirannya berkelana.Rachel benar-benar pergi.Matanya melirik meja di sudut ruangan. Sebuah pot kecil

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-23
  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Tiga

    Tok tok tokLaela membuka pintu rumah pagi itu, ekspresi terlihat tenang tanpa ada keterkejutan, karena tidak ada lagi tempat untuk Rachel sembunyi selain di tempat ini. “Pagi, Tante. Apa Rachel ada di sini?” tanya Nathan. “Rachel masih tidur, apa perlu Tante bangunkan?” tanya Laela.Nathan menggeleng pelan. “Tidak perlu, Tante. Aku bisa menunggunya.”Laela menatap Nathan sejenak sebelum akhirnya membuka pintu lebih lebar, mempersilakannya masuk. “Silakan duduk. Mau teh atau kopi?”“Kopi saja, Tante. Terima kasih.”Nathan melangkah masuk, matanya menyapu ruangan dengan cepat. Suasana rumah yang lebih tenang, dibanding rumahnya yang dia tempati bersama Rachel, mungkin lebih tepatnya, tempat untuk Rachel tempati sendiri. Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Nathan duduk di sofa, jemarinya saling menggenggam, pikirannya berkecamuk. Saat suara langkah kaki terdengar dari tangga, ia langsung menoleh.Rachel muncul, masih mengenakan pakaian tidur, rambutnya berantakan. Ekspresinya me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-23
  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Empat

    “Sial!” keluh Nathan menundukkan kepalanya. Hatinya sakit bukan main. Sudah tidak hari lamanya, dia memberikan waktu pada Rachel, berharap wanita itu berhenti marah dan mau pulang, tetapi kenyataannya dia tetap menolak permintaan Nathan. Pria itu menatap layar ponselnya yang di mana sebuah pesan singkat dari Rachel yang membalas semua pesan panjangnya. “Kita lebih baik bercerai saja, Nathan. Aku merasa, sudah tidak ada harapan lagi bersamamu. Aku lelah, aku benar-benar sangat lelah… “ Itulah pesan yang semakin menyesakkan dadanya. Tidak pernah sekalipun, Nathan merasakan perasaaan sesak seperti ini. Rachel yang begitu egois dan tetap mengutamakan egonya, ataukah Nathan yang terlalu egois dan tidak pernah menghargai keberadaan Rachel selama ini.Nathan meremas ponselnya, jari-jarinya bergetar menahan emosi yang semakin menyesakkan dada. Pesan dari Rachel terasa seperti belati yang menusuk tepat di jantungnya."Aku lelah, aku benar-benar sangat le

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-26

บทล่าสุด

  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua Puluh Enam

    “Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Nathan. Saat ini, mereka berdua sudah duduk di kursi ruang tengah dekat televisi. “Aku sebenarnya takut untuk mengatakannya padamu. Aku takut kamu tidak akan mempercayaiku,” ujar Rachel menggigit bibir bawahnya. “Aku pasti akan mempercayaimu, Hel. Aku sangat percaya 100% padamu,” ujar Nathan dengan serius. Rachel pun menggigit bibirnya sambil menghela napas. “10 tahun yang lalu, saat aku duduk di bangku SMA. Orang tuaku bercerai, mereka memilih menikah lagi dan menitipkanku pada Tante Yeni, adik dari Mama. Aku dicampakkan oleh orang tuaku sendiri karena mereka lebih mementingkan keluarga baru mereka. Sedangkan hidup di rumah tante Yeni, aku menjadi pembantu di sana. Selain membersihkan rumah, memasak untuk mereka semua, aku juga harus melayani keluarga Tante Yang jumlahnya tidak sedikit. Selain dua anaknya, di sana ada adik dari suami tante Yeni yang tinggal di sana,” tutur Rachel dan saat itu Nathan melihat wajah Rachel pucat dan kedua t

  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua Puluh Lima

    Tok! Tok! Tok! “Apa kamu akan terus mengurung diri sendiri seperti itu, Hel?” Nathan masih berusaha sabar dengan sikap Rachel yang terus menghindar. Semua keanehan yang terjadi pada istrinya itu, diluar kebiasaan. Dan itu memicu rasa penasaran nya semakin besar. “Rachel, bisa bicara? Jangan terus menghindar dan membuatku bingung karena tidak tau apa pun.” Nathan masih terus berusaha memanggil Rachel sambil mengetuk pintu kamar. Dibalik pintu, Rachel duduk bersandar ke daun pintu, dia sedang menangis tanpa suara. “Maaf, Nathan.” Rachel hanya bisa membatin dengan penuh rasa bersalah. Dia ingin bicara dan menceritakan semuanya pada Nathan. Tapi, dia masih takut dan tidak memiliki cukup keberanian untuk mengatakannya. Nathan menghela napas panjang, lalu menyandarkan keningnya ke pintu. Suaranya lebih lembut kali ini.“Hel… Aku nggak akan marah, jadi bisakah kamu berhenti menghindari seperti ini. Kita datang ke sini untuk berlibur dan menikmati momen bahagia bersama. Kalau kamu sepert

  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua Puluh Empat

    “Wah, indah banget pemandangannya,” gumam Rachel yang berdiri di bagian depan kapal feri dengan pemandangan laut yang indah. Angin berhembus menerpa tubuhnya. Dress putih dan rambutnya melambai-melambai karena hembusan angin. Nathan sedang fokus menyetir kapal feri itu sambil memperhatikan Rachel di sana.“Kamu suka?” tanya Nathan dengan senyum kecil di wajahnya, tangannya masih kokoh menggenggam kemudi kapal.Rachel menoleh dan mengangguk penuh antusias. “Suka banget! Lautnya jernih, anginnya sejuk... rasanya menenangkan.”Nathan tertawa kecil. “Aku tahu kamu pasti suka. Makanya aku bawa kamu ke sini.”Rachel kembali menatap laut yang membentang luas di hadapannya, matanya berbinar. “Kamu tahu, rasanya seperti... aku bisa melupakan semuanya untuk sesaat. Hanya ada angin, ombak, dan langit yang luas.”Nathan diam sejenak, lalu berjalan mendekati Rachel, membiarkan kapal melaju dengan tenang. “Kalau begitu, jadikan ini sebagai tempat untuk memulai sesuatu yang baru. Kita bisa

  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua Puluh Tiga

    Nathan memperhatikan wajah Rachel yang sudah terlelap dengan tenang sambil menggenggam tangannya erat. Pria itu sudah mencaritau di internet gejala-gejala yang dialami Rachel. Menurut dari hasil pencariannya, Rachel mengalami depresi karena trauma mendalam, dan Nathan tidak tahu trauma seperti apa yang pernah dialami Rachel sampai membuatnya seperti ini. “Sebenarnya, sampai kapan kamu menyembunyikan semua hal dariku, Hel?” batin Nathan merapikan anak rambut yang jatuh ke pelipis wanita itu.Nathan menghela napas panjang, matanya masih terpaku pada wajah Rachel yang tertidur lelap. Ada sesuatu yang selalu disembunyikan istrinya—sesuatu yang cukup dalam hingga membuatnya terjebak dalam trauma yang tidak pernah ia ceritakan.Ia merasa tak berdaya. Selama ini, Nathan selalu berpikir bahwa cinta dan kesabaran cukup untuk menyembuhkan luka di antara mereka, tapi kenyataannya, ada bagian dari Rachel yang masih terkunci rapat, tak bisa ia jangkau.Jemarinya denga

  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua Puluh Dua

    “Laut?” gumam Rachel saat dia dan Nathan sudah berada di bibir pantai setelah menikmati makan bersama. “Sudah lama kita tidak liburan ke tempat seperti ini,” gumam Rachel tersenyum melihat suasana pantai saat petang hari.Nathan mengangguk, memandang laut yang tenang dengan mata penuh nostalgia. Angin pantai berhembus lembut, membawa aroma air asin yang khas. Cahaya oranye keemasan dari matahari terbenam memantul di permukaan laut, menciptakan pemandangan yang begitu indah."Kamu masih ingat terakhir kali kita ke pantai bersama?" tanya Nathan tiba-tiba.Rachel mengerutkan kening, mencoba mengingat. "Hmm... Mungkin tiga tahun lalu?"Nathan tersenyum kecil. "Iya. Waktu itu kita ke Lombok, dan kamu sempat marah karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaan."Rachel terkekeh kecil. "Aku ingat. Aku kesal karena kamu malah sibuk dengan teleponmu sementara aku pengen menikmati liburan."Nathan menghela napas pelan. "Maaf, Hel. Aku dulu terlalu sibuk dengan duniaku sendiri. Se

  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua Puluh Satu

    “Apa semuanya sudah disiapkan?” tanya Nathan mendekati Rachel yang sedang menata pakaian ke dalam kopernya. “Ya, kurasa sudah semua,” jawabnya. *** Sesuai rencana, hari ini Nathan bersama Rachel akan pergi ke bali untuk honeymoon kedua mereka dan memperbaiki hubungan yang sebelumnya sempat renggang.Di bandara, Nathan menarik koper mereka sementara Rachel berjalan di sampingnya, sedikit gugup. Ia masih belum sepenuhnya percaya bahwa mereka benar-benar akan pergi berdua untuk waktu yang cukup lama.“Kamu yakin nggak ada yang ketinggalan?” tanya Nathan sambil melirik Rachel.Rachel mengangguk. “Sudah kuperiksa berkali-kali.”Nathan tersenyum. “Bagus. Karena setelah ini, kita akan menikmati liburan tanpa gangguan.”Rachel tertawa kecil. “Aku masih nggak percaya kamu berhasil membujukku secepat ini.”Nathan mendekat, berbisik di telinganya, “Aku hanya memanfaatkan kelemahanmu.”Rachel memutar matanya. “Aku nggak punya kelemahan.”Nathan terkekeh. “Oh, percaya

  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Dua Puluh

    “Selamat pagi,” sapa Nathan saat Rachel muncul di ruang makan dengan wajah yang lebih segar. “Gimana tidurmu?” Rachel menganggukkan kepalanya. “Ya, aku bisa tidur dengan baik,” jawab Rachel tersenyum. “Duduklah. Aku sudah buatkan sarapan untuk kita berdua,” ujar Nathan yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Rachel dan mengambil duduk di meja makan, bersama dengan Nathan.Nathan menyodorkan sepiring roti panggang dan telur orak-arik ke hadapan Rachel, lalu menuangkan segelas jus jeruk untuknya."Aku nggak tahu kamu sedang ingin sarapan apa pagi ini, jadi aku buat yang simpel aja," ujar Nathan dengan senyum kecil.Rachel menatap piringnya, lalu beralih menatap Nathan yang sudah mulai menyantap sarapannya. Perhatian kecil ini, cara Nathan selalu memastikan dirinya baik-baik saja, membuat hatinya terasa hangat."Terima kasih, Nathan," ucap Rachel pelan sebelum mulai mengambil sepotong roti panggang.Nathan menatapnya sekilas, lalu mengangkat bahu santai. "Aku akan se

  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Sembilan Belas

    “Aku ada di mana?” gumam Rachel melihat sekeliling dengan perasaan tak menentu. Situasi di sekitarnya adalah bangunan tua yang sudah lusuh. Sampai langkahnya terhenti saat dia sadar di mana tempat itu. Jantungnya berdebar sangat cepat saat dia tahu ada di mana. Dia pun langsung membalikkan badannya, bergegas untuk pergi. Tetapi, sebelum dia keluar dari sana. Sosok pria muncul yang membuat Rachel semakin ketakutan di sana. “Rachel... kamu mau pergi ke mana?” ucapnya dengan seringai menakutkannya. “Tidak! Pergi!” teriak Rachel yang panik dan khawatir. Dia melemparkan semua benda di sekitarnya pada sosok yang bergerak semakin dekat. “Pergi... pergi!” teriaknya. “Rachel... Rachel...!” Rachel mendengar suara Nathan di sana, Wanita itu melihat sekeliling yang gelap, sampai tangannya ditarik oleh pria tadi. “Tidak!” teriak Rachel bangun dari posisinya. Ternyata dia bermimpi, tubuhnya sudah bermandikan k

  • Ayo Bercerai, Kapten!   Chapter Delapan Belas

    “Mau jalan-jalan sebentar, sebelum pulang?” ajak Nathan saat mobil mereka mendekati alun-alun kota. “Ya, baiklah,” jawab Rachel membuat Nathan tersenyum. Nathan meminggirkan mobilnya dan memarkirkannya di pinggir jalan. Kemudian, mereka berdua pun menuruni mobil.Udara malam terasa sejuk, dengan lampu-lampu kota yang berkelap-kelip di sekitar mereka. Suasana di alun-alun cukup ramai, tetapi tidak terlalu sesak, persis seperti yang Rachel inginkan.Nathan berjalan di samping Rachel, sesekali melirik ke arahnya. “Mau beli sesuatu? Mungkin camilan atau minuman hangat?” tanyanya.Rachel menggeleng. “Aku masih kenyang. Tapi, kita bisa duduk sebentar di bangku sana.”Nathan mengangguk, lalu menggandeng tangan Rachel secara alami. Rachel sempat terkejut, tetapi tidak menolaknya. Mereka berjalan menuju bangku kosong di dekat air mancur, menikmati pemandangan kota yang hidup di malam hari.“Kapan terakhir kali kita begini?” tanya Nathan tiba-tiba.Rachel berpikir

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status