Lima Tahun Kemudian Sebuah mobil SUV putih tiba-tiba berhenti di tengah jalan, pengemudi keluar dari dalam mobil dengan kondisi jalan yang sepi dan jauh dari pemukiman warga. "Sial!" kesal pria berahang tegas menendang bagian ban mobil yang kempes.Tak ada satupun warga atau kendaraan yang melintas melewati jalan tersebut, pria tersebut memutar badan melangkah menuju bagasi mobil, mengeluarkan ban cadangan yang selalu dia bawa dalam bagasi.Setelah sekian menit berlalu akhirnya ban telah terpasang sempurna, pria itu segera membereskan peralatan yang digunakan kembali ke dalam bagasi mobil bersama dengan ban yang kempes, setelah selesai pria itu kembali ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan.Tidak butuh waktu lama mobil SUV putih sampai di depan sebuah gedung, dengan langkah tergesa-gesa pria itu memasuki gedung sambil melihat kanan dan kiri mencari sesuatu, hingga tiba di sebuah ruangan segera pria itu menggapai gagang pintu dan melangkah masuk. "Permisi!" sapa pria tampan yang
Tetesan embun di pagi hari menyambut hadirnya sang mentari yang mulai menampakan sinarnya, seorang gadis berjalan menaiki tangga dengan tergesa-gesa dengan langkah kaki mungilnya dia terus mendaki setiap inci undakan anak tangga. Hingga tiba di depan ruangan bernuansa putih gadis itu berjalan mendekati pintu meraih handel pintu kemudian memutarnya, setelah pintu terbuka Aisyah segera masuk dan tidak lupa menutup pintu kembali, Aisyah meletakan tas beserta alat Stetoskop yang melingkar di leher ke atas meja.Hari ini begitu melelahkan bagi Aisyah bukan karena pasien yang datang silih berganti, tetapi karena dia yang harus berangkat dan pulang dari rumah sampai rumah sakit setiap hari, sebenarnya Aisyah ingin menyewa rumah yang dekat dengan rumah sakit tetapi orang tua nya tidak mengijinkan bahkan Gani sang Papa rela antar dan jemput Aisyah, untuk memastikan keselamatan Aisyah.Matahari mulai naik ke atas permukaan, suasana rumah sakit mulai sedikit renggang karena waktu jam istirahat ma
"Aisyah?" "Iya, Pa." "Kamu, ga kerja?" "Libur, Pa."Gani menghampiri Aisyah yang duduk di kursi ruang tamu, Aisyah menggeser bokongnya memberi ruang untuk Gani duduk di sampingnya.Gani meletakkan secangkir kopi yang ada ditangan ke atas meja kemudian duduk bersama Aisyah yang asik menonton TV kartun kesukaannya, Gani yang mendengar tawa Aisyah hanya tersenyum gadis kecilnya kini sudah dewasa tapi sikap dan perilaku masih seperti anak kecil. "Kamu sudah dewasa, Aisyah, kenapa tontonan kamu masih anak-anak?" tanya Mariam, datang dari dapur membawa sepiring pisang goreng. "Biar awet muda, Ma." "Berarti, Mama juga harus nonton Tom And Jerry, dong biar awet muda juga?" Aisyah terkekeh mendengar ucapan Mariam. "Ga, gitu juga, Ma. Maksud aku, dengan kita nonton film yang lucu yang bisa bikin kita tertawa, dengan begitu otot-otot wajah menjadi kencang dan juga pikiran menjadi bahagia." ucap Aisyah menjelaskan kepada Mariam. "Wah, jadi Mama harus sering nonton kartun biar, awet muda,"
Senyum indah dari bibirmu Menyentuh dalam relung hati Tak ingin berpisah dengan dirimuTawa yang begitu merduPenyemangat dalam hidupkuDirimu adalah jantung dan hatikuBanyak gadis yang mungkin lebih darimuBanyak cinta yang lebih besarTetapi hati dan cinta ini tetap memilihmuDari mata turun ke hatiDari kenal menjadi sayangDari cinta ... semoga kita bisa bersama*** Pagi hari yang begitu indah, cerah dan sejuk kicau burung bernyanyi menyambut sang Surya pagi, sepasang kaki melangkah menjejakkan kaki di atas tanah. Pepohonan bergoyang mengikuti irama angin yang berhembus menciptakan udara yang sangat dingin menembus kulit, langkah kaki ini terus melangkah menelusuri jalan hingga tiba di tepi sungai yang airnya surut.Seorang pria berdiri di pinggir sungai menatap air yang jernih dan tenang, duduk di atas rumput hijau mengeluarkan benda dari dalam tasnya. Pria itu meraih Joran dan memasang umpan, kemudian melemparkannya kedalam sungai menunggu umpan tersambar ikan yang mungkin be
Sejak kejadian hari itu, Aisyah tak pernah lagi pergi ke gubuk pinggir sungai itu karena rasa takut yang terus membayangi pikirannya akan kejadian naas itu, sehingga dia memindahkan semua benda yang dia simpan dalam gubuk ke tempat baru tanpa sepengetahuan Krisna.Aisyah menyimpan semua karya lukisan tentang Krisna di gubuk tua itu, setiap pulang sekolah Aisyah selalu menyempatkan untuk berkunjung hanya sekedar melihat ataupun melukis, Aisyah selalu menuangkan semua imajinasi tentang Krisna kedalam kanvas, tak ada yang tahu semua ini termasuk orang tuanya.Aisyah sangat mengagumi sosok Krisna yang sempurna, sejak bertemu dengan Krisna yang tak lain adalah Kakak dari sabatnya Widia, Aisyah selalu memikirkan pria itu. Bagaimana tidak memikirkan? Krisna pria baik, sopan, dan juga sangat ramah, banyak wanita yang mendekatinya dan mengejar cintanya begitupun dengan Aisyah, tetapi Aisyah tidak berani menunjukkan rasa sukanya terhadap Krisna.Rasa cinta yang dalam terhadap Krisna membuat Aisy
Sebuah mobil Pick Up warna hitam melaju membelah jalan membawa kerangka jendela dan pintu yang terbuat dari kayu, dengan beban yang cukup berat mobil terus melaju dengan Hati-hati. Tanjakan dan tikungan dia lalui dengan baik pengemudi terus melaju dengan tenang dan fokus ke depan, saat akan melintasi tanjakan yang lumayan tinggi dari sebelumnya tiba-tiba. Door! Seketika mobil Pick Up itu oleng dengan berbagai cara pengemudi itu berusaha untuk mengendalikan kecepatan dan keseimbangan agar mobil tidak jatuh terperosok, pengemudi yang mengenakan kemeja kuning kotak-kotak dan celana jins botol warna hitam merapikan topi hitam yang dia kenakan karena rasa gugup yang membuat dia hilang kendali, tak ada pilihan lain yang bisa menyelamatkan dirinya jalan satu-satunya dia harus menabrak sesuatu agar laju mobil bisa berhenti. "Aa!"Bruk!Mobil Pick Up itu menabrak pohon di pinggir jalan, bagian depan mobil ringsek bahkan sampai mengeluarkan asap dari dalam mesin. Sementara pengemudi pingsan k
Krisna terus memandangi wajah Aisyah dalam posisi sangat dekat, Aisyah yang merasa risih segera memutar tubuhnya menghadap ke depan sementara Krisna tetap pada posisi. Tangan kanan Krisna menarik tengkuk leher Aisyah sehingga tak ada jarak bahkan hidung dan kening mereka saling menempel, Krisna yang tak bisa menahan hasratnya lagi untuk melumat bibir seksi Aisyah, Krisna terus melumat bibir Aisyah dengan rakus berusaha menerobos masuk kedalam mulutnya. Aisyah yang terkejut atas tindakan Krisna berusaha untuk melepaskan ciumannya tetapi usahanya sia-sia karena tenaga Krisna jauh lebih besar apalagi dengan posisi Aisyah yang berada di bawah tubuh Krisna. "Kak, lepaskan," ucap Aisyah mendorong tubuh Krisna. "Kenapa? Hah." Krisna mencoba mengatur nafas dan menetralkan degup jantungnya. "Tidak seharusnya, kita melakukan ini, Kak." "Aku cinta kamu, Aisyah," ucap Krisna kembali menindih tubuh Aisyah. Krisna tidak bisa mengendalikan nafsunya melihat Aisyah yang berada di bawahnya dengan po
"Gimana, enak ga?" tanya Krisna kepada Aisyah yang ayik memakan Gado-gado. "Enak banget, kamu sering makan disini?" tanya Aisyah sambil menguyah makanan di dalam mulutnya. " Uhuk, uhuk," Aisyah tersedak karena mulutnya penuh makanan sambil bicara. "Nih, minum dulu," ucap Krisna menyodorkan gelas yang berisi air putih ke pada Aisyah. "Makasih," ucap Aisyah menerima gelas tersebut dan meminumnya hingga tandas. "Makannya kalo makan itu pelan-pelan aja, ga ada yang bakal rebut piring kamu kok," ucap Krisna sambil terkekeh. "Habisnya enak, ga tega buat ga berhenti makan hehehe" ucap Aisyah dengan mulut penuh, Krisna hanya geleng kepala menanggapi perkataan Aisyah. "Alhamdulilah. kenyang juga, sumpah ini makanan enak banget," ucap Aisyah sambil mengelus perutnya yang rata. " Emang kamu belum pernah makan Gado-gado?" tanya Krisna heran yang melihat Aisyah seperti belum pernah makan makanan tersebut. "Ga pernah," kekeh Aisyah menggeleng pelan sambil tersipu malu. "Pantas saja, kamu la
"Apa! Dia kabur. Dasar tidak becus jagain satu perempuan saja tidak bisa," hardik Imelda. "Pokoknya saya tidak mau tau, bagaimana pun caranya saya mau kalian membawa perempuan itu di hadapan saya. Kalau tidak kalian tau sendiri akibatnya," ancam Imelda. "Gimana?" "Bos marah bro," jawabnya setelah memasukan ponselnya kedalam saku bajunya "Kita harus secepatnya menemukan perempuan itu," sambungnya lagi "Ya udah, ayo kita pergi ke rumah sakit," ajak temannya "Rumah sakit, ngapain?" tanyanya bingung "Periksa gigi. Ya nungguin itu dokter cantik lah, katanya mau nyulik dia gimana sih," kesal temannya "Hehe, kirain mau periksa beneran," ucapnya cengengesan. mereka bertiga pun langsung pergi menuju rumah sakit.*** "Kakak ipar ga kenapa-kenapa kan?" tanya Widia panik karena mendengar kabar dari kakaknya. "Terus keadaannya gimana sekarang?" tanya Widia lagi "Syukur lah kalau baik-baik saja, aku sangat khawatir kak, pantas saja tadi perasaan aku tidak enak. Ya sudah kalau ada apa-apa
"Aisyah, kamu di dalam kan?" panggil Widia lagi. Dari luar Widia tampak bingung dan khawatir bila terjadi sesuatu terhadap Aisyah di dalam karena tak biasanya Aisyah mengunci ruangannya. Widia ingin meminta bantuan tetapi lorong koridor sepi, Widia celingak-celinguk mencari sesuatu untuk membuka pintu. Widia terus berusaha menggedor-gedor pintu tetapi tetap tidak ada jawaban dari dalam. Widia mencari sesuatu di dalam tasnya yang bisa digunakan untuk membuka pintu. "Mudah-mudahan bisa," ucap Widia saat menemukan sebuah jepit rambut lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci. Dia terus mencoba memutar kunci agar terbuka. "Eeemmm... eeemmm," Aisyah menggeleng agar Widia berhenti, tetapi percuma karena Widia tidak dapat melihat Aisyah.Click Pintu berhasil di buka Widia dan meraih kenop pintu lalu memutarnya. Pria di belakang pintu mengambil sebilah pisau lipat dari sakunya bersiap-siap untuk menikam. Aisyah yang melihat Widia dalam bahanya mencoba menyeret kursinya hingga depan pintu.Kr
Cup Bibir hangat Krisna mendarat di kening mulus Aisyah memberi kecupan mesra sebelum pergi menjalankan tugas negara. "Aku pergi dulu ya sayang," ucap Krisna. "Iya, hati-hati jangan ngebut bawa motornya," pesan Aisyah. "Siap sayangku," goda Krisna memberi hormat lalu mengecup kembali pipi Aisyah. "Kakak, malu tau kalau di lihat orang," kesal Aisyah mencubit lengan Krisna. "Kenapa? Kita kan sudah sah. Kalau pun kita mau mesra-mesraan juga tidak apa-apa," ucap Krisna. "Ya sudah sana, katanya mau dinas." "Oh jadi ngusir nih ceritanya." "Enggak bukan gitu, nanti Kakak telat lagi sampai kantor." "Ya sudah aku pergi dulu, Assalamualaikum," pamit Krisna. "Kak," panggil Aisyah. "Ya," yang di panggil pun berhenti dan menoleh ke arah belakang. Aisyah berjalan menghampiri Krisna lalu meraih tangan kanannya dan menciumnya dengan takzim. "Ada yang lupa," ucap Aisyah tersenyum setelah mencium punggung tangan Krisna. Krisna tertawa mendengar alasan Aisyah memanggilnya itu. "Kok malah ke
"Kalian semua dengar baik-baik tugas dari saya," kata Bagas serius menatap keluar jendela. "Saya mau kalian hancurkan pernikahan Krisna. Kalian bikin keributan bahkan kalau perlu kalian bakar rumah beserta orang-orang yang hadir disana," perintah Bagas tersenyum licik. Niluh bergetar mendengar rencana buruk suaminya, ia tak sengaja melewati ruang kerja Bagas yang selalu terkunci meski ada Bagas di dalamnya tetapi tidak ada yang berani masuk. Niluh yang sedari tadi mendengar percakapan antara suami dan ajudannya seketika mundur perlahan takut jika mereka mendengar. "Baik, bos." "Kami akan melaksanakan perintah bos besar," sambung pemimpin preman bayaran yang di beli jasanya untuk membunuh atau menyakiti seseorang tanpa pandang bulu. "Bagus, laksanakan." Semua ajudan Bagas memberi hormat lalu pergi meninggalkan ruangan Bagas. "Widia," panggil Niluh yang masuk kamar Widia tanpa permisi. "Ada apa, Ma?" tanya Widia yang heran dengan tingkah Niluh. "Nak, cepat kamu hubungi Kakak k
"Bu, ini taruh dimana?" tanya wanita yang membawa nampan berisi aneka macam kue yang sudah tertata rapih. "Oh itu taruh saja di sana," tunjuk Mariam mengarahkan ke meja yang penuh berisi makanan. Sementara Mariam masih terus memantau persiapan untuk sang putri tercinta, Mariam tidak mau acara penting Aisyah berantakan hanya karena kurang persiapan dan para tamu kecewa. Ya hari ini adalah hari menjelang pernikahan Aisyah dan Krisna, meski sederhana tetapi keduanya sangat bahagia yang terpenting adalah mereka sah di mata agama dan negara. Mariam sangat sibuk bersama para tetangga dan kerabat saling membantu menata berbagai macam hidangan makanan dan minuman yang akan di sajikan untuk para tamu undangan, sementara Gani dan para pria sibuk menata tempat yang akan menjadi berlangsungnya acara resepsi pernikahan Aisyah dan Krisna. Semua orang tampak sibuk dengan tugas masing-masing, sementara Aisyah berada di dalam kamar karena Mariam melarang Aisyah untuk membantu. Aisyah sungguh bosan
Ditengah guyuran hujan Krisna membawa laju motor KLX ya memecah hujan menuju rumah Aisyah. Sekian menit lamanya Krisna berkendara di bawah guyuran hujan, akhirnya tiba di rumah pujaan hati. Tanpa menunggu lama Krisna berlari meninggalkan motor menuju teras Aisyah pun yang mendengar suara motor Krisna segera berlari keluar kamar menuju ruang tamu, walaupun hujan deras tetapi Aisyah bisa mendengar dengan jelas suara motor Krisna. mungkin suara ikatan batin mereka yang sangat kuat. Aisyah membuka pintu dan alangkah bahagianya Aisyah ternyata benar Krisna pujaan hatinya berada di hadapannya saat ini. Krisna menepati janjinya tak perduli hujan badai angin ribut halilintar, dia akan menerjang semua halang rintang yang ada di depannya demi sang pujaan hati Aisyah seorang.Krisna melepas jas hujan yang menempel di tubuhnya, lalu duduk di sofa ruang tamu. sementara Aisyah sedang membuat teh hangat untuk Krisna dan pisang goreng. "Ini, kak di minum dulu biar anget badannya." "Makasih sayang
"Apa yang anda inginkan," tanya seorang gadis. "Tolong lepaskan saya," pintanya dengan suara bergetar. "Kami akan melepaskan kamu, tapi dengan syarat, pergilah sejauh mungkin dari dunia ini. "Saya tidak punya tempat tinggal lagi, saya tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Saya mohon beri saya kesempatan," pinta gadis itu memohon belas kasih pada pria yang berbadan besar itu. "Tidak ada kata negosiasi lagi manis, sebelumnya tuan kita sudah memperingatkan anda bukan. Tetapi sepertinya anda meremehkan peringatan itu, dan kini anda meminta pengampunan," ucap pria kekar itu. "Saya mohon, saya akan pergi tapi izinkan saya untuk bertemu dengan suami saya untuk yang terakhir," mohon gadis itu berlutut di hadapan pria kekar. "Tidak ada gunanya anda berlutut seperti itu, karena kami akan tetap melenyapkan anda dari hidup tuan muda." "Saya mohon kali ini saja, izinkan saya." "Tidak bisa, ini sudah perintah dari bos besar," ucap pria itu. "Seret dia, bawa pergi dari sini," perin
Setelah selesai memilih gaun pengantin Krisna mengajak Aisyah makan di tempat favorit mereka. Gak butuh waktu lama mereka sampai di warung makan gado-gado langganan mereka. "Sudah lama aku ga makan gado-gado," ucap Aisyah antusias. "Makanya, aku bawa kamu ke sini sayang."Pesanan mereka pun datang, mereka menikmati hidangan makanan dengan tenang dan menikmati setiap suapan. Setelah selesai makan Krisna kembali mengajak Aisyah keliling wisata Rumah Tujuh atau biasa di sebut Rumah Kurcaci, karena bentuk rumah yang hanya bagian atasnya saja dengan warna yang berbeda dan terdapat tujuh buah, apa lagi tempat tersebut berada di pinggir pantai dengan pohon kelapa yang menjulang tinggi. Aisyah sangat menikmati pemandangan di sore hari yang sangat indah. "Sayang," panggil Krisna. "Iya." "Apakah kamu bahagia?" tanya Krisna. "Tentu, tentu aku sangat bahagia sayang," jawab Aisyah dengan senyum lebar. Krisna meraih pundak Aisyah dan memeluknya dari samping. "Aku akan membuat kamu bahagi
"Tapi Kak, apakah Om Bagas akan menerima aku." "Kita akan berjuang bersama, untuk mendapatkan restu dari orang tua ku." "Yang dikatakan Nak Krisna benar Nak, kalian akan sama-sama berjuang agar Bagas merestui kalian." "Apakah itu artinya, Papa mengizinkan kita menikah?" "Iya, Papa izinkan kalian untuk membina rumah tangga, tetapi dengan syarat, Krisna harus terlebih dahulu masuk Islam." "Apakah kakak bersedia menjadi mualaf?" " Demi kamu Aisyah, wanita yang aku cintai, aku bersedia menjadi mualaf." "Alhamdulillah, jika sudah ada kepastian dari Aisyah papa hanya bisa mendukung dan memberi restu serta doa untuk kebahagian kalian berdua." "Terima kasih Om." "Untuk kamu Krisna, om harap kamu bisa menjaga putri Om yang manja ini." "Papa apaan sih, aku sudah dewasa ya." "Iya nih Papa, Aisyah kan sebentar lagi mau nikah." goda Mariam "Ah Mama," wajah Aisyah merona karena malu. "Kira-kira kapan ya om saya bisa melaksanakan ijab kabul," tanya Krisna "Wah, rupanya Nak Krisna sud