"Apa! Dia kabur. Dasar tidak becus jagain satu perempuan saja tidak bisa," hardik Imelda. "Pokoknya saya tidak mau tau, bagaimana pun caranya saya mau kalian membawa perempuan itu di hadapan saya. Kalau tidak kalian tau sendiri akibatnya," ancam Imelda. "Gimana?" "Bos marah bro," jawabnya setelah memasukan ponselnya kedalam saku bajunya "Kita harus secepatnya menemukan perempuan itu," sambungnya lagi "Ya udah, ayo kita pergi ke rumah sakit," ajak temannya "Rumah sakit, ngapain?" tanyanya bingung "Periksa gigi. Ya nungguin itu dokter cantik lah, katanya mau nyulik dia gimana sih," kesal temannya "Hehe, kirain mau periksa beneran," ucapnya cengengesan. mereka bertiga pun langsung pergi menuju rumah sakit.*** "Kakak ipar ga kenapa-kenapa kan?" tanya Widia panik karena mendengar kabar dari kakaknya. "Terus keadaannya gimana sekarang?" tanya Widia lagi "Syukur lah kalau baik-baik saja, aku sangat khawatir kak, pantas saja tadi perasaan aku tidak enak. Ya sudah kalau ada apa-apa
"Terima ... terima ...." Sorak-sorai para remaja berseragam putih Abu-abu memberi dukungan kepada kedua remaja yang berada di tengah lapangan bola, pria berbaju kaos bola sedang berlutut dan tangannya memegang bunga mawar putih beserta pot dari bahan plastik. "Siti Nur Aisyah, maukah kamu menerima cintaku dan menjadi kekasihku?" tanya pria mengulangi pernyataannya kepada sang pujaan hati. "Jika kamu menerima cintaku maka terimalah bunga ini, dan jika kamu menolak kamu buang aja bunga ini," sambungnya. "Iya," jawab sang gadis pelan. "Iya apa nih?" tanya pria itu. "Iya mau jadi pacarku atau iya menolak?" tanya sang pria yang masih setia berlutut menunggu jawaban. "Iya, aku mau jadi pacar Kak Krisna," sahut sang gadis dan langsung mengambil pot beserta bunga mawar yang ada di tangan pria itu. "Yeeehhhhh ... selamat, ya," ucap semua penonton yang menyaksikan adegan tersebut. "Cieee ... cieeee ...bosku akhirnya jadian juga," goda teman si pria. "Kak Krisna romantis banget sih, peng
"Kamu kenapa, Aisyah, kok dari tadi cemberut terus?" tanya Widia. "Kakak kamu tuh, ingkar janji lagi," kesal Aisyah. "Janji apaan?" tanya Widia. "Kemarin, Dia bilang mau antar aku ke sekolah, eh aku tungguin lama, ga nongol-nongol, tuh, kakak kamu," ucap Aisyah kesal. "Oh itu, aku tadi subuh liat kak Krisna joging, dan saat aku mau berangkat sekolah belum balik dia," terang Widia. "Mungkin lupa kali, kak Krisna," sambung Widia. "Masa lupa sih, kan dia sendiri yang bilang." "Mungkin terlalu fokus." "Ya masa aku di lupain, sih." "Sabar aja, kakak aku emang gitu orangnya." "Bikin kesel aja tau ga pagi-pagi," gerutu Aisyah membuat Widia geleng kepala.*** "Assalamualaikum!" ucap Aisyah, memberi salam kepada ibu Mariam, meraih tangan dan mencium punggung tangan dengan takzim. "Waalaikum salam!" sambut Mariam dengan senyum lebar. "Mama masak makan siang apa, hari ini?" "Mama belum masak." "Aisyah bantuin masak, ya, Ma," pinta Aisyah. " Ya sudah sana ganti baju." "Siipp Mama,
Brak! Brak! Brak! Suara gedoran pintu yang sangat keras membuat sang penghuni rumah terbangun. Pria paruh baya keluar dari kamar menuju arah suara disusul sang istri dari belakang. Aisyah yang mendengar keributan ikut terbangun dan melangkah keluar. Sementara diluar, seorang pria paruh baya tampak emosi menatap daun pintu yang terbuat dari kayu. Tak lama pintu terbuka dan menampakkan sang pemilik rumah. "Ada apa, Bagas?" tanya Gani. "Apa mau kamu, hah!" bentak Bagas. "Apa maksud kamu?" "Tidak usah pura-pura, kamu sengaja menjual anak kamu hah?" ucap Bagas. "Siapa, yang menjual anak?" tanya Gani. "Kamu sengaja menyuruh Aisyah, untuk mendekati anakku Krisna agar kehidupan kalian terjamin." Tuduh Bagas. " Jangan sembarang bicara Bagas, walaupun aku miskin, aku tidak pernah sekalipun berpikiran untuk menjual anakku!" tegas Gani."Abdul Gani, kamu pikir aku akan begitu saja percaya dengan apa yang kamu bilang barusan hah,"sindir Bagas. "Aku tidak pernah sedikit pun berpikir demiki
Rinai hujan yang mengguyur sejak malam hari membuat udara Kota Samarinda terasa semakin dingin. Embun menggantung di antara pepohonan yang tinggi di halaman rumah. Suara katak yang bernyanyi menjadi sambutan hangat di awal pagi. Dalam salah satu kamar yang terletak di pojok kiri rumah, Aisyah menggeliat di atas tempat tidur duduk kemudian merentangkan tangan dan memutar badan hingga terdengar gemeluk tulang yang bergesekan. Perempuan berambut panjang itu bangkit menuju kamar mandi tak lupa mengambil handuk yang bertengger di balik pintu. Aisyah sudah siap dengan kaos hitam dan celana kulot warna biru, tak lupa rambut panjang yang dia kuncir kuda, setelah melihat penampilan di depan kaca Aisyah segera keluar menuju halaman rumah untuk mengambil sebuah sepeda. "Mau kemana, Aisyah?" suara cempreng Ibu komplek yang rumahnya tak jauh dari tempat tinggal Aisyah. "Mau sepedaan Bu, bakar lemak," ucap Aisyah. "Sudah langsing gitu, masih berlemak?" tanya Bu Ati. "Biar tambah langsing, Bu,"
Lima Tahun Kemudian Sebuah mobil SUV putih tiba-tiba berhenti di tengah jalan, pengemudi keluar dari dalam mobil dengan kondisi jalan yang sepi dan jauh dari pemukiman warga. "Sial!" kesal pria berahang tegas menendang bagian ban mobil yang kempes.Tak ada satupun warga atau kendaraan yang melintas melewati jalan tersebut, pria tersebut memutar badan melangkah menuju bagasi mobil, mengeluarkan ban cadangan yang selalu dia bawa dalam bagasi.Setelah sekian menit berlalu akhirnya ban telah terpasang sempurna, pria itu segera membereskan peralatan yang digunakan kembali ke dalam bagasi mobil bersama dengan ban yang kempes, setelah selesai pria itu kembali ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan.Tidak butuh waktu lama mobil SUV putih sampai di depan sebuah gedung, dengan langkah tergesa-gesa pria itu memasuki gedung sambil melihat kanan dan kiri mencari sesuatu, hingga tiba di sebuah ruangan segera pria itu menggapai gagang pintu dan melangkah masuk. "Permisi!" sapa pria tampan yang
Tetesan embun di pagi hari menyambut hadirnya sang mentari yang mulai menampakan sinarnya, seorang gadis berjalan menaiki tangga dengan tergesa-gesa dengan langkah kaki mungilnya dia terus mendaki setiap inci undakan anak tangga. Hingga tiba di depan ruangan bernuansa putih gadis itu berjalan mendekati pintu meraih handel pintu kemudian memutarnya, setelah pintu terbuka Aisyah segera masuk dan tidak lupa menutup pintu kembali, Aisyah meletakan tas beserta alat Stetoskop yang melingkar di leher ke atas meja.Hari ini begitu melelahkan bagi Aisyah bukan karena pasien yang datang silih berganti, tetapi karena dia yang harus berangkat dan pulang dari rumah sampai rumah sakit setiap hari, sebenarnya Aisyah ingin menyewa rumah yang dekat dengan rumah sakit tetapi orang tua nya tidak mengijinkan bahkan Gani sang Papa rela antar dan jemput Aisyah, untuk memastikan keselamatan Aisyah.Matahari mulai naik ke atas permukaan, suasana rumah sakit mulai sedikit renggang karena waktu jam istirahat ma
"Aisyah?" "Iya, Pa." "Kamu, ga kerja?" "Libur, Pa."Gani menghampiri Aisyah yang duduk di kursi ruang tamu, Aisyah menggeser bokongnya memberi ruang untuk Gani duduk di sampingnya.Gani meletakkan secangkir kopi yang ada ditangan ke atas meja kemudian duduk bersama Aisyah yang asik menonton TV kartun kesukaannya, Gani yang mendengar tawa Aisyah hanya tersenyum gadis kecilnya kini sudah dewasa tapi sikap dan perilaku masih seperti anak kecil. "Kamu sudah dewasa, Aisyah, kenapa tontonan kamu masih anak-anak?" tanya Mariam, datang dari dapur membawa sepiring pisang goreng. "Biar awet muda, Ma." "Berarti, Mama juga harus nonton Tom And Jerry, dong biar awet muda juga?" Aisyah terkekeh mendengar ucapan Mariam. "Ga, gitu juga, Ma. Maksud aku, dengan kita nonton film yang lucu yang bisa bikin kita tertawa, dengan begitu otot-otot wajah menjadi kencang dan juga pikiran menjadi bahagia." ucap Aisyah menjelaskan kepada Mariam. "Wah, jadi Mama harus sering nonton kartun biar, awet muda,"
"Apa! Dia kabur. Dasar tidak becus jagain satu perempuan saja tidak bisa," hardik Imelda. "Pokoknya saya tidak mau tau, bagaimana pun caranya saya mau kalian membawa perempuan itu di hadapan saya. Kalau tidak kalian tau sendiri akibatnya," ancam Imelda. "Gimana?" "Bos marah bro," jawabnya setelah memasukan ponselnya kedalam saku bajunya "Kita harus secepatnya menemukan perempuan itu," sambungnya lagi "Ya udah, ayo kita pergi ke rumah sakit," ajak temannya "Rumah sakit, ngapain?" tanyanya bingung "Periksa gigi. Ya nungguin itu dokter cantik lah, katanya mau nyulik dia gimana sih," kesal temannya "Hehe, kirain mau periksa beneran," ucapnya cengengesan. mereka bertiga pun langsung pergi menuju rumah sakit.*** "Kakak ipar ga kenapa-kenapa kan?" tanya Widia panik karena mendengar kabar dari kakaknya. "Terus keadaannya gimana sekarang?" tanya Widia lagi "Syukur lah kalau baik-baik saja, aku sangat khawatir kak, pantas saja tadi perasaan aku tidak enak. Ya sudah kalau ada apa-apa
"Aisyah, kamu di dalam kan?" panggil Widia lagi. Dari luar Widia tampak bingung dan khawatir bila terjadi sesuatu terhadap Aisyah di dalam karena tak biasanya Aisyah mengunci ruangannya. Widia ingin meminta bantuan tetapi lorong koridor sepi, Widia celingak-celinguk mencari sesuatu untuk membuka pintu. Widia terus berusaha menggedor-gedor pintu tetapi tetap tidak ada jawaban dari dalam. Widia mencari sesuatu di dalam tasnya yang bisa digunakan untuk membuka pintu. "Mudah-mudahan bisa," ucap Widia saat menemukan sebuah jepit rambut lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci. Dia terus mencoba memutar kunci agar terbuka. "Eeemmm... eeemmm," Aisyah menggeleng agar Widia berhenti, tetapi percuma karena Widia tidak dapat melihat Aisyah.Click Pintu berhasil di buka Widia dan meraih kenop pintu lalu memutarnya. Pria di belakang pintu mengambil sebilah pisau lipat dari sakunya bersiap-siap untuk menikam. Aisyah yang melihat Widia dalam bahanya mencoba menyeret kursinya hingga depan pintu.Kr
Cup Bibir hangat Krisna mendarat di kening mulus Aisyah memberi kecupan mesra sebelum pergi menjalankan tugas negara. "Aku pergi dulu ya sayang," ucap Krisna. "Iya, hati-hati jangan ngebut bawa motornya," pesan Aisyah. "Siap sayangku," goda Krisna memberi hormat lalu mengecup kembali pipi Aisyah. "Kakak, malu tau kalau di lihat orang," kesal Aisyah mencubit lengan Krisna. "Kenapa? Kita kan sudah sah. Kalau pun kita mau mesra-mesraan juga tidak apa-apa," ucap Krisna. "Ya sudah sana, katanya mau dinas." "Oh jadi ngusir nih ceritanya." "Enggak bukan gitu, nanti Kakak telat lagi sampai kantor." "Ya sudah aku pergi dulu, Assalamualaikum," pamit Krisna. "Kak," panggil Aisyah. "Ya," yang di panggil pun berhenti dan menoleh ke arah belakang. Aisyah berjalan menghampiri Krisna lalu meraih tangan kanannya dan menciumnya dengan takzim. "Ada yang lupa," ucap Aisyah tersenyum setelah mencium punggung tangan Krisna. Krisna tertawa mendengar alasan Aisyah memanggilnya itu. "Kok malah ke
"Kalian semua dengar baik-baik tugas dari saya," kata Bagas serius menatap keluar jendela. "Saya mau kalian hancurkan pernikahan Krisna. Kalian bikin keributan bahkan kalau perlu kalian bakar rumah beserta orang-orang yang hadir disana," perintah Bagas tersenyum licik. Niluh bergetar mendengar rencana buruk suaminya, ia tak sengaja melewati ruang kerja Bagas yang selalu terkunci meski ada Bagas di dalamnya tetapi tidak ada yang berani masuk. Niluh yang sedari tadi mendengar percakapan antara suami dan ajudannya seketika mundur perlahan takut jika mereka mendengar. "Baik, bos." "Kami akan melaksanakan perintah bos besar," sambung pemimpin preman bayaran yang di beli jasanya untuk membunuh atau menyakiti seseorang tanpa pandang bulu. "Bagus, laksanakan." Semua ajudan Bagas memberi hormat lalu pergi meninggalkan ruangan Bagas. "Widia," panggil Niluh yang masuk kamar Widia tanpa permisi. "Ada apa, Ma?" tanya Widia yang heran dengan tingkah Niluh. "Nak, cepat kamu hubungi Kakak k
"Bu, ini taruh dimana?" tanya wanita yang membawa nampan berisi aneka macam kue yang sudah tertata rapih. "Oh itu taruh saja di sana," tunjuk Mariam mengarahkan ke meja yang penuh berisi makanan. Sementara Mariam masih terus memantau persiapan untuk sang putri tercinta, Mariam tidak mau acara penting Aisyah berantakan hanya karena kurang persiapan dan para tamu kecewa. Ya hari ini adalah hari menjelang pernikahan Aisyah dan Krisna, meski sederhana tetapi keduanya sangat bahagia yang terpenting adalah mereka sah di mata agama dan negara. Mariam sangat sibuk bersama para tetangga dan kerabat saling membantu menata berbagai macam hidangan makanan dan minuman yang akan di sajikan untuk para tamu undangan, sementara Gani dan para pria sibuk menata tempat yang akan menjadi berlangsungnya acara resepsi pernikahan Aisyah dan Krisna. Semua orang tampak sibuk dengan tugas masing-masing, sementara Aisyah berada di dalam kamar karena Mariam melarang Aisyah untuk membantu. Aisyah sungguh bosan
Ditengah guyuran hujan Krisna membawa laju motor KLX ya memecah hujan menuju rumah Aisyah. Sekian menit lamanya Krisna berkendara di bawah guyuran hujan, akhirnya tiba di rumah pujaan hati. Tanpa menunggu lama Krisna berlari meninggalkan motor menuju teras Aisyah pun yang mendengar suara motor Krisna segera berlari keluar kamar menuju ruang tamu, walaupun hujan deras tetapi Aisyah bisa mendengar dengan jelas suara motor Krisna. mungkin suara ikatan batin mereka yang sangat kuat. Aisyah membuka pintu dan alangkah bahagianya Aisyah ternyata benar Krisna pujaan hatinya berada di hadapannya saat ini. Krisna menepati janjinya tak perduli hujan badai angin ribut halilintar, dia akan menerjang semua halang rintang yang ada di depannya demi sang pujaan hati Aisyah seorang.Krisna melepas jas hujan yang menempel di tubuhnya, lalu duduk di sofa ruang tamu. sementara Aisyah sedang membuat teh hangat untuk Krisna dan pisang goreng. "Ini, kak di minum dulu biar anget badannya." "Makasih sayang
"Apa yang anda inginkan," tanya seorang gadis. "Tolong lepaskan saya," pintanya dengan suara bergetar. "Kami akan melepaskan kamu, tapi dengan syarat, pergilah sejauh mungkin dari dunia ini. "Saya tidak punya tempat tinggal lagi, saya tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Saya mohon beri saya kesempatan," pinta gadis itu memohon belas kasih pada pria yang berbadan besar itu. "Tidak ada kata negosiasi lagi manis, sebelumnya tuan kita sudah memperingatkan anda bukan. Tetapi sepertinya anda meremehkan peringatan itu, dan kini anda meminta pengampunan," ucap pria kekar itu. "Saya mohon, saya akan pergi tapi izinkan saya untuk bertemu dengan suami saya untuk yang terakhir," mohon gadis itu berlutut di hadapan pria kekar. "Tidak ada gunanya anda berlutut seperti itu, karena kami akan tetap melenyapkan anda dari hidup tuan muda." "Saya mohon kali ini saja, izinkan saya." "Tidak bisa, ini sudah perintah dari bos besar," ucap pria itu. "Seret dia, bawa pergi dari sini," perin
Setelah selesai memilih gaun pengantin Krisna mengajak Aisyah makan di tempat favorit mereka. Gak butuh waktu lama mereka sampai di warung makan gado-gado langganan mereka. "Sudah lama aku ga makan gado-gado," ucap Aisyah antusias. "Makanya, aku bawa kamu ke sini sayang."Pesanan mereka pun datang, mereka menikmati hidangan makanan dengan tenang dan menikmati setiap suapan. Setelah selesai makan Krisna kembali mengajak Aisyah keliling wisata Rumah Tujuh atau biasa di sebut Rumah Kurcaci, karena bentuk rumah yang hanya bagian atasnya saja dengan warna yang berbeda dan terdapat tujuh buah, apa lagi tempat tersebut berada di pinggir pantai dengan pohon kelapa yang menjulang tinggi. Aisyah sangat menikmati pemandangan di sore hari yang sangat indah. "Sayang," panggil Krisna. "Iya." "Apakah kamu bahagia?" tanya Krisna. "Tentu, tentu aku sangat bahagia sayang," jawab Aisyah dengan senyum lebar. Krisna meraih pundak Aisyah dan memeluknya dari samping. "Aku akan membuat kamu bahagi
"Tapi Kak, apakah Om Bagas akan menerima aku." "Kita akan berjuang bersama, untuk mendapatkan restu dari orang tua ku." "Yang dikatakan Nak Krisna benar Nak, kalian akan sama-sama berjuang agar Bagas merestui kalian." "Apakah itu artinya, Papa mengizinkan kita menikah?" "Iya, Papa izinkan kalian untuk membina rumah tangga, tetapi dengan syarat, Krisna harus terlebih dahulu masuk Islam." "Apakah kakak bersedia menjadi mualaf?" " Demi kamu Aisyah, wanita yang aku cintai, aku bersedia menjadi mualaf." "Alhamdulillah, jika sudah ada kepastian dari Aisyah papa hanya bisa mendukung dan memberi restu serta doa untuk kebahagian kalian berdua." "Terima kasih Om." "Untuk kamu Krisna, om harap kamu bisa menjaga putri Om yang manja ini." "Papa apaan sih, aku sudah dewasa ya." "Iya nih Papa, Aisyah kan sebentar lagi mau nikah." goda Mariam "Ah Mama," wajah Aisyah merona karena malu. "Kira-kira kapan ya om saya bisa melaksanakan ijab kabul," tanya Krisna "Wah, rupanya Nak Krisna sud