Sebuah mobil SUV putih berhenti di perkarangan rumah minimalis bercat kuning. Pintu mobil terbuka, seorang gadis cantik turun dari mobil dengan senyuman manis di bibirnya. "Aisyah, tunggu!" "Ada apa, Kak?" tanya Aisyah yang tangannya di tarik lembut oleh Krisna. "Hati-hati turunnya, nanti jatuh," ucap Krisna tersenyum. "Iya, makasih sudah mengantar aku pulang," kata Aisyah membalas tersenyum. "Sama-sama sayang, aku senang kok, bahkan kalau perlu aku yang akan antar dan jemput kamu setiap hari," kata Krisna. "Ga perlu, Kak," ucap Aisyah sambil tersenyum mendengar perkataan Krisna. "Aku serius sayang, biar aku saja, kasihan Om Gani jika harus bolak-balik."Aisyah terdiam sejenak untuk berpikir, yang dikatakan Krisna benar tetapi Aisyah tidak mau merepotkan orang lain apalagi Krisna pasti sangat sibuk. "Kakak, serius?" tanya Aisyah. "Kapan sih, aku pernah bercanda," jawab Krisna menarik tangan Aisyah sehingga kini wajah mereka berhadapan. Aisyah menatap bola mata teduh milik Kris
"Aisyah!"Gadis yang sedang berjalan menuju lorong rumah sakit seketika berhenti dan menoleh ke belakang. "Kak, Dani." "Hay," ucap Dani menghampiri Aisyah yang terdiam ditempatnya. "Kakak, tugas di sini juga?" tanya Aisyah yang tersadar setelah Dani berada di dekatnya. "Iya, aku baru seminggu di sini," jawab Dani. "Kok, aku baru lihat." "Itu karena aku baru masuk." "Oh," kata Aisyah singkat lalu memutar tumit melangkah pergi. "Aisyah, tunggu!" Dani mengejar Aisyah yang hampir tak terlihat karena Aisyah yang tiba-tiba pergi. Dani berhasil mengejar dan mensejajarkan langkahnya bersama Aisyah, Aisyah sampai pada ruangannya dan begitu pun dengan Dani yang ternyata tepat di samping ruangan Aisyah. "Wah, ternyata ruangan kita berdekatan," kata Dani bersandar di pintu. "Iya, aku pamit masuk duluan, Kak," ucap Aisyah sambil tersenyum melangkah masuk kedalam ruangan. "Ah, senyuman itu," ucap Dani menatap daun pintu yang telah tertutup. *** "Hay, Kak Dani," sapa Widia yang datang be
Gani menghampiri Aisyah dan Dani yang tengah berbicara, Aisyah kemudian pamit karena Gani telah datang untuk menemani Dani. "Ma, Aisyah nanti malam izin keluar," ucap Aisyah mengambil gelas yang tergantung di rak piring. "Mau pergi kemana?" "Ga tau." "Kok, ga tau?" "Ya, soalnya Kak Krisna yang ngajak," ucap Aisyah. "Jam berapa?" "Tujuh." "Pulang jangan malam-malam." "Siap, Ma."***Krisna berdiri di depan cermin, melihat dirinya dari pantulan kaca besar di depannya. Dengan setelan jas warna biru dongker dan sepatu penampilan Krisna terlihat sempurna.Krisna mengambil ponsel di atas ranjang dan menekan tombol hijau untuk menghubungi seseorang. "Halo!" "Hay, sayang." "Kenapa, Kak?" tanya Aisyah. "Judes banget sih, ngomongnya." "Ya, terus aku kudu piye?" "Sambut dengan senyuman manis." "Nanti diabetes." "Ga, kok." "Terserah Kakak." "Ngambek nih?" "Ga." "Ya udah, kamu sudah bersiap-siap belum. Aku akan meluncur kerumah calon mertua sekarang." Tanpa menunggu jawaban A
Krisna terus mencari ke setiap sudut dan ruangan gedung tetapi belum bisa menemukan Aisyah, Krisna mencoba untuk memanggil penjaga gedung dan menanyakan Aisyah tetapi mereka juga tidak melihat.Krisna semakin khawatir dengan keadaan Aisyah, Krisna meminta bantuan aparat keamanan gedung untuk membantu mencari Aisyah. Krisna mencoba menelpon Aisyah tetapi nomor tidak aktif, Krisna semakin gelisah merasa tak enak karena meninggalkan Aisyah sendiri dan khawatir bila terjadi sesuatu terhadap Aisyah. "Bagaimana, Pak?" tanya Krisna pada satpam yang ikut membantu mencari Aisyah. "Belum ketemu, Mas." "Bapak sudah mencari ke setiap ruangan gedung?" tanya Krisna lagi. "Sudah, Mas. Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Mba Aisyah," ucap satpam. "Kemana kamu, sayang." "Saya coba cari lagi, Mas." "Iya, makasih ,Pak."Setelah kepergian satpam Krisna mencoba menghubungi Aisyah lagi, beberapa detik setelah Krisna menekan tombol hijau terdengar suara Aisyah dari sebrang. "Sayang. Kamu dimana?"
"Om Swastiastu," sapa gadis dari balik pintu."Om Swastiastu. Eh, Nak Aisyah. Ayo masuk, Widia ada di dalam kamarnya," ucap Niluh membuka pintu dan mempersilahkan Aisyah masuk."Makasih Tante," ucap Aisyah melangkah menuju kamar Widia."Lama banget sih, kayak siput tau ga," protes Widia judes."Ya elah, jarak antara rumah aku sama rumah kamu itu jauh tau, masih untung aku mau ke sini," gerutu Aisyah."Ululuuu anak Mami Papi ngambek ya, hahaha," kata Widia menoel dagu Aisyah menggoda."Iishh apaan, sih," Aisyah menepis tangan Widia. "Aku itu bukan anak kecil lagi, ya," sambung Aisyah kesal dikatai anak manja."Ya terus, kamu anak siapa dong. Kalau bukan anak Mami Papi kamu?" tanya Widia mengajak Aisyah duduk di atas ranjang empuk miliknya."Aku mau curhat, nih," kata Widia tanpa basa basi."Apaan sih, baru aja datang main curhat aja, tawarin minum kek, haus nih," cicit Aisyah memegang lehernya isyarat minta minum."Iya, bentar aku ambilkan," Widia melangkah keluar kamar menuju dapur unt
"Mau langsung pulang, nih?" "Iya." "Jalan-jalan dulu, ya?" "Sudah sore, Kak. Nanti kemalaman." "Sebentar saja." "Ga mau." "Satu jam, deh." "Lama." "Tiga puluh menit." "Emang mau kemana?" "Ke sungai." "Hah, ngapain?" "Rahasia."Krisna membelokkan mobilnya menuju hutan yang terdapat sungai dengan aliran air yang keruh akibat banjir. Krisna berhenti di ujung jalan kemudian keluar dari mobil dan berjalan menelusuri sungai karena mobil tidak bisa melewati kawasan tersebut. Sementara Aisyah masih berada dalam mobil, enggan untuk keluar. "Kak, ayo pulang. Ngapain sih, di sini?" Tak peduli Aisyah yang terus memanggil, Krisna justru terus melangkahkan kakinya hingga sampai pada gubuk tak berpenghuni. "Kak, Krisna!" panggil Aisyah dari dalam mobil. "Apa?" "Ayo pulang." "Sebentar."Aisyah yang bosan menunggu Krisna kembali memutuskan untuk menyusul. Aisyah turun dari mobil dan menghampiri Krisna. "Kakak, cari apa?" "Kamu, kenapa nyusul kesini?" "Lama nungguin Kakak, ga balik-
Lantunan ayat suci terdengar merdu dari Masjid yang berada tak jauh dari tempat Aisyah bekerja, Aisyah bergegas membereskan peralatan tempur di meja operasi.Aisyah pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian pergi menuju Mushola yang berada di bagian belakang rumah sakit untuk melaksanakan sholat Maghrib sebelum pulang ke rumah.Di tempat lain seorang gadis tengah duduk termenung sendirian di taman yang ramai di kunjungi pemuda pemudi. Hari sudah gelap, Widia masih terdiam di tempatnya. Entah apa yang dia pikirkan hingga tak menyadari kehadiran Aisyah yang sedari tadi berada di sampingnya. "Udah ngelamunnya, nanti kesambet loh," ucap Aisyah membuat Widia menoleh. "Sejak kapan kamu disini?" "Sejak perang dunia kedua." "Hah." "Apaan sih, serius amat. Makanya jangan ngelamun terus, ada orang di sampingnya ga liat." "Siapa juga yang ngelamun." "Lah, terus kenapa dari tadi bengong kanyak ayam tiren." "Tiren?" "Ayam mati kemaren, hahaha." "Sialan lo." "Bercanda sayang."
Kring! kring! kring! Aisyah terbangun karena bunyi alarm yang dia pasang, saat ini jam menunjukan pukul empat pagi yang artinya Aisya hanya tidur enam jam karena dia sampai rumah pukul sembilan malam. Aisyah bergegas bangun dari tempat tidur, menyambar handuk yang terletak di atas kursi. Semalam sehabis mandi karena rasa lelah Aisyah melempar handuknya setelah memakai baju tidur karena rasa kantuk yang menyerang. Aisyah keluar dari kamar segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. "Tumben sudah bangun sayang, inikan hari libur?" tanya Mariam. "Iya Ma, aku ada janji sama Widia." "Mau kemana?" "Ada deh, urusan remaja." "Iya Mama tau, Mama sudah ga remaja lagi." "Tapi Mama tetap cantik, kok," puji Aisyah. "Dulu Mama memang cantik, tapi sekarang sudah keriput." "Kan cantiknya pindah ke Aisyah." "Iya, anak Mama memang cantik. Tapi sayang," ucap Mariam terputus. "Sayang kenapa Ma?" tanya Aisyah. "Sayang jomblo," jawab Mariam kemudian tertawa, Aisyah hanya mendengus kesal kare
"Apa! Dia kabur. Dasar tidak becus jagain satu perempuan saja tidak bisa," hardik Imelda. "Pokoknya saya tidak mau tau, bagaimana pun caranya saya mau kalian membawa perempuan itu di hadapan saya. Kalau tidak kalian tau sendiri akibatnya," ancam Imelda. "Gimana?" "Bos marah bro," jawabnya setelah memasukan ponselnya kedalam saku bajunya "Kita harus secepatnya menemukan perempuan itu," sambungnya lagi "Ya udah, ayo kita pergi ke rumah sakit," ajak temannya "Rumah sakit, ngapain?" tanyanya bingung "Periksa gigi. Ya nungguin itu dokter cantik lah, katanya mau nyulik dia gimana sih," kesal temannya "Hehe, kirain mau periksa beneran," ucapnya cengengesan. mereka bertiga pun langsung pergi menuju rumah sakit.*** "Kakak ipar ga kenapa-kenapa kan?" tanya Widia panik karena mendengar kabar dari kakaknya. "Terus keadaannya gimana sekarang?" tanya Widia lagi "Syukur lah kalau baik-baik saja, aku sangat khawatir kak, pantas saja tadi perasaan aku tidak enak. Ya sudah kalau ada apa-apa
"Aisyah, kamu di dalam kan?" panggil Widia lagi. Dari luar Widia tampak bingung dan khawatir bila terjadi sesuatu terhadap Aisyah di dalam karena tak biasanya Aisyah mengunci ruangannya. Widia ingin meminta bantuan tetapi lorong koridor sepi, Widia celingak-celinguk mencari sesuatu untuk membuka pintu. Widia terus berusaha menggedor-gedor pintu tetapi tetap tidak ada jawaban dari dalam. Widia mencari sesuatu di dalam tasnya yang bisa digunakan untuk membuka pintu. "Mudah-mudahan bisa," ucap Widia saat menemukan sebuah jepit rambut lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci. Dia terus mencoba memutar kunci agar terbuka. "Eeemmm... eeemmm," Aisyah menggeleng agar Widia berhenti, tetapi percuma karena Widia tidak dapat melihat Aisyah.Click Pintu berhasil di buka Widia dan meraih kenop pintu lalu memutarnya. Pria di belakang pintu mengambil sebilah pisau lipat dari sakunya bersiap-siap untuk menikam. Aisyah yang melihat Widia dalam bahanya mencoba menyeret kursinya hingga depan pintu.Kr
Cup Bibir hangat Krisna mendarat di kening mulus Aisyah memberi kecupan mesra sebelum pergi menjalankan tugas negara. "Aku pergi dulu ya sayang," ucap Krisna. "Iya, hati-hati jangan ngebut bawa motornya," pesan Aisyah. "Siap sayangku," goda Krisna memberi hormat lalu mengecup kembali pipi Aisyah. "Kakak, malu tau kalau di lihat orang," kesal Aisyah mencubit lengan Krisna. "Kenapa? Kita kan sudah sah. Kalau pun kita mau mesra-mesraan juga tidak apa-apa," ucap Krisna. "Ya sudah sana, katanya mau dinas." "Oh jadi ngusir nih ceritanya." "Enggak bukan gitu, nanti Kakak telat lagi sampai kantor." "Ya sudah aku pergi dulu, Assalamualaikum," pamit Krisna. "Kak," panggil Aisyah. "Ya," yang di panggil pun berhenti dan menoleh ke arah belakang. Aisyah berjalan menghampiri Krisna lalu meraih tangan kanannya dan menciumnya dengan takzim. "Ada yang lupa," ucap Aisyah tersenyum setelah mencium punggung tangan Krisna. Krisna tertawa mendengar alasan Aisyah memanggilnya itu. "Kok malah ke
"Kalian semua dengar baik-baik tugas dari saya," kata Bagas serius menatap keluar jendela. "Saya mau kalian hancurkan pernikahan Krisna. Kalian bikin keributan bahkan kalau perlu kalian bakar rumah beserta orang-orang yang hadir disana," perintah Bagas tersenyum licik. Niluh bergetar mendengar rencana buruk suaminya, ia tak sengaja melewati ruang kerja Bagas yang selalu terkunci meski ada Bagas di dalamnya tetapi tidak ada yang berani masuk. Niluh yang sedari tadi mendengar percakapan antara suami dan ajudannya seketika mundur perlahan takut jika mereka mendengar. "Baik, bos." "Kami akan melaksanakan perintah bos besar," sambung pemimpin preman bayaran yang di beli jasanya untuk membunuh atau menyakiti seseorang tanpa pandang bulu. "Bagus, laksanakan." Semua ajudan Bagas memberi hormat lalu pergi meninggalkan ruangan Bagas. "Widia," panggil Niluh yang masuk kamar Widia tanpa permisi. "Ada apa, Ma?" tanya Widia yang heran dengan tingkah Niluh. "Nak, cepat kamu hubungi Kakak k
"Bu, ini taruh dimana?" tanya wanita yang membawa nampan berisi aneka macam kue yang sudah tertata rapih. "Oh itu taruh saja di sana," tunjuk Mariam mengarahkan ke meja yang penuh berisi makanan. Sementara Mariam masih terus memantau persiapan untuk sang putri tercinta, Mariam tidak mau acara penting Aisyah berantakan hanya karena kurang persiapan dan para tamu kecewa. Ya hari ini adalah hari menjelang pernikahan Aisyah dan Krisna, meski sederhana tetapi keduanya sangat bahagia yang terpenting adalah mereka sah di mata agama dan negara. Mariam sangat sibuk bersama para tetangga dan kerabat saling membantu menata berbagai macam hidangan makanan dan minuman yang akan di sajikan untuk para tamu undangan, sementara Gani dan para pria sibuk menata tempat yang akan menjadi berlangsungnya acara resepsi pernikahan Aisyah dan Krisna. Semua orang tampak sibuk dengan tugas masing-masing, sementara Aisyah berada di dalam kamar karena Mariam melarang Aisyah untuk membantu. Aisyah sungguh bosan
Ditengah guyuran hujan Krisna membawa laju motor KLX ya memecah hujan menuju rumah Aisyah. Sekian menit lamanya Krisna berkendara di bawah guyuran hujan, akhirnya tiba di rumah pujaan hati. Tanpa menunggu lama Krisna berlari meninggalkan motor menuju teras Aisyah pun yang mendengar suara motor Krisna segera berlari keluar kamar menuju ruang tamu, walaupun hujan deras tetapi Aisyah bisa mendengar dengan jelas suara motor Krisna. mungkin suara ikatan batin mereka yang sangat kuat. Aisyah membuka pintu dan alangkah bahagianya Aisyah ternyata benar Krisna pujaan hatinya berada di hadapannya saat ini. Krisna menepati janjinya tak perduli hujan badai angin ribut halilintar, dia akan menerjang semua halang rintang yang ada di depannya demi sang pujaan hati Aisyah seorang.Krisna melepas jas hujan yang menempel di tubuhnya, lalu duduk di sofa ruang tamu. sementara Aisyah sedang membuat teh hangat untuk Krisna dan pisang goreng. "Ini, kak di minum dulu biar anget badannya." "Makasih sayang
"Apa yang anda inginkan," tanya seorang gadis. "Tolong lepaskan saya," pintanya dengan suara bergetar. "Kami akan melepaskan kamu, tapi dengan syarat, pergilah sejauh mungkin dari dunia ini. "Saya tidak punya tempat tinggal lagi, saya tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Saya mohon beri saya kesempatan," pinta gadis itu memohon belas kasih pada pria yang berbadan besar itu. "Tidak ada kata negosiasi lagi manis, sebelumnya tuan kita sudah memperingatkan anda bukan. Tetapi sepertinya anda meremehkan peringatan itu, dan kini anda meminta pengampunan," ucap pria kekar itu. "Saya mohon, saya akan pergi tapi izinkan saya untuk bertemu dengan suami saya untuk yang terakhir," mohon gadis itu berlutut di hadapan pria kekar. "Tidak ada gunanya anda berlutut seperti itu, karena kami akan tetap melenyapkan anda dari hidup tuan muda." "Saya mohon kali ini saja, izinkan saya." "Tidak bisa, ini sudah perintah dari bos besar," ucap pria itu. "Seret dia, bawa pergi dari sini," perin
Setelah selesai memilih gaun pengantin Krisna mengajak Aisyah makan di tempat favorit mereka. Gak butuh waktu lama mereka sampai di warung makan gado-gado langganan mereka. "Sudah lama aku ga makan gado-gado," ucap Aisyah antusias. "Makanya, aku bawa kamu ke sini sayang."Pesanan mereka pun datang, mereka menikmati hidangan makanan dengan tenang dan menikmati setiap suapan. Setelah selesai makan Krisna kembali mengajak Aisyah keliling wisata Rumah Tujuh atau biasa di sebut Rumah Kurcaci, karena bentuk rumah yang hanya bagian atasnya saja dengan warna yang berbeda dan terdapat tujuh buah, apa lagi tempat tersebut berada di pinggir pantai dengan pohon kelapa yang menjulang tinggi. Aisyah sangat menikmati pemandangan di sore hari yang sangat indah. "Sayang," panggil Krisna. "Iya." "Apakah kamu bahagia?" tanya Krisna. "Tentu, tentu aku sangat bahagia sayang," jawab Aisyah dengan senyum lebar. Krisna meraih pundak Aisyah dan memeluknya dari samping. "Aku akan membuat kamu bahagi
"Tapi Kak, apakah Om Bagas akan menerima aku." "Kita akan berjuang bersama, untuk mendapatkan restu dari orang tua ku." "Yang dikatakan Nak Krisna benar Nak, kalian akan sama-sama berjuang agar Bagas merestui kalian." "Apakah itu artinya, Papa mengizinkan kita menikah?" "Iya, Papa izinkan kalian untuk membina rumah tangga, tetapi dengan syarat, Krisna harus terlebih dahulu masuk Islam." "Apakah kakak bersedia menjadi mualaf?" " Demi kamu Aisyah, wanita yang aku cintai, aku bersedia menjadi mualaf." "Alhamdulillah, jika sudah ada kepastian dari Aisyah papa hanya bisa mendukung dan memberi restu serta doa untuk kebahagian kalian berdua." "Terima kasih Om." "Untuk kamu Krisna, om harap kamu bisa menjaga putri Om yang manja ini." "Papa apaan sih, aku sudah dewasa ya." "Iya nih Papa, Aisyah kan sebentar lagi mau nikah." goda Mariam "Ah Mama," wajah Aisyah merona karena malu. "Kira-kira kapan ya om saya bisa melaksanakan ijab kabul," tanya Krisna "Wah, rupanya Nak Krisna sud