Suara orang-orang saling bersahutan meriahkan suasana pasar yang berada di pusat kota itu. Banyak gerobak berjejeran yang menjajakan berbagai jenis barang. Dari makanan, pernik-pernik seperti gantungan kunci dan aksesoris rambut. Area pasar ini sangat luas dan terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama pasar yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari seperti makanan. Bagian kedua berjajar gedung yang menjual pakaian dari busana untuk rakyat biasa hingga bangsawan. Meskipun kebanyakan bangsawan lebih memilih memanggil para penjahit ke rumah mereka dan memilih langsung gaun atau pakaian yang dibawakan. Lalu, area ketiga atau terakhir banyaknya cafe atau resto yang menjual makanan ringan seperti dessert hingga makanan berat. Di tengah-tengah area itu terdapat pula bangunan yang difungsikan sebagai penginapan. Pada salah satu bangunan cafe itu duduklah Lucas bersama Julian. Di meja mereka terdapat kudapan dan minuman yang dipesan untuk menemani kegiatan mereka. Dari luar mereka terlihat
“Keluar dari sana dan kembalilah. Kehadiranmu sudah tidak berguna di sana.” Winna hanya bisa mematung terdiam mendengar perkataan wanita yang duduk di kursi sedangkan ia berada di lantai. Tangannya mencengkeram rok pada pahanya dengan kencang. Hatinya memanas merasakan emosinya mulai meninggi. Wanita itu kini memintanya kembali atau mungkin lebih tepatnya ia dibuang setelah dirinya sudah tidak berguna lagi. Ingin rasanya Winna mencengkeram leher wanita itu dan mencekiknya hingga mati. “Ada apa? Kau marah? Bukannya kau harus senang bersyukur bisa kembali, apalagi setelah semua kekacauan yang kau buat aku masih berbaik hati memintamu pulang. Jadi kau harus berterimakasih padaku!” Wanita itu memberikan pandangan mengejek pada Winna. Ia tahu jika Winna sedang menahan amarah padanya dan ia tak peduli dengan hal itu. Lagipula ia beranggapan jika memang sepantasnya Winna diperlakukan seperti itu. Anak dari seorang pelayan tak tahu diri memang sepatutnya menerima hal seperti ini. “Waktumu h
Winna terbangun dengan sakit di sekujur tubuhnya. Ia mengerang saat ia menggerakan tubuhnya. Ketika ia dalam posisi duduk ia merasakan hawa dingin yang menyentuh kulitnya, maka saat itulah dia langsung tersadar. Di saat yang bersamaan El terbangun dan mereka berdua pun bertatapan. Keduanya sama-sama menampilkan wajah yang terkejut. Ketika hampir Winna berteriak dengan cepat El membungkam mulutnya. “Jika kau berteriak semua orang akan datang kesini!” desis El. “Mengapa kau bisa ada di sini?” tanya Winna usai El melepas bekapannya. Tangannya mencengkeram erat selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Sementara itu El bangun dengan santai dan memakai bajunya. Ketenangan yang ditampakkan oleh El membuat Winna terheran sekaligus marah. Dirinya ingat bahwa semalam ia pergi menuju ruang kerja Peter untuk menggodanya, lalu mengapa bisa ia terbangun di sini bersama pengawal wanita itu? El memakai pakaiannya dengan pikiran yang berkecamuk. Ia mencoba mengingat-ingat kejadian semalam serta m
Winna duduk sembari memijat bahunya. Badannya masih terasa pegal dan tidak nyaman, apalagi ia baru saja membersihkan kandang yang sangat kotor dan bau membuatnya harus menahan napas kalau tidak ingin muntah. Mana tadi padi ia melewatkan sarapan gara-gara mencari botol wewangiannya itu. Winna pun menyerah karena tak dapat menemukannya. Ditambah ia tak bisa mencuri waktu untuk mencari di sekitar karena penjaga istal terus mengawasi pekerjaannya sehingga mau tak mau Winna harus menahan lelahnya agar tak mendapat omelan kembali. Ia baru bisa beristirahat setelaha beberapa saat yang lalu setelah Allan pergi usai memastikan pekerjaan membersihkan kandang telah selesai. Kini ia memikirkan keberadaan botol wewangiannya yang entah di mana dengan berharap dalam hati tak ada yang menemukannya dan meski ditemukan orang-orang tidak menyadari apa isi botol itu. Saat ini fokusnya telah beralih dengan rencana lain. Untuk menutupi kebodohannya semalam ia harus benar-benar merayu Peter. Winna yakin El
“Apa yang sedang kalian lakukan?” Peter melihat pada dua orang yang sedang berdiri di depan ruang kerjanya. Dia baru saja kembali dari kamarnya untuk melihat istri dan putrinya. Namun, dari kejauhan ia melihat dua siluet yang berada di dekat ruang kerjanya. Dua orang itu tak lain Sebastian dan seorang pelayan wanita yang masih terlihat muda itu. Sebastian dan Nia langsung berbalik ke arah suara yang datang. Mereka berdua membungkuk memberi salam pada Peter. Sebastian maju satu langkah ke depan dan membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan tuannya. “Pelayan bernama Nia ini memberitahu saya ada seseorang memasuki ruang kerja Anda, Tuan Duke.” Peter menoleh menatap Nia yang kini masih menundukkan kepalanya karena takut. Sebenarnya tak ada yang perlu ia takuti, tetapi mungkin karena ia masih terbilang baru Nia selalu takut jika berhadapan dengan orang-orang yang lebih tinggi darinya. Apalagi ini pertama kalinya ia berhadapan dengan Peter yang notabene adalah majikannya. Meski ia sering
Keesokan harinya semua pelayan berkumpul di aula. Terdengar bisikan para pelayan yang penasaran dengan berkumpulnya hari ini secara mendadak. Nia yang di antara para pelayan lain hanya diam karena perkataan Sebastian semalam yang menyuruhnya tetap diam. Tak lama kemudian datanglah Peter bersama Lucas yang membuat para pelayan langsung berbaris rapi dan menundukkan kepala untuk memberi hormat. Peter dan Lucas duduk di bangku masing-masing, lalu tak lama kemudian datanglah Sebastian dengan sekelompok ksatria. Seketika para pelayan kembali berisik saat melihat Winna dengan kedua tangan terikat dan diseret oleh dua orang ksatria. Wajah Winna tampak kuyu. Ia pun terlihat lemah saat dibawa. Semua orang pun menjadi penasaran dengan keadaan Winna yang seperti itu. Setelah itu Winna dibiarkan duduk di tengah dengan Sebastian yang berdiri di sampingnya. Para ksatria menyingkir ke samping sehingga di tengah hanyalah Sebastian dan Winna. Sebastian menunduk memberi hormat pada Peter dan Lucas sebe
Dokter khusus keluarga Chester telah datang. Ia dijemput oleh Sebastian di gerbang kediaman Chester. Dokter Leon memasuki aula dengan perasaan bingung. Melihat semua pekerja Chester berbaris dengan rapi ditambah ia dapat melihat sosok wanita yang sedang duduk diam menimbulkan berbagai pertanyaan dalam benaknya. Dokter Leon membungkuk memberi salam pada Peter dan Lucas. Kedua orang itu pun menyambutnya dengan terbuka. “Maaf sudah memintamu datang secara tiba-tiba, aku membutuhkan bantuanmu saat ini Dokter Leon,” jelas Peter. Dokter Leon pun menjawab bahwa ia tak mempermasalahkan pemanggilannya yang mendadak. Ia berpikir itu adalah hal yang biasa. Bahkan ia tadi sempat berpikiran buruk apakah terjadi sesuatu di kediaman Chester. Dirinya mengira ada masalah pada Nyonya Chester, tapi rupanya sesampainya di sini ia justru mendapati barisan para pekerja dengan seorang wanita yang duduk di tengah ruangan. “Jadi, apa yang bisa saya bantu Tuan Duke?” Sebenarnya Dokter Leon bisa menebak sedik
Suara pecahan barang terdengar diiringi teriakan memekakan telinga. El berdiri dengan darah yang mengalir di pelipisnya. Baru saja ia mendapatkan lemparan vas yang tepat mengenainya sehingga muncul luka dan berdarah. Meski begiti wajahnya tetap lurus tak menampilkan rasa sakit sedikit pun. Saat ini seorang wanita sedang melampiaskan amarahnya. Hal itu dikarenakan hari ini dirinya mendengar berita Winna yang telah dikirim ke pusat penahanan di kota. El memberitahukan bahwa Winna telah ditangkap atas tuduhan pembunuhan rencana, penipuan dan pencemaran nama baik. Ternyata pihak sana telah mengetahui perbuatannya sehingga Winna telah dikirim ke penjara. Tak tahu bagaimana bisa itu terjadi, namun sekarang dia marah sekaligus panik dan ketakutan. Dia takut jika Winna telah mengatakan sebenarnya mengenai dirinya. Jika itu terjadi maka rencananya akan berantakan. “Kau bilang dia berhasil merayu pria itu, jadi jelaskan bagaimana bisa wanita itu dijebloskan penjara?!” Wanita itu menatap tajam p
Setelah penangkapan Selir Helena dan bansgawan lain, maka keesokan harinya mereka langsung diadili. Raja Eron bahkan mengumumkan akan mengadakan pengadilan terbuka dan meminta rakyat Diedrich untuk menghadirinya. Maka, keesokan harinya tribun telah dipenuhi oleh rakyat Diedrich. Mereka dengan patuh duduk dan dibantu oleh ksatria penjaga mengawasi agar tak terjadi kericuhan. Namun, mereka mulai berisik saat para tahanan memasuki lapangan. Mereka menyorakinya dan melemparinya dengan kata-kata kasar.Peter bersama Lucas membawakan semua bukti kejahatan semuanya termasuk Selir Helena. Bahkan menghadirkan Winna sebagai saksi kejahatan Selir Helena selama ini. Rakyat Diedrich terkejut saat mengetahui bahwa ibu dari Pangeran Alaric memiliki saudara tiri yang lahir dari seorang pelayan. Yang lebih membuat mereka terkejut adalah rupanya Selir Helena ini sejak awal adalah orang yang jahat. Wanita itu memanfaatkan saudara tirinya dengan mengirimnya ke Chester untuk mengendalikannya. Dia berencan
“Selamat tinggal, Yang Mulia!” Usai meminumkan racun itu pada Raja Eron, Selir Helena berbalik dan melangkah keluar dengan wajah yang puas. Tinggal menunggu waktu kematian suaminya itu, setelah itu semua akan menjadi miliknya.Saat ia akan membuka pintu tiba-tiba saja pintu dibuka oleh seseorang. Kedua mata Selir Helena melebar saat melihat putranya, Pangeran Alaric berada di hadapannya. Bukan hanya ia terkejut melihat kehadiran putranya, namun adanya rombongan ksatria kerajaan di balik punggung putranya. Firasat buruk muncul dalam hatinya.“Apa yang ka—” ucapan Selir Helena terputus oleh suar Pangeran Alaric.“Periksa keadaan Yang Mulia sekarang!” perintah Pangeran Alaric pada dokter yang selalu merawat Raja Eron.Dokter tersebut langsung mengangguk dan masuk begitu saja diikuti oleh dua orang perawat melewati Selir Helena seolah-olah wanita itu tidak ada. Wajah Selir Helena pun menjadi kaku. Raja Eron baru saja meminum racun miliknya yang pasti racun itu sudah mulai bereaksi. Namun,
Ratu Camellia yang sedang menjalani pengurungan di istananya tengah menikmati secangkir teh di balkon kamarnya. Sudah hampir sepuluh hari dia berada di kamarnya terus hingga merasa bosan. Sehari-hari yang ia lakukan hanyalah menikmati pemandangan dengan menyesap teh kesukaannya, membaca buku yang ia minta pelayannya untuk mengambilkannya di perpustakaan, lalu menyulam sesuatu untuk cucunya. Ia tak ambil pusing dengan nasib hidupnya karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan berakhir selamat atau bebas. Ratu Camellia yakin bahwa Selir Helena akan menjatuhinya hukuman yang mana hukuman tersebut akan membuatnya tak dapat di istana. Wanita tersebut pasti sangat menikmati situasi yang sedang menguntungkannya saat ini. Pasti di setiap malamnya sekarang Selir Helena tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah. Ratu Camellia tak khawatir tentang nasibnya. Ia memikirkan bagaimana dengan menantu dan cucunya serta suaminya yang belum kunjung sadar. Kekuatan istana sedang tak seimbang semenjak Putra Mah
Lucas dan Peter menaiki kudanya masing berjalan paling depan. Di belakangnya ada kereta kuda kecil, lalu paling belakang ada dua ksatria Chester. Hari sudah petang dan mereka telah memasuki gerbang ibu kota. Perjalanan yang memakan waktu tiga hari tersebut tak terasa telah berakhir. Mereka berhasil membawa barang bukti dengan aman dan selamat. Hanya saja tidak berupa barang yang mereka bawa melainkan juga saksi. Saksi tersebut tak lain adalah Winna. Wanita itu telah menceritakan segalanya. Rupanya Winna dan Selir Helena adalah saudara tiri. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan mereka berdua. Siapa sangka jika Count Earnest memiliki anak dengan seorang pelayan. Mereka juga telah mendengar secara garis besar apa saja hal yang dilakukan Winna untuk Selir Helena. Tak menyangka bahwa kegilaan Selir Helena didapatkannya dari Count Earnest. Winna juga menceritakan bahwa ia diselamatkan oleh Pangeran Alaric yang merupakan keponakannya itu. Selama perawatan dari Pangeran Alaric, Winna perlahan
Peter bersama dua orang lainnya memasuki penginapan. Ia mengambil ruang paling besar yang terdapat dua ruang tidur. Masing-masing kamar berisi dua ranjang terpisah. Salah seorang ksatria pergi mencegat Lucas sedangkan yang lain memesan makanan. Peter sedang berada di kamarnya duduk terdiam dengan badan menyandar. Pikirannya melayang pada kejadian tadi. Tiba-tiba sekelebat bayangan terlintas dalam otaknya saat belati itu akan terlempar ke arahnya. Sebuah memori berputar acak yang membuatnya pusing. Namun, gambaran-gambaran tersebut sangat tak asing baginya. Beberapa hal pernah ia lihat dalam mimpinya. Hal itu membuat dadanya sesak dan nyeri. Tangan Peter terulur menyentuh dada kirinya merasakan detak jantungnya. Lucas memacu kudanya dengan sangat cepat sehingga dirinya dapat menyusul ayahnya yang telah berada di penginapan desa terdekat. Di gerbang salah seorang ksatria Chester sudah menunggunya. Usai makan bersama semua memasuki kamar untuk beristirahat tak terkecuali dirinya dan ayah
“Apa yang kau lakukan di sini?!” Lucas menatap tak percaya pada Alice. Seharusnya gadis itu sedang istirahat di kamarnya. Melihat sosoknya yang berjalan dengan kepala tertunduk membuat Lucas kesal. Alice ini benar-benar ceroboh. Dari mana datang pikirannya membuntuti mereka diam-diam begini. Beruntung sekelompok orang yang menghadang mereka tak menyadari kehadiran Alice. Kalau mereka tahu pasti orang itu akan melukai atau mungkin akan membunuhnya. Jika begitu, siapa yang bisa menolongnya karena Lucas atau bahkan seorang pun tak tahu tentang keberadaannya. “Ayah, maaf aku akan mengantar Alice kembali. Aku akan menyusul kalian secepatnya.” Tanpa menunggu jawaban dari sang ayah, Lucas langsung membawa pergi Alice. Kedua orang itu menaiki kudanya masing-masing. Peter hanya diam menatap kepergian putranya dan calon menantunya itu. Ia paham jika sekarang Lucas marah karena tunangannya diam-diam membuntuti mereka yang mana kepergian mereka ini sangat berbahaya. Baru saja mereka melewati ger
Lucas menjemput Alice ke kamar gadis itu dan mengajaknya pergi ke taman. Mereka berdua tengah menikmati pemandangan hamparan bunga yang bermekaran cantik di halaman tersebut. Alice yang sedang menikmati kue cokelatnya menggumam dengan puas. Melihat Alice yang sangat menikmati kegiatannya hari ini membuat Lucas jadi menatapnya dengan senang. Hari ini ia mengajak Alice bertemu karena dirinya ingin berpamitan dengan kekasihnya itu. Nanti malam ia dan ayahnya akan pergi ke tempat yang cukup jauh. Mungkin akan membutuhkan waktu hampir satu minggu untuk berangkat dan pulang. Maka dari itu, ia akan berpamitan pada Alice sekaligus memintanya untuk tetap berada di kediaman selama ia pergi. Tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, lebih baik mereka berjaga-jaga agar terhindar dari hal buruk. Istana saat ini sedang berduka akan kematian Putra Mahkota. Maka, selama satu minggu pusat kota akan libur berativitas untuk menunjukkan kesedihan mereka. Namun, berbeda dengan kubu rival Putra Mahkota,
Lucas berdiri menunggu kedatangan seseorang dengan dua orang ksatria Chester bersamanya. Mereka bertiga sedang duduk di atas pohon yang lebat daunnya sehingga bisa menyembunyikan diri mereka dengan baik. Bahkan pakaian mereka yang gelap semakin menyempurnakan persembunyian ketiga orang itu. Saat ini ketiga orang tersebut sedang menjalankan misi. Sesuai dengan yang dijanjikan di dalam surat Pangeran Alaric, Lucas saat ini berada di lokasi untuk menunggu. Lucas mengamati sebuh pintu kayu yang masih tertutup rapat itu. Itu adalah satu-satunya pintu masuk yang ada di sana. Lamanya ia mengamati dari atas pohon, akhirnya pintu itu terbuka. Seseorang memakai jubah bertudung warna hitam berjalan keluar dari pintu tersebut. Orang tersebut berhenti sejenak dan mengangkat tangannya membentuk sebuah kode yang ditangkap oleh Lucas. Dia pun melompat turun dan segera menghampirinya. “Yang Mulia …,” sapa Lucas dan orang itu mendongak menatapnya. “Apa kau sudah lama menunggu?” tanya orang tersebut. “
Di sebuah bangunan yang besar dipenuhi oleh orang-orang yang berpakaian hitam. Semua orang duduk berbaris rapi di sederet bangku panjang yang telah penuh itu. Beberapa menundukkan kepalanya dan sisanya menghadap ke depan menatap sesuatu di sana. Namun, ada kesamaan di antara mereka. Semua orang di sana memakai kain penutup mulut dan hidung karena bau busuk menguar membuat orang yang tidak tahan menciumnya akan muntah. Di ujung ruangan terdapat sebuah kotak kayu yang panjang dengan karangan bunga menghiasi di sekitarnya sekaligus menghalau bau busuk tersebut. Di sana ada seseorang tengah terbaring kaku dengan wajah pucat dan badan yang dingin. Pada bangku paling depan terdengar isak tangis seorang wanita. Wanita tersebut tak lain adalah Ratu Camellia. Sedangkan yang tengah ditangisinya adalah Putra Mahkota Albert. Pria tersebut semalam dinyatakan meninggal akibat penyakitnya yang rupanya semakin hari parah dan merusak organ tubuhnya. Tubuhnya menghitam dan membusuk membuat semua orang t