Suara derap kuda yang menapak pada tanah mengiringi kepergian Peter dan Lucas. Baru saja dua orang laki-laki berbeda generasi itu mengantarkan Anna dan Estelle ke kediaman Leonardo. Sesuai keputusan kemarin Anna dan Estelle akan tinggal bersama pasangan Leonardo untuk sementara waktu. Sedangkan Lucas akan menemani ayahnya di kediaman Chester. Sesampainya di duchy mereka berdua sama-sama menuju ruang kerja milik Peter. Semalam Peter tidur di ruang kerjanya sedangkan Anna di kamar milik Estelle yang sudah disiapkan, namun belum ditempati. Kamar pemimpin duchy sudah Peter minta pada Sebastian untuk dibersihkan saat malam dibantu oleh Matthew dan beberapa ksatria. Semua dilakukan secara diam-diam agar Winna tak mengetahuinya. Matthew melampirkan berkas di hadapan Peter yang saat ini telah duduk di tempatnya. Lucas sendiri hanya menonton dua orang itu dari sofa yang tak jauh dari tempat mereka berada. Matthew yang peka bahkan sudah menyiapkan salinan berkas yang sama diberikan pada Peter
Winna memasuki kamarnya dengan kepala yang menunduk dalam. Tadi barusan ia menyelinap keluar untuk menemui seseorang. Orang itu tak lain wanita yang telah menyuruhnya selama ini. Seperti biasa pertemuannya selalu diisi dengan cacian dan emosi dari wanita itu. Namun, berbeda dengan sebelumnya wanita itu bahkan kini menamparnya saking tak dapat menahan emosinya. Winna tentu saja terkejut karena baru kali ini wanita itu turun tangan untuk memukulnya. Selama ini dirinya menerima banyak kekerasan di masa lalu lewat orang lain dimana mereka secara tidak langsung disuruh olehnya. Kini tangan wanita itu menghampiri wajahnya. Tak hanya sekali, berkali-kali ia menamparnya hingga pipinya lecet dan sudut mulutnya terluka karena gesekan dengan giginya. Sudah beberapa tahun berlalu dirinya tak pernah menerima pukulan kini dapat ia rasakan kembali dan itu entah mengapa membuatnya memicu amarah dalam hatinya. Dulu ia tak berdaya dan merasa dirinya pantas menerimanya, namun sekarang pikirannya berbeda
Sudah beberapa hari lewat semenjak kepergian Anna dan Estelle. Winna baru mengetahuinya kemarin jika Nyonya Chester dan Nona Muda sedang berkunjung ke kediaman Leonardo dan berencana akan tinggal di sana untuk sementara. Jadi di kediaman Chester tinggalah Peter dan Lucas. Entah mengapa mengetahui sang Duchess sedang tidak ada bayangan-bayangan tentang dirinya di posisi Nyonya rumah ini semakin menjadi. Ia jadi teringat dengan salah satu misinya dimana ia menjebak Peter agar dapat tidur dengannya untuk menciptakan masalah di antara pasangan Chester itu. Winna jadi berpikir jika ia ingin mencoba merayu Peter. Lagipula ia sedikit lebih muda dari Anna dan jika dirinya mau Winna bisa berdandan untuk menunjukan penampilannya yang tak kalah memukau.Setelah berbagai pemikiran itulah Winna memutuskan untuk mencoba menggoda Peter. Langkah pertama yang diambil adalah mencari jadwal dan tempat mana saja yang sering dikunjungi. Ia berencana untuk sesering mungkin memperlihatkan dirinya di sekitar
Kening Peter mengerut untuk kesekian kalinya saat tak sengaja melihat Winna. Dalam satu hari sudah hampir lima kali ia bertemu wanita itu. Perkataan Lucas tempo lalu memang benar. Wanita yang menjadi pelayan di kediamannya ini tengah mencoba menggodanya. Terlihat dari dandanannya dan tingkah lakunya yang ingin mengundangnya. Benar-benar tidak malu. “Merusak pemandangan saja,” batin Peter.Peter hanya berlalu begitu saja mengabaikan keberadaan Winna. Meski wanita itu berusaha tampil mencolok bahkan membuang rasa malunya ia memberanikan diri untuk berada lebih dekat dengannya. Peter tak peduli. Dia masih waras. Jika ada yang sampai tergoda berarti pikiran orang itu sedang tak baik-baik saja. Hari ini dia melonggarkan waktunya untuk datang ke kediaman Leonardo. Tempat Anna dan putrinya berada. Sudah hampir pertengahan bulan dirinya tak bertemu dan rindunya sudah memuncak. Apalagi berpisah dengan putri kecilnya yang usianya belum genap satu bulan itu. Putranya —Lucas— sudah pergi duluan k
“Lagi? Apa sebelumnya pernah?”Lucas menatap ibunya yang kini nampak terdiam dengan wajah kaku. Mulutnya bergerak membuka, lalu menutup kembali seolah ragu menjawab pertanyaan dari ayahnya itu. Sama seperti ayahnya dirinya penasaran tentang perkataan ibunya tadi makanya ia sedang menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulut ibunya. Tangan Lucas bergerak seolah ia gelisah menanti jawaban dari ibunya. Entah mengapa Lucas merasa bahwa ibunya juga mengalami hal yang sama seperti dirinya. Mungkinkah ibunya mengalami pengulangan kehidupan pertamanya? Jika itu benar sejak kapan hal itu terjadi.? Apakah di hari yang sama ketika ia terbangun kembali?Keheningan yang sejenak menyelimuti mereka bertiga terinterupsi oleh tangisan Estelle. Pada saat itulah Lucas menangkap ekspresi lega yang tergambarkan pada wajah ibunya. Kening Lucas pun mengerut saat melihatnya membuat kecurigaan Lucas semakin besar.Anna segera berdiri menghampiri Estelle, lalu menggendong dan menimangnya untuk membuat putr
Pada ujung belokan lorong terlihat seorang wanita dengan seragam pelayan berdiri dengan posisi cukup tersembunyi. Pelayan wanita itu tak lain adalah Winna. Ia tengah melongok dengan mata menyipit untuk melihat sebuah pintu besar yang ada di ujung dengan tatapan menunggu. Sudah hampir dua bulan semenjak kepindahan Duchess ke rumah orangtuanya sang Duke semakin jarang terlihat. Setiap hari selalu berdiam diri di ruang kerjanya. Tak pernah sekalipun ia keluar dari sana hingga Winna curiga apakah Duke Chester memilih ruang kerjanya sebagai kamar tidurnya juga. Winna mengerutkan kening sembar berdecak kesal. Jika seperti ini terus maka rencananya untuk menggoda Peter akan sia-sia saja. Padahal dulu ia pernah mendengar bahwa semenjak kelahiran putrinya Peter jadi sering mengurangi jam kerjanya. Dulu bisa dikatakan Peter jarang keluar dari sela-sela pekerjaannya. Kini setelah kelahiran putrinya setiap dua tiga jam sekali dia akan pergi ke kamar tidurnya untuk menengok putrinya. Kemudian setel
Suara langkah kaki menggema di sepanjang lorong. Nampak seorang laki-laki jangkung berjalan dengan menuju suatu tempat. Tangannya menggapai gagang pintu dan membukanya. Peter berjalan dengan lemah memasuki ruang kerjanya. Wajahnya terlihat kuyu dan tak bersemangat. Peter langsung menjatuhkan badannya ke sofa panjang yang berada di tengah ruang kerjanya tersebut. Ia bergerak mencari posisi ternyaman untuknya. Tangan kanannya terangkat menutupi matanya yang sedang terpejam. Napasnya terdengar lemah ditambah dengan penampilannya saat ini yang benar-benar berantakan. Kemeja yang sudah kusut dan rambut yang acak-acakan. Jika ada orang yang melihatnya pasti mereka akan menatap Peter dengan kasihan. Lama ia di posisi tersebut hingga Peter terlelap sebentar. Tak lama kemudian ia terbangun lagi. Ia duduk dan menatap sekelilingnya dengan tatapan kosong seolah mencari sesuatu. Ruang kerjanya yang temaram ditambah posisi waktu itu masih tengah malam membuat Peter merasa semakin kosong. Ia menundu
“Ayah pergi pagi-pagi menemui ibuku?” tanya Lucas dengan terkejut. Dirinya sedang berjalan menuju taman mansionnya untuk berolahraga. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Julian yang ternyata memang ingin bertemu dengannya. Julian memberitahukan pada dirinya jika pagi tadi ayahnya pergi tiba-tiba dengan kuda menuju kediaman Leonardo tempat ibu dan adiknya berada. Ia pun sontak terkejut karena baru berselang dua hari mereka kembali dari sana dan sekarang tiba-tiba saja ayahnya pergi ke sana lagi dengan kuda bukan kereta. Sepertinya sangat buru-buru hingga memilih menaiki kuda dibanding dengan kereta. “Saya tak sengaja melihat Tuan Duke yang memacu kudanya keluar gerbang. Di sana kebetulan ada Tuan Sebastian yang mengantar kepergiannya jadi saya bertanya tentang itu pada Tuan Sebastian,” jelas Julian pada Lucas. Lucas yang sedang meregangkan badannya segera berhenti dan berbalik menatap Julian menunggu penjelasannya lebih lanjut. Dirinya takut apakah terjadi sesuatu yang buruk pada
Setelah penangkapan Selir Helena dan bansgawan lain, maka keesokan harinya mereka langsung diadili. Raja Eron bahkan mengumumkan akan mengadakan pengadilan terbuka dan meminta rakyat Diedrich untuk menghadirinya. Maka, keesokan harinya tribun telah dipenuhi oleh rakyat Diedrich. Mereka dengan patuh duduk dan dibantu oleh ksatria penjaga mengawasi agar tak terjadi kericuhan. Namun, mereka mulai berisik saat para tahanan memasuki lapangan. Mereka menyorakinya dan melemparinya dengan kata-kata kasar.Peter bersama Lucas membawakan semua bukti kejahatan semuanya termasuk Selir Helena. Bahkan menghadirkan Winna sebagai saksi kejahatan Selir Helena selama ini. Rakyat Diedrich terkejut saat mengetahui bahwa ibu dari Pangeran Alaric memiliki saudara tiri yang lahir dari seorang pelayan. Yang lebih membuat mereka terkejut adalah rupanya Selir Helena ini sejak awal adalah orang yang jahat. Wanita itu memanfaatkan saudara tirinya dengan mengirimnya ke Chester untuk mengendalikannya. Dia berencan
“Selamat tinggal, Yang Mulia!” Usai meminumkan racun itu pada Raja Eron, Selir Helena berbalik dan melangkah keluar dengan wajah yang puas. Tinggal menunggu waktu kematian suaminya itu, setelah itu semua akan menjadi miliknya.Saat ia akan membuka pintu tiba-tiba saja pintu dibuka oleh seseorang. Kedua mata Selir Helena melebar saat melihat putranya, Pangeran Alaric berada di hadapannya. Bukan hanya ia terkejut melihat kehadiran putranya, namun adanya rombongan ksatria kerajaan di balik punggung putranya. Firasat buruk muncul dalam hatinya.“Apa yang ka—” ucapan Selir Helena terputus oleh suar Pangeran Alaric.“Periksa keadaan Yang Mulia sekarang!” perintah Pangeran Alaric pada dokter yang selalu merawat Raja Eron.Dokter tersebut langsung mengangguk dan masuk begitu saja diikuti oleh dua orang perawat melewati Selir Helena seolah-olah wanita itu tidak ada. Wajah Selir Helena pun menjadi kaku. Raja Eron baru saja meminum racun miliknya yang pasti racun itu sudah mulai bereaksi. Namun,
Ratu Camellia yang sedang menjalani pengurungan di istananya tengah menikmati secangkir teh di balkon kamarnya. Sudah hampir sepuluh hari dia berada di kamarnya terus hingga merasa bosan. Sehari-hari yang ia lakukan hanyalah menikmati pemandangan dengan menyesap teh kesukaannya, membaca buku yang ia minta pelayannya untuk mengambilkannya di perpustakaan, lalu menyulam sesuatu untuk cucunya. Ia tak ambil pusing dengan nasib hidupnya karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan berakhir selamat atau bebas. Ratu Camellia yakin bahwa Selir Helena akan menjatuhinya hukuman yang mana hukuman tersebut akan membuatnya tak dapat di istana. Wanita tersebut pasti sangat menikmati situasi yang sedang menguntungkannya saat ini. Pasti di setiap malamnya sekarang Selir Helena tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah. Ratu Camellia tak khawatir tentang nasibnya. Ia memikirkan bagaimana dengan menantu dan cucunya serta suaminya yang belum kunjung sadar. Kekuatan istana sedang tak seimbang semenjak Putra Mah
Lucas dan Peter menaiki kudanya masing berjalan paling depan. Di belakangnya ada kereta kuda kecil, lalu paling belakang ada dua ksatria Chester. Hari sudah petang dan mereka telah memasuki gerbang ibu kota. Perjalanan yang memakan waktu tiga hari tersebut tak terasa telah berakhir. Mereka berhasil membawa barang bukti dengan aman dan selamat. Hanya saja tidak berupa barang yang mereka bawa melainkan juga saksi. Saksi tersebut tak lain adalah Winna. Wanita itu telah menceritakan segalanya. Rupanya Winna dan Selir Helena adalah saudara tiri. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan mereka berdua. Siapa sangka jika Count Earnest memiliki anak dengan seorang pelayan. Mereka juga telah mendengar secara garis besar apa saja hal yang dilakukan Winna untuk Selir Helena. Tak menyangka bahwa kegilaan Selir Helena didapatkannya dari Count Earnest. Winna juga menceritakan bahwa ia diselamatkan oleh Pangeran Alaric yang merupakan keponakannya itu. Selama perawatan dari Pangeran Alaric, Winna perlahan
Peter bersama dua orang lainnya memasuki penginapan. Ia mengambil ruang paling besar yang terdapat dua ruang tidur. Masing-masing kamar berisi dua ranjang terpisah. Salah seorang ksatria pergi mencegat Lucas sedangkan yang lain memesan makanan. Peter sedang berada di kamarnya duduk terdiam dengan badan menyandar. Pikirannya melayang pada kejadian tadi. Tiba-tiba sekelebat bayangan terlintas dalam otaknya saat belati itu akan terlempar ke arahnya. Sebuah memori berputar acak yang membuatnya pusing. Namun, gambaran-gambaran tersebut sangat tak asing baginya. Beberapa hal pernah ia lihat dalam mimpinya. Hal itu membuat dadanya sesak dan nyeri. Tangan Peter terulur menyentuh dada kirinya merasakan detak jantungnya. Lucas memacu kudanya dengan sangat cepat sehingga dirinya dapat menyusul ayahnya yang telah berada di penginapan desa terdekat. Di gerbang salah seorang ksatria Chester sudah menunggunya. Usai makan bersama semua memasuki kamar untuk beristirahat tak terkecuali dirinya dan ayah
“Apa yang kau lakukan di sini?!” Lucas menatap tak percaya pada Alice. Seharusnya gadis itu sedang istirahat di kamarnya. Melihat sosoknya yang berjalan dengan kepala tertunduk membuat Lucas kesal. Alice ini benar-benar ceroboh. Dari mana datang pikirannya membuntuti mereka diam-diam begini. Beruntung sekelompok orang yang menghadang mereka tak menyadari kehadiran Alice. Kalau mereka tahu pasti orang itu akan melukai atau mungkin akan membunuhnya. Jika begitu, siapa yang bisa menolongnya karena Lucas atau bahkan seorang pun tak tahu tentang keberadaannya. “Ayah, maaf aku akan mengantar Alice kembali. Aku akan menyusul kalian secepatnya.” Tanpa menunggu jawaban dari sang ayah, Lucas langsung membawa pergi Alice. Kedua orang itu menaiki kudanya masing-masing. Peter hanya diam menatap kepergian putranya dan calon menantunya itu. Ia paham jika sekarang Lucas marah karena tunangannya diam-diam membuntuti mereka yang mana kepergian mereka ini sangat berbahaya. Baru saja mereka melewati ger
Lucas menjemput Alice ke kamar gadis itu dan mengajaknya pergi ke taman. Mereka berdua tengah menikmati pemandangan hamparan bunga yang bermekaran cantik di halaman tersebut. Alice yang sedang menikmati kue cokelatnya menggumam dengan puas. Melihat Alice yang sangat menikmati kegiatannya hari ini membuat Lucas jadi menatapnya dengan senang. Hari ini ia mengajak Alice bertemu karena dirinya ingin berpamitan dengan kekasihnya itu. Nanti malam ia dan ayahnya akan pergi ke tempat yang cukup jauh. Mungkin akan membutuhkan waktu hampir satu minggu untuk berangkat dan pulang. Maka dari itu, ia akan berpamitan pada Alice sekaligus memintanya untuk tetap berada di kediaman selama ia pergi. Tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, lebih baik mereka berjaga-jaga agar terhindar dari hal buruk. Istana saat ini sedang berduka akan kematian Putra Mahkota. Maka, selama satu minggu pusat kota akan libur berativitas untuk menunjukkan kesedihan mereka. Namun, berbeda dengan kubu rival Putra Mahkota,
Lucas berdiri menunggu kedatangan seseorang dengan dua orang ksatria Chester bersamanya. Mereka bertiga sedang duduk di atas pohon yang lebat daunnya sehingga bisa menyembunyikan diri mereka dengan baik. Bahkan pakaian mereka yang gelap semakin menyempurnakan persembunyian ketiga orang itu. Saat ini ketiga orang tersebut sedang menjalankan misi. Sesuai dengan yang dijanjikan di dalam surat Pangeran Alaric, Lucas saat ini berada di lokasi untuk menunggu. Lucas mengamati sebuh pintu kayu yang masih tertutup rapat itu. Itu adalah satu-satunya pintu masuk yang ada di sana. Lamanya ia mengamati dari atas pohon, akhirnya pintu itu terbuka. Seseorang memakai jubah bertudung warna hitam berjalan keluar dari pintu tersebut. Orang tersebut berhenti sejenak dan mengangkat tangannya membentuk sebuah kode yang ditangkap oleh Lucas. Dia pun melompat turun dan segera menghampirinya. “Yang Mulia …,” sapa Lucas dan orang itu mendongak menatapnya. “Apa kau sudah lama menunggu?” tanya orang tersebut. “
Di sebuah bangunan yang besar dipenuhi oleh orang-orang yang berpakaian hitam. Semua orang duduk berbaris rapi di sederet bangku panjang yang telah penuh itu. Beberapa menundukkan kepalanya dan sisanya menghadap ke depan menatap sesuatu di sana. Namun, ada kesamaan di antara mereka. Semua orang di sana memakai kain penutup mulut dan hidung karena bau busuk menguar membuat orang yang tidak tahan menciumnya akan muntah. Di ujung ruangan terdapat sebuah kotak kayu yang panjang dengan karangan bunga menghiasi di sekitarnya sekaligus menghalau bau busuk tersebut. Di sana ada seseorang tengah terbaring kaku dengan wajah pucat dan badan yang dingin. Pada bangku paling depan terdengar isak tangis seorang wanita. Wanita tersebut tak lain adalah Ratu Camellia. Sedangkan yang tengah ditangisinya adalah Putra Mahkota Albert. Pria tersebut semalam dinyatakan meninggal akibat penyakitnya yang rupanya semakin hari parah dan merusak organ tubuhnya. Tubuhnya menghitam dan membusuk membuat semua orang t