Mendengar penjelasan Alice membuat Anna dan Lucas terkejut. Rupanya cara Winna memberi racun tidak hanya sebatas melalui makanan tapi menyebarkannya di tempat yang biasa Anna habiskan waktu. Entah racun yang digunakan jenis sama atau berbeda mereka tidak mengetahuinya, namun yang pasti racun saat ini terbilang bukanlah bahan berbahaya. Itu bisa dikonsumsi dengan pengolahan yang tepat jika salah bisa membahayakan bagi ibu hamil. Beruntung keberadaan Alice serta alergi yang dimilikinya membantu Anna dan Lucas mengetahuinya. Jika mereka terlambat tidak tahu entah bagaimana ke depannya. “Terimakasih Alice. Berkatmu aku jadi mengetahuinya karena ketidaktahuanku bayiku hampir terbunuh.” Anna menatap Alice dengan perasaan syukur yang teramat besar. Andai Alice tidak di sini bisa dipastikan dirinya akan kembali kehilangan calon bayinya. Alice pun tersenyum. Ia bahagia dirinya berhasil mencegah hal buruk yang akan terjadi. Sementara itu Lucas masih diam. Meski begitu ia benar-benar bersyukur
Memasuki musim gugur kediaman Chester disambut dengan kehebohan akan kelahiran anggota keluarga baru oleh sang Duchess. Beberapa pelayan nampak berlarian keluar masuk membawa baskom air secara bergantian. Di dalam kamar Anna tengah berbaring dengan wajah pucat dan berkeringat. Seorang dokter yang dibantu dua orang perawat kini sedang membantu persalinannya. Peter berada di samping istrinya menggenggam tangan Anna untuk memberikan dukungan. “Nyonya, kepalanya sudah terlihat. Ayo dorong lebih kuat lagi!” seru dokter tersebut. Anna yang mendengar seruan dokter itu dengan napas sedikit terengah-engah mengumpulkan kekuatannya untuk mendorong bayinya keluar. Tangannya tanpa sadar mencakar lengan suaminya yang membuat Peter meringis. Meski begitu, Peter tak keberatan apalagi melihat wajah kesakitan istrinya membuat dirinya tak tahan untuk menangis. Ini sudah kedua kalinya ia menemani persalinan istrinya. “Sayang, ayo dorong lebih kuat,” ucap Peter yang sedang menyemangati istrinya itu. Ses
Winna menggigit jarinya dengan resah. Melihat berbagai tumpukan hadiah yang dikirimkan oleh para bangsawan atas kelahiran anggota baru Chester. Dia sekali lagi gagal. Entah apa alasannya padahal dia sudah melakukan seperti yang disuruh. Racun sudah ia teteskan ke dalam minuman lalu menyebarnya di berbagai titik yang dekat dengan tempat duduk Duchess di ruang kaca. Tetapi, mengapa ia masih bisa selamat melahirkan anaknya? Winna kembali mengingat tiba-tiba ruang kaca yang biasa digunakan Duchess untuk bersantai terbakar. Ada yang mengatakan dedaunan kering yang ada di sekitar halaman dekat ruangan itu terbakar karena cuaca panas yang akhirnya merembet hingga ke dalam ruang tersebut. Beruntungnya apr itu belum membesar dan seorang pelayan yang mengetahuinya langsung berteriak memberitahu tentang kebakaran itu. Sempat terpikirkan apakah itu kebakaran yang disengaja karena dirinya sudah ketahuan ingin meracuni sang Duchess. Mereka mencoba menghilangkan racun tersebut dengan membakarnya. Na
Max menggenggam tangan Alice yang kini sedang terbaring di salah satu kamar milik Chester. Beberapa waktu yang lalu batuk adiknya semakin parah hingga ia kesulitan bernapas. Dirinya panik dan kalut melihat pemandangan adiknya yang begitu kesakitan. Max hampir saja teriak meminta dipanggilkan dokter untuk adiknya hingga dirinya merasakan tarikan dari Alice. Entah keberuntungan atau kemalangan adiknya membawa obatnya sendiri. Dengan bantuan Lucas yang berada di sana ia menuntun adiknya ke ruang sebelah. Setelah meminum obatnya tak berapa lama kondisi adiknya membaik hanya saja ia terlihat lemas sehingga Alice jatuh tertidur tak lama kemudian.Lucas menyiapkan kamar yang lebih nyaman untuk Alice. Kini sudah hampir dua jam berlalu adiknya tertidur. Tadi Duke dan Duchess Chester datang melihat keadaan adiknya. Terlihat jelas wajah mereka yang panik apalagi Duchess Chester nampak begitu ketakutan. Lalu, tak lama mereka keluar meninggalkannya berdua dengan adiknya. Tak tahu apa yang terjadi,
Suara derap kuda yang menapak pada tanah mengiringi kepergian Peter dan Lucas. Baru saja dua orang laki-laki berbeda generasi itu mengantarkan Anna dan Estelle ke kediaman Leonardo. Sesuai keputusan kemarin Anna dan Estelle akan tinggal bersama pasangan Leonardo untuk sementara waktu. Sedangkan Lucas akan menemani ayahnya di kediaman Chester. Sesampainya di duchy mereka berdua sama-sama menuju ruang kerja milik Peter. Semalam Peter tidur di ruang kerjanya sedangkan Anna di kamar milik Estelle yang sudah disiapkan, namun belum ditempati. Kamar pemimpin duchy sudah Peter minta pada Sebastian untuk dibersihkan saat malam dibantu oleh Matthew dan beberapa ksatria. Semua dilakukan secara diam-diam agar Winna tak mengetahuinya. Matthew melampirkan berkas di hadapan Peter yang saat ini telah duduk di tempatnya. Lucas sendiri hanya menonton dua orang itu dari sofa yang tak jauh dari tempat mereka berada. Matthew yang peka bahkan sudah menyiapkan salinan berkas yang sama diberikan pada Peter
Winna memasuki kamarnya dengan kepala yang menunduk dalam. Tadi barusan ia menyelinap keluar untuk menemui seseorang. Orang itu tak lain wanita yang telah menyuruhnya selama ini. Seperti biasa pertemuannya selalu diisi dengan cacian dan emosi dari wanita itu. Namun, berbeda dengan sebelumnya wanita itu bahkan kini menamparnya saking tak dapat menahan emosinya. Winna tentu saja terkejut karena baru kali ini wanita itu turun tangan untuk memukulnya. Selama ini dirinya menerima banyak kekerasan di masa lalu lewat orang lain dimana mereka secara tidak langsung disuruh olehnya. Kini tangan wanita itu menghampiri wajahnya. Tak hanya sekali, berkali-kali ia menamparnya hingga pipinya lecet dan sudut mulutnya terluka karena gesekan dengan giginya. Sudah beberapa tahun berlalu dirinya tak pernah menerima pukulan kini dapat ia rasakan kembali dan itu entah mengapa membuatnya memicu amarah dalam hatinya. Dulu ia tak berdaya dan merasa dirinya pantas menerimanya, namun sekarang pikirannya berbeda
Sudah beberapa hari lewat semenjak kepergian Anna dan Estelle. Winna baru mengetahuinya kemarin jika Nyonya Chester dan Nona Muda sedang berkunjung ke kediaman Leonardo dan berencana akan tinggal di sana untuk sementara. Jadi di kediaman Chester tinggalah Peter dan Lucas. Entah mengapa mengetahui sang Duchess sedang tidak ada bayangan-bayangan tentang dirinya di posisi Nyonya rumah ini semakin menjadi. Ia jadi teringat dengan salah satu misinya dimana ia menjebak Peter agar dapat tidur dengannya untuk menciptakan masalah di antara pasangan Chester itu. Winna jadi berpikir jika ia ingin mencoba merayu Peter. Lagipula ia sedikit lebih muda dari Anna dan jika dirinya mau Winna bisa berdandan untuk menunjukan penampilannya yang tak kalah memukau.Setelah berbagai pemikiran itulah Winna memutuskan untuk mencoba menggoda Peter. Langkah pertama yang diambil adalah mencari jadwal dan tempat mana saja yang sering dikunjungi. Ia berencana untuk sesering mungkin memperlihatkan dirinya di sekitar
Kening Peter mengerut untuk kesekian kalinya saat tak sengaja melihat Winna. Dalam satu hari sudah hampir lima kali ia bertemu wanita itu. Perkataan Lucas tempo lalu memang benar. Wanita yang menjadi pelayan di kediamannya ini tengah mencoba menggodanya. Terlihat dari dandanannya dan tingkah lakunya yang ingin mengundangnya. Benar-benar tidak malu. “Merusak pemandangan saja,” batin Peter.Peter hanya berlalu begitu saja mengabaikan keberadaan Winna. Meski wanita itu berusaha tampil mencolok bahkan membuang rasa malunya ia memberanikan diri untuk berada lebih dekat dengannya. Peter tak peduli. Dia masih waras. Jika ada yang sampai tergoda berarti pikiran orang itu sedang tak baik-baik saja. Hari ini dia melonggarkan waktunya untuk datang ke kediaman Leonardo. Tempat Anna dan putrinya berada. Sudah hampir pertengahan bulan dirinya tak bertemu dan rindunya sudah memuncak. Apalagi berpisah dengan putri kecilnya yang usianya belum genap satu bulan itu. Putranya —Lucas— sudah pergi duluan k
Setelah penangkapan Selir Helena dan bansgawan lain, maka keesokan harinya mereka langsung diadili. Raja Eron bahkan mengumumkan akan mengadakan pengadilan terbuka dan meminta rakyat Diedrich untuk menghadirinya. Maka, keesokan harinya tribun telah dipenuhi oleh rakyat Diedrich. Mereka dengan patuh duduk dan dibantu oleh ksatria penjaga mengawasi agar tak terjadi kericuhan. Namun, mereka mulai berisik saat para tahanan memasuki lapangan. Mereka menyorakinya dan melemparinya dengan kata-kata kasar.Peter bersama Lucas membawakan semua bukti kejahatan semuanya termasuk Selir Helena. Bahkan menghadirkan Winna sebagai saksi kejahatan Selir Helena selama ini. Rakyat Diedrich terkejut saat mengetahui bahwa ibu dari Pangeran Alaric memiliki saudara tiri yang lahir dari seorang pelayan. Yang lebih membuat mereka terkejut adalah rupanya Selir Helena ini sejak awal adalah orang yang jahat. Wanita itu memanfaatkan saudara tirinya dengan mengirimnya ke Chester untuk mengendalikannya. Dia berencan
“Selamat tinggal, Yang Mulia!” Usai meminumkan racun itu pada Raja Eron, Selir Helena berbalik dan melangkah keluar dengan wajah yang puas. Tinggal menunggu waktu kematian suaminya itu, setelah itu semua akan menjadi miliknya.Saat ia akan membuka pintu tiba-tiba saja pintu dibuka oleh seseorang. Kedua mata Selir Helena melebar saat melihat putranya, Pangeran Alaric berada di hadapannya. Bukan hanya ia terkejut melihat kehadiran putranya, namun adanya rombongan ksatria kerajaan di balik punggung putranya. Firasat buruk muncul dalam hatinya.“Apa yang ka—” ucapan Selir Helena terputus oleh suar Pangeran Alaric.“Periksa keadaan Yang Mulia sekarang!” perintah Pangeran Alaric pada dokter yang selalu merawat Raja Eron.Dokter tersebut langsung mengangguk dan masuk begitu saja diikuti oleh dua orang perawat melewati Selir Helena seolah-olah wanita itu tidak ada. Wajah Selir Helena pun menjadi kaku. Raja Eron baru saja meminum racun miliknya yang pasti racun itu sudah mulai bereaksi. Namun,
Ratu Camellia yang sedang menjalani pengurungan di istananya tengah menikmati secangkir teh di balkon kamarnya. Sudah hampir sepuluh hari dia berada di kamarnya terus hingga merasa bosan. Sehari-hari yang ia lakukan hanyalah menikmati pemandangan dengan menyesap teh kesukaannya, membaca buku yang ia minta pelayannya untuk mengambilkannya di perpustakaan, lalu menyulam sesuatu untuk cucunya. Ia tak ambil pusing dengan nasib hidupnya karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan berakhir selamat atau bebas. Ratu Camellia yakin bahwa Selir Helena akan menjatuhinya hukuman yang mana hukuman tersebut akan membuatnya tak dapat di istana. Wanita tersebut pasti sangat menikmati situasi yang sedang menguntungkannya saat ini. Pasti di setiap malamnya sekarang Selir Helena tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah. Ratu Camellia tak khawatir tentang nasibnya. Ia memikirkan bagaimana dengan menantu dan cucunya serta suaminya yang belum kunjung sadar. Kekuatan istana sedang tak seimbang semenjak Putra Mah
Lucas dan Peter menaiki kudanya masing berjalan paling depan. Di belakangnya ada kereta kuda kecil, lalu paling belakang ada dua ksatria Chester. Hari sudah petang dan mereka telah memasuki gerbang ibu kota. Perjalanan yang memakan waktu tiga hari tersebut tak terasa telah berakhir. Mereka berhasil membawa barang bukti dengan aman dan selamat. Hanya saja tidak berupa barang yang mereka bawa melainkan juga saksi. Saksi tersebut tak lain adalah Winna. Wanita itu telah menceritakan segalanya. Rupanya Winna dan Selir Helena adalah saudara tiri. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan mereka berdua. Siapa sangka jika Count Earnest memiliki anak dengan seorang pelayan. Mereka juga telah mendengar secara garis besar apa saja hal yang dilakukan Winna untuk Selir Helena. Tak menyangka bahwa kegilaan Selir Helena didapatkannya dari Count Earnest. Winna juga menceritakan bahwa ia diselamatkan oleh Pangeran Alaric yang merupakan keponakannya itu. Selama perawatan dari Pangeran Alaric, Winna perlahan
Peter bersama dua orang lainnya memasuki penginapan. Ia mengambil ruang paling besar yang terdapat dua ruang tidur. Masing-masing kamar berisi dua ranjang terpisah. Salah seorang ksatria pergi mencegat Lucas sedangkan yang lain memesan makanan. Peter sedang berada di kamarnya duduk terdiam dengan badan menyandar. Pikirannya melayang pada kejadian tadi. Tiba-tiba sekelebat bayangan terlintas dalam otaknya saat belati itu akan terlempar ke arahnya. Sebuah memori berputar acak yang membuatnya pusing. Namun, gambaran-gambaran tersebut sangat tak asing baginya. Beberapa hal pernah ia lihat dalam mimpinya. Hal itu membuat dadanya sesak dan nyeri. Tangan Peter terulur menyentuh dada kirinya merasakan detak jantungnya. Lucas memacu kudanya dengan sangat cepat sehingga dirinya dapat menyusul ayahnya yang telah berada di penginapan desa terdekat. Di gerbang salah seorang ksatria Chester sudah menunggunya. Usai makan bersama semua memasuki kamar untuk beristirahat tak terkecuali dirinya dan ayah
“Apa yang kau lakukan di sini?!” Lucas menatap tak percaya pada Alice. Seharusnya gadis itu sedang istirahat di kamarnya. Melihat sosoknya yang berjalan dengan kepala tertunduk membuat Lucas kesal. Alice ini benar-benar ceroboh. Dari mana datang pikirannya membuntuti mereka diam-diam begini. Beruntung sekelompok orang yang menghadang mereka tak menyadari kehadiran Alice. Kalau mereka tahu pasti orang itu akan melukai atau mungkin akan membunuhnya. Jika begitu, siapa yang bisa menolongnya karena Lucas atau bahkan seorang pun tak tahu tentang keberadaannya. “Ayah, maaf aku akan mengantar Alice kembali. Aku akan menyusul kalian secepatnya.” Tanpa menunggu jawaban dari sang ayah, Lucas langsung membawa pergi Alice. Kedua orang itu menaiki kudanya masing-masing. Peter hanya diam menatap kepergian putranya dan calon menantunya itu. Ia paham jika sekarang Lucas marah karena tunangannya diam-diam membuntuti mereka yang mana kepergian mereka ini sangat berbahaya. Baru saja mereka melewati ger
Lucas menjemput Alice ke kamar gadis itu dan mengajaknya pergi ke taman. Mereka berdua tengah menikmati pemandangan hamparan bunga yang bermekaran cantik di halaman tersebut. Alice yang sedang menikmati kue cokelatnya menggumam dengan puas. Melihat Alice yang sangat menikmati kegiatannya hari ini membuat Lucas jadi menatapnya dengan senang. Hari ini ia mengajak Alice bertemu karena dirinya ingin berpamitan dengan kekasihnya itu. Nanti malam ia dan ayahnya akan pergi ke tempat yang cukup jauh. Mungkin akan membutuhkan waktu hampir satu minggu untuk berangkat dan pulang. Maka dari itu, ia akan berpamitan pada Alice sekaligus memintanya untuk tetap berada di kediaman selama ia pergi. Tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, lebih baik mereka berjaga-jaga agar terhindar dari hal buruk. Istana saat ini sedang berduka akan kematian Putra Mahkota. Maka, selama satu minggu pusat kota akan libur berativitas untuk menunjukkan kesedihan mereka. Namun, berbeda dengan kubu rival Putra Mahkota,
Lucas berdiri menunggu kedatangan seseorang dengan dua orang ksatria Chester bersamanya. Mereka bertiga sedang duduk di atas pohon yang lebat daunnya sehingga bisa menyembunyikan diri mereka dengan baik. Bahkan pakaian mereka yang gelap semakin menyempurnakan persembunyian ketiga orang itu. Saat ini ketiga orang tersebut sedang menjalankan misi. Sesuai dengan yang dijanjikan di dalam surat Pangeran Alaric, Lucas saat ini berada di lokasi untuk menunggu. Lucas mengamati sebuh pintu kayu yang masih tertutup rapat itu. Itu adalah satu-satunya pintu masuk yang ada di sana. Lamanya ia mengamati dari atas pohon, akhirnya pintu itu terbuka. Seseorang memakai jubah bertudung warna hitam berjalan keluar dari pintu tersebut. Orang tersebut berhenti sejenak dan mengangkat tangannya membentuk sebuah kode yang ditangkap oleh Lucas. Dia pun melompat turun dan segera menghampirinya. “Yang Mulia …,” sapa Lucas dan orang itu mendongak menatapnya. “Apa kau sudah lama menunggu?” tanya orang tersebut. “
Di sebuah bangunan yang besar dipenuhi oleh orang-orang yang berpakaian hitam. Semua orang duduk berbaris rapi di sederet bangku panjang yang telah penuh itu. Beberapa menundukkan kepalanya dan sisanya menghadap ke depan menatap sesuatu di sana. Namun, ada kesamaan di antara mereka. Semua orang di sana memakai kain penutup mulut dan hidung karena bau busuk menguar membuat orang yang tidak tahan menciumnya akan muntah. Di ujung ruangan terdapat sebuah kotak kayu yang panjang dengan karangan bunga menghiasi di sekitarnya sekaligus menghalau bau busuk tersebut. Di sana ada seseorang tengah terbaring kaku dengan wajah pucat dan badan yang dingin. Pada bangku paling depan terdengar isak tangis seorang wanita. Wanita tersebut tak lain adalah Ratu Camellia. Sedangkan yang tengah ditangisinya adalah Putra Mahkota Albert. Pria tersebut semalam dinyatakan meninggal akibat penyakitnya yang rupanya semakin hari parah dan merusak organ tubuhnya. Tubuhnya menghitam dan membusuk membuat semua orang t