Sekembalinya Lucas ia langsung menuju kamar masih dengan diikuti oleh Julian. Perasaan amarah ketika mendengar secara langsung seserang tengah berencana meracuni ibunya bahkan di saat hamil. Tangannya mengepal kuat hingga tak sadar kukunya menusuk ke dalam kulit. Julian memanggil Lucas mencoba menyadarkannya.“Apa tidak sebaiknya kita beritahukan hal ini pada tuan Duke?” saran Julian yang sesungguhnya tengah dipikirkan oleh Lucas. Julian sejujurnya juga merasa marah. Ini pertama kalinya ia mendengar hal-hal buruk yang tujukan pada keluarga Chester tempat dirinya mengabdi. Yang tidak ia habis pikir apa alasannya hingga dengan tega mereka melakukan hal itu. Hal apa yang harus membuat Chester menerima hal ini.“Kau ingat perkataan orang tadi? Katanya ia mengirimkan sesuatu untuk ibuku.” Lucas teringat tentang perkataan orang tadi. Ia tidak tahu apa kegunaanya tapi yang pasti itu bukanlah hal yang baik. “Cari tahu siapa saja orang-orang yang mengirim hadiah pada ibuku. Orang itu pasti mem
Lucas membaca kertas berisi informasi orang-orang yang mengirimkan hadiah untuk ibunya. Hampir semua bangsawan mengirimkan hadiah. Dari daftar nama bangsawan tersebut tercantum pula informasi hadiahnya. Kebanyakannya berupa perhiasan seperti permata atau berlian. Hanya saja Lucas tidak bisa menduga atau mengira-ngira siapa orang dan apa hadiahnya.“Apakah dari daftar ini ada bangsawan yang pernah berselisih dengan Chester?” tanya Lucas pada Julian.“Saya rasa Chester atau bahkan Nyonya Duchess tidak pernah menyinggung orang. Bahkan sebelum menikah dengan Tuan Duke beliau memiliki reputasi yang baik. Adapun jika motifnya cemburu atau iri, memilih meracuni orang saya rasa itu tindakan yang berlebihan.”Lucas terdiam mendengarkan jawaban Julian yang dalam hatinya ia setujui. Ibunya adalah sosok yang rendah hati dan baik pada semua orang. Ia tidak pandang bulu dalam memperlakukan orang-orang di sekitarnya. Dan benar perkataan Julian jika orang ini melakukan hal ekstrim seperti meracuni ha
Paginya Lucas bangun dengan perasaan lebih ringan. Mungkin semalam pembicarannya dengan ayahnya membuat salah satu bebannya terangkat sedikit. Setelah membagikan hal yang selalu membuatnya pusing memikirkannya kini ia sudah tak merasakannya. Memang benar pekerjaan terasa lebih ringan jika dikerjakan berdua daripada seorang. Setelah sarapan yang menyenangkan dengan kedua orangtuanya, Lucas menjalani jadwalnya seperti sebelum-sebelumnya. Jadwalnya selesai ketika menjelang sore, seperti biasa ia akan pergi menuju ruang kaca tempat ibunya berada. Di sana ia bisa melihat ibunya yang sedang merajut sesuatu. “Apa ibu sedang membuatkan sesuatu untuk adik?” tanya Lucas seraya mengambil tempat duduk di samping ibunya. Anna mendongak sejenak berhenti melihat kedatangan anaknya. Ia tersenyum lalu menjawab, “ya, ibu sedang membuatkan selimut untuknya. Perkiraan ia akan lahir di akhir musim gugur jadi pasti udaranya terasa dingin untuknya. Jadi dengan adanya selimut ini membantu tubuhnya untuk te
Dentingan gelas terdengar diselingi suara tawa. Ruangan yang terlihat megah dan mewah itu dihiasi dengan kain-kain yang terlihat mengkilap saat cahaya lampu jatuh mengenainya. Pada langit-langit tergantunglah lampu kristal yang menambahkan kesan mewah dalam ruangan tersebut. Pada setiap sudutnya tertata makanan dan minuman berbagai jenis yang dibuat oleh koki ahli yang telah berpengalaman hampir separuh abad. Nampak banyak orang berseragam pelayan membawakan berbagai hidangan untuk menjamu para tamu. Hari ini adalah pesta perayaan ulang tahun putra mahkota Albert serta menyambut debutnya di lingkungan sosial. Dengan begini putra mahkota Albert sudah dapat membantu tugas Raja Eron sebagai perwakilannya. Dirinya juga sudah dapat mengikuti rapat yang dipimpin oleh Raja. Setelah Raja Eron memberikan pidatonya yang berisi ucapan selamat serta dukungan secara langsung bagi putra mahkota Albert sebagai penerus penguasa kerajaan selanjutnya. Semua orang nampak berbaur mengelilingi Albert. B
Anna membungkuk memberi salam pada Ratu Camellia. “Salam saya Yang Mulia Ratu Camellia. Maaf atas keterlambatan salam saya.”Ratu Camellia mengangguk tersenyum menerima salam dari sang Duchess Chester. Ia meminta Anna duduk di sampingnya yang langsung saja nyonya bangsawan yang berada di dekatnya menyingkir dengan hati dongkol. Mau bagaimana lagi jika itu permintaan Ratu ia tak dapat menolak. Apalagi ada Duchess yang sedang hamil jika ia tak mau memberi kursinya bisa habis ia dikritik oleh seluruh orang.“Bagaimana kabarmu? Sekarang aku bisa melihat kehamailanmu dengan jelas,” ucap Camellia sambil sembari melirik ke arah perut Anna.“Berkat doa dan hadiah dari Anda saya baik-baik saja Yang Mulia. Sekali lagi terimakasih atas hadiahnya yang sangat berharga,” jawab Anna dengan tersenyum.Perbincangan diantara dua wanita yang cukup berpengaruh dalam kerajaan tersebut mengalir dengan ringan. Sesekali nyonya bangsawan lain ikut menimpali. Berawal dari mereka membicarakan topik kehamilan An
Malam semakin kelam cahaya bulan semakin terang. Terlihat kereta para bangsawan telah meninggalkan halaman istana menandai pesta telah usai. Para pelayan sibuk membereskan sisa pesta berlalu-lalang sepanjang lorong. Sementara para anggota kerajaan telah kembali ke kediaman masing-masing tak terkecuali Pangeran Alaric. Laki-laki itu melangkahkan kakinya sepanjang lorong dengan lampu gantung yang ia bawa sendiri. Tadi di tengah pesta seorang pelayan mendatanginya dan berbisik untuk mengunjungi kamar ibunya. Suara ketukan pintu terdengar pelan berasal dari Pangeran Alaric. Tak lama pintu terbuka ia melihat wajah familiar yang selalu berada di samping ibunya itu. “Yang Mulia sudah menunggu Pangeran,” ucapnya yang langsung mempersilakan masuk dan dia melangkah keluar membiarkan ibu dan anak itu mendapat waktu pribadi. “Kemarilah, anakku.” Terdengar suara yang memanggil Pangeran Alaric untuk mendekat. Dengan langkah ringan ia berjalan lalu bersimpuh meletakkan tangannya ke pangkuan sang i
Suara ketukan pintu terdengar membuyarkan pikiran Lucas begitu pula Anna yang sedari tadi menunggu jawaban keluar dari mulut anaknya. Seseorang masuk dan memberitahu bahwa Marchioness Alia —ibu Anna— telah datang bersama suaminya —Marquess Abel. Anna yang tadi sempat kesal pembicaraannya terinterupsi langsung berubah senang mendapati kedua orangtuanya telah datang. Ia langsung berdiri mengajak Lucas untuk menyambut mereka. Lucas mengikuti ibunya dengan hati yang lega. Tadi ia cukup tertekan dan bingung untuj menjawab pertanyaan ibunya. Berkat kedatangan kakek dan neneknya sejenak membuat ibunya lupa dengan topik pembicaraan mereka.Marchioness Alia langsung memeluk putrinya lalu mengusap perut buncit Anna. Ia tersenyum dengan ekspresi haru dan bahagia pada wajahnya. Marquess Abel pun juga memeluk anaknya dan mendaratkan ciuman pada kening sang putri. Pasangan Leonardo itu baru bisa datang berkunjung semenjak kehamilan Anna diumumkan. Mereka ingin datang langsung tetapi saat itu Marchi
Winna berjalan dengan terburu-buru. Ia memasuki kamarnya dengan napas terengah-engah. Jantungnya berdebar kencang tangannya gemetar. Diulurkannya tangan ke dalam saku seragamnya mengambil botol kecil yang selalu dibawanya setiap hari. Baru saja ia memakai cairan dalam botol tersebut. Cairan yang diklaim racun untuk membuat penderita merasakan tubuhnya lemah secara bertahap dan juga sulit untuk mendeteksinya.“Akhirnya …,” gumamnya dengan mata terpejam seraya tangan menggenggam erat botol itu.Hari ini keberuntungan berpihak padanya. Berkat kedatangan kedua orangtua Duchess Chester, ia memiliki kesempatan untuk menyajikan teh pada tamu. Dengan gerak cepat ia meneteskan racun itu dalam cangkir sang Duchess dan tepat saat ia menyimpan botol dalam sakunya datanglah mereka berempat. Setelah keluar dari ruangan ia bergegas kembali untuk meredakan debaran pada jantungnya.Hatinya benar-benar lega setelah berhasil menunaikan tugasnya. Selama ini ia sangat frustasi karena tak ada kesempatan un
Setelah penangkapan Selir Helena dan bansgawan lain, maka keesokan harinya mereka langsung diadili. Raja Eron bahkan mengumumkan akan mengadakan pengadilan terbuka dan meminta rakyat Diedrich untuk menghadirinya. Maka, keesokan harinya tribun telah dipenuhi oleh rakyat Diedrich. Mereka dengan patuh duduk dan dibantu oleh ksatria penjaga mengawasi agar tak terjadi kericuhan. Namun, mereka mulai berisik saat para tahanan memasuki lapangan. Mereka menyorakinya dan melemparinya dengan kata-kata kasar.Peter bersama Lucas membawakan semua bukti kejahatan semuanya termasuk Selir Helena. Bahkan menghadirkan Winna sebagai saksi kejahatan Selir Helena selama ini. Rakyat Diedrich terkejut saat mengetahui bahwa ibu dari Pangeran Alaric memiliki saudara tiri yang lahir dari seorang pelayan. Yang lebih membuat mereka terkejut adalah rupanya Selir Helena ini sejak awal adalah orang yang jahat. Wanita itu memanfaatkan saudara tirinya dengan mengirimnya ke Chester untuk mengendalikannya. Dia berencan
“Selamat tinggal, Yang Mulia!” Usai meminumkan racun itu pada Raja Eron, Selir Helena berbalik dan melangkah keluar dengan wajah yang puas. Tinggal menunggu waktu kematian suaminya itu, setelah itu semua akan menjadi miliknya.Saat ia akan membuka pintu tiba-tiba saja pintu dibuka oleh seseorang. Kedua mata Selir Helena melebar saat melihat putranya, Pangeran Alaric berada di hadapannya. Bukan hanya ia terkejut melihat kehadiran putranya, namun adanya rombongan ksatria kerajaan di balik punggung putranya. Firasat buruk muncul dalam hatinya.“Apa yang ka—” ucapan Selir Helena terputus oleh suar Pangeran Alaric.“Periksa keadaan Yang Mulia sekarang!” perintah Pangeran Alaric pada dokter yang selalu merawat Raja Eron.Dokter tersebut langsung mengangguk dan masuk begitu saja diikuti oleh dua orang perawat melewati Selir Helena seolah-olah wanita itu tidak ada. Wajah Selir Helena pun menjadi kaku. Raja Eron baru saja meminum racun miliknya yang pasti racun itu sudah mulai bereaksi. Namun,
Ratu Camellia yang sedang menjalani pengurungan di istananya tengah menikmati secangkir teh di balkon kamarnya. Sudah hampir sepuluh hari dia berada di kamarnya terus hingga merasa bosan. Sehari-hari yang ia lakukan hanyalah menikmati pemandangan dengan menyesap teh kesukaannya, membaca buku yang ia minta pelayannya untuk mengambilkannya di perpustakaan, lalu menyulam sesuatu untuk cucunya. Ia tak ambil pusing dengan nasib hidupnya karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan berakhir selamat atau bebas. Ratu Camellia yakin bahwa Selir Helena akan menjatuhinya hukuman yang mana hukuman tersebut akan membuatnya tak dapat di istana. Wanita tersebut pasti sangat menikmati situasi yang sedang menguntungkannya saat ini. Pasti di setiap malamnya sekarang Selir Helena tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah. Ratu Camellia tak khawatir tentang nasibnya. Ia memikirkan bagaimana dengan menantu dan cucunya serta suaminya yang belum kunjung sadar. Kekuatan istana sedang tak seimbang semenjak Putra Mah
Lucas dan Peter menaiki kudanya masing berjalan paling depan. Di belakangnya ada kereta kuda kecil, lalu paling belakang ada dua ksatria Chester. Hari sudah petang dan mereka telah memasuki gerbang ibu kota. Perjalanan yang memakan waktu tiga hari tersebut tak terasa telah berakhir. Mereka berhasil membawa barang bukti dengan aman dan selamat. Hanya saja tidak berupa barang yang mereka bawa melainkan juga saksi. Saksi tersebut tak lain adalah Winna. Wanita itu telah menceritakan segalanya. Rupanya Winna dan Selir Helena adalah saudara tiri. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan mereka berdua. Siapa sangka jika Count Earnest memiliki anak dengan seorang pelayan. Mereka juga telah mendengar secara garis besar apa saja hal yang dilakukan Winna untuk Selir Helena. Tak menyangka bahwa kegilaan Selir Helena didapatkannya dari Count Earnest. Winna juga menceritakan bahwa ia diselamatkan oleh Pangeran Alaric yang merupakan keponakannya itu. Selama perawatan dari Pangeran Alaric, Winna perlahan
Peter bersama dua orang lainnya memasuki penginapan. Ia mengambil ruang paling besar yang terdapat dua ruang tidur. Masing-masing kamar berisi dua ranjang terpisah. Salah seorang ksatria pergi mencegat Lucas sedangkan yang lain memesan makanan. Peter sedang berada di kamarnya duduk terdiam dengan badan menyandar. Pikirannya melayang pada kejadian tadi. Tiba-tiba sekelebat bayangan terlintas dalam otaknya saat belati itu akan terlempar ke arahnya. Sebuah memori berputar acak yang membuatnya pusing. Namun, gambaran-gambaran tersebut sangat tak asing baginya. Beberapa hal pernah ia lihat dalam mimpinya. Hal itu membuat dadanya sesak dan nyeri. Tangan Peter terulur menyentuh dada kirinya merasakan detak jantungnya. Lucas memacu kudanya dengan sangat cepat sehingga dirinya dapat menyusul ayahnya yang telah berada di penginapan desa terdekat. Di gerbang salah seorang ksatria Chester sudah menunggunya. Usai makan bersama semua memasuki kamar untuk beristirahat tak terkecuali dirinya dan ayah
“Apa yang kau lakukan di sini?!” Lucas menatap tak percaya pada Alice. Seharusnya gadis itu sedang istirahat di kamarnya. Melihat sosoknya yang berjalan dengan kepala tertunduk membuat Lucas kesal. Alice ini benar-benar ceroboh. Dari mana datang pikirannya membuntuti mereka diam-diam begini. Beruntung sekelompok orang yang menghadang mereka tak menyadari kehadiran Alice. Kalau mereka tahu pasti orang itu akan melukai atau mungkin akan membunuhnya. Jika begitu, siapa yang bisa menolongnya karena Lucas atau bahkan seorang pun tak tahu tentang keberadaannya. “Ayah, maaf aku akan mengantar Alice kembali. Aku akan menyusul kalian secepatnya.” Tanpa menunggu jawaban dari sang ayah, Lucas langsung membawa pergi Alice. Kedua orang itu menaiki kudanya masing-masing. Peter hanya diam menatap kepergian putranya dan calon menantunya itu. Ia paham jika sekarang Lucas marah karena tunangannya diam-diam membuntuti mereka yang mana kepergian mereka ini sangat berbahaya. Baru saja mereka melewati ger
Lucas menjemput Alice ke kamar gadis itu dan mengajaknya pergi ke taman. Mereka berdua tengah menikmati pemandangan hamparan bunga yang bermekaran cantik di halaman tersebut. Alice yang sedang menikmati kue cokelatnya menggumam dengan puas. Melihat Alice yang sangat menikmati kegiatannya hari ini membuat Lucas jadi menatapnya dengan senang. Hari ini ia mengajak Alice bertemu karena dirinya ingin berpamitan dengan kekasihnya itu. Nanti malam ia dan ayahnya akan pergi ke tempat yang cukup jauh. Mungkin akan membutuhkan waktu hampir satu minggu untuk berangkat dan pulang. Maka dari itu, ia akan berpamitan pada Alice sekaligus memintanya untuk tetap berada di kediaman selama ia pergi. Tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, lebih baik mereka berjaga-jaga agar terhindar dari hal buruk. Istana saat ini sedang berduka akan kematian Putra Mahkota. Maka, selama satu minggu pusat kota akan libur berativitas untuk menunjukkan kesedihan mereka. Namun, berbeda dengan kubu rival Putra Mahkota,
Lucas berdiri menunggu kedatangan seseorang dengan dua orang ksatria Chester bersamanya. Mereka bertiga sedang duduk di atas pohon yang lebat daunnya sehingga bisa menyembunyikan diri mereka dengan baik. Bahkan pakaian mereka yang gelap semakin menyempurnakan persembunyian ketiga orang itu. Saat ini ketiga orang tersebut sedang menjalankan misi. Sesuai dengan yang dijanjikan di dalam surat Pangeran Alaric, Lucas saat ini berada di lokasi untuk menunggu. Lucas mengamati sebuh pintu kayu yang masih tertutup rapat itu. Itu adalah satu-satunya pintu masuk yang ada di sana. Lamanya ia mengamati dari atas pohon, akhirnya pintu itu terbuka. Seseorang memakai jubah bertudung warna hitam berjalan keluar dari pintu tersebut. Orang tersebut berhenti sejenak dan mengangkat tangannya membentuk sebuah kode yang ditangkap oleh Lucas. Dia pun melompat turun dan segera menghampirinya. “Yang Mulia …,” sapa Lucas dan orang itu mendongak menatapnya. “Apa kau sudah lama menunggu?” tanya orang tersebut. “
Di sebuah bangunan yang besar dipenuhi oleh orang-orang yang berpakaian hitam. Semua orang duduk berbaris rapi di sederet bangku panjang yang telah penuh itu. Beberapa menundukkan kepalanya dan sisanya menghadap ke depan menatap sesuatu di sana. Namun, ada kesamaan di antara mereka. Semua orang di sana memakai kain penutup mulut dan hidung karena bau busuk menguar membuat orang yang tidak tahan menciumnya akan muntah. Di ujung ruangan terdapat sebuah kotak kayu yang panjang dengan karangan bunga menghiasi di sekitarnya sekaligus menghalau bau busuk tersebut. Di sana ada seseorang tengah terbaring kaku dengan wajah pucat dan badan yang dingin. Pada bangku paling depan terdengar isak tangis seorang wanita. Wanita tersebut tak lain adalah Ratu Camellia. Sedangkan yang tengah ditangisinya adalah Putra Mahkota Albert. Pria tersebut semalam dinyatakan meninggal akibat penyakitnya yang rupanya semakin hari parah dan merusak organ tubuhnya. Tubuhnya menghitam dan membusuk membuat semua orang t