HAPPY READING 💕💖
Selain musim penghujan, juga sedang musim seseorang sangat jatuh cinta. Lalu, rasa cemburu juga ikut-ikutan ingin berbicara.
Segalanya baru dimulai, hujan, cemburu, dan cinta.
Sayangnya, hanya berlaku untuk satu pihak saja. Cinta tidak akan sempurna, kecuali dua telapak tangan bertemu dan menghasilkan suara dari tepukan mesra.
.
"Maaf, Anda siapanya Natasya?"
Terhenyak Natasya. Matanya menatap takut ke arah laki-laki yang baru saja menyapa mereka.
Natasya menggeleng, saat laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya. Seolah meminta persetujuan pada istri Gibran sebelum membuka suara.
"Saya ...."
" Ibu Natasya!" Panggilan suster dari balik kaca transparan menandakan keberuntungan sedang berpihak pada wanita itu.
"Ayo, Sayang, sekarang giliranku."<
"Jika kamu menemukan seseorang yang kamu cinta dalam hidup, kamu harus mempertahankan dan merawatnya. Dan jika kamu cukup beruntung menemukan orang yang mencintaimu, kamu harus melindunginya."~Lady Diana~.Bugh!"Ayah!" pekik Danish saat melihat Fais yang tiba-tiba terkapar di atas tanah berpaving."Aissh!" Fais meringis merasakan nyeri di tulang rahangnya, sembari berusaha bangkit.Betapa terkejutnya laki-laki itu, setelah mengetahui siapa yang baru saja mendaratkan pukulan di wajahnya."Gibran?!"Sementara Danish, sudah berkacak pinggang dan mata yang menghunus tajam pada orang yang selama ini bocah kecil itu ketahui, benci dipanggil Ayah olehnya."Kenapa kamu memukul ayahku?!" teriak anak itu menggelegar. Terdapat amarah yang cukup besar dalam sepasang bola matan
Happy reading 💗💓❤️Hukum tabur tuai sedang berlaku. Semesta sedang menunjukkan pembalasannya..Gibran menegang di tempatnya. Perasaannya campur aduk, antara takut dan penasaran.Benar. Meski sudah mendengar penjelasan Natasya sebelumnya tentang laki-laki yang kini berdiri di hadapannya, tapi hati kecil Gibran tidak bisa menyangkal. Ia ... ragu dengan wanita itu. Tidak yakin kalau bayi itu darah dagingnya."Maksud kamu apa?" tanya Gibran tak lagi menggunakan bahasa formal. Meski begitu, sorot matanya semakin tajam."Wah, rasa penasaran ternyata bisa membuat seseorang semakin akrab, ya?" ejek laki-laki asing itu.Laki-laki misterius yang menemui Natasya dan mengunjungi toko bunga milik Senja, tadi. Laki-laki yang berhasil membuat Fais harus merasa cemburu. Sebab belum pernah Fais temukan pembeli yang memberi bunga yang
Happy reading ❤️💝"Mas Gibran?" Wanita yang baru saja muncul di balik punggung laki-laki paruh baya itu terlihat panik."M—mas Gibran ... kenapa bisa ada di sini?"Dalam suaranya yang tergagap, terdapat getaran yang terdengar jelas menembus telinga dua laki-laki yang sedang bersitegang itu.Gibran menatap Natasya dengan mata menyala-nyala. Sementara paruh baya di sampingnya, tampak biasa saja. Tidak ada raut keterkejutan sama sekali di wajahnya yang terlihat mulai banyak garis kerutan.Kini Gibran menyadari satu hal, tentang suatu pertanda yang sebelumnya tidak pernah disangka akan terjadi, bahwa di sini hanya dirinya yang tidak tahu apa-apa. Hanya dia yang dibodohi, hanya dia yang dibohongi. Hanya dia yang diperlakukan dengan tidak layak begini. Tidak manusiawi. Begitu.Hingga satu pertanyaan sempat muncul d
Hawa nafsumu adalah induk segala berhala: berhala jasmani adalah ular, namun, berhala ruhani adalah naga.~Jalaluddin Rumi~.Dalam sebuah kamar tidur bernuansa kayu, Senja mengerjab perlahan. Pikirannya berkerja keras untuk mendapat jawaban bagaimana bisa dia berada di dalam ruangan itu.Kamar yang nyaman, yang pada lantainya, dinding serta ranjang yang sedang Senja tempati mengandung unsur kayu dari beberapa jenis pilihan, seperti jati, mahoni, cedar, pinus dan beberapa lainnya.Tiap-tiap dari mereka memiliki ciri khas masing-masing. Hingga wanita itu sampai terkesima untuk beberapa detik lamanya, karena aroma khas dari kayu yang menusuk indra penciumannya. Senja termasuk penyuka suasana alam, sehingga aroma itu menjadi candu.Pada dindingnya didominasi oleh kayu olahan sebagai panel dinding yang mengingatkan pada gaya Mid
Bergetar tubuh Senja, getaran hebat begitu terasa sampai ke urat nadinya. Jantung wanita itu bertalu laksana genderang perang saat langkah Gibran perlahan semakin mendekatinya.Hanya beberapa puluh senti saja ruang yang tersisa. Bahkan saat Bunda Danish belum sempat bersiap-siap untuk bangkit, mantan suaminya itu sudah membungkukkan diri di hadapannya. Tentu saja dengan tatapan penuh amarah dan menghina.See, kamu tidak akan benar-benar bisa lolos dariku. Seolah begitu pesan tersirat dari tatapan elang milik Gibran."M-mas," lirih Senja terbata."Apa? Kau ingin bermain-main denganku, hem?""Kumohon jangan seperti ini, Mas. Tolong biarkan aku pulang untuk bertemu anakku" pinta wanita yang kerudungnya mulai basah tersebab deraian air mata."Tentu saja kita akan bertemu dengan anak kita. Tapi, setelah urusan kita berdua selesai, Senja. Bagaiman
Katamu, aku keindahan alam yang bisa kau nikmati setiap waktu. Bukan hanya pada bagian setengah gelap di bumi, ketika matahari mulai beranjak ke peraduan. Tapi, kapanpun kamu mau. Tanpa jeda, tanpa harus terhalang cerah gelapnya planet kehidupan ini. Begitu, katamu. Tentang pesonaku.Siapa yang tak melayang, disanjung lelaki yang iris matanya setajam elang. Apalagi untuk serorang anak panti—yang baru merasakan cinta pertama, sepertiku. Bersamamu.First impression kita begitu mengesankan. Hingga saat ini masih melekat begitu kuat dalam ingatan. Dalam keterdiaman, kuelu-elukan di kau jelmaan pangeran, saat hari di mana kau datang, membawakan banyak makanan, juga mainan untuk adik-adik pantiku.'Tuhan, semoga jodohku sebaik laki-laki itu,' mohon batinku saat tak sengaja netra kita bertemu."Ah, siapalah aku." Sadarku di malam-malam sunyi, dalam keterdiaman dan hanya ditemani rerintik hujan. Sekuat tenaga kuhempas jauh, namun, bayangmu
"Mas Fais, tolong bantu aku, Mas. Danish demamnya tinggi banget. Aku mau membawanya ke rumah sakit, tapi nggak tau mau minta tolong sama siapa," mohon seorang wanita dengan menangkupkan dua tangan di dada, setelah pintu rumah yang di ketuk terbuka. "Senja? Ya ampun, emangnya Gibran ke mana? Nggak pulang?" "Nggak, Mas," geleng Senja lemah. Rasa malu dan bersalah bercampur jadi satu. Menganggu orang lain tengah malam begini, bukan keinginan Senja, melainkan terpaksa. "Keterlaluan!" Fais mengusap wajahnya kasar membayangkan kelakuan tetangga sekaligus rekan kerjanya, yang tidak pernah peduli pada anak dan istrinya. "Sebentar, aku keluarin mobilnya." "Iya, Mas. Aku lihat Danishnya dulu." Fais sempat menoleh ke arah wanita yang setengah berlari untuk kembali ke rumah. Sebelum gegas mengambil kunci mobil dan mengeluarkannya dari garasi. Tidak tega. Otak Faiz buntu mencerna jalan pikiran suami S
Ada masanya seseorang lelah, dan logika mengirim sinyal pada hati agar lekas menyerah. Sebab merdunya bisikan cinta tak 'kan pernah terdengar, pada sebelah tangan yang bertepuk di udara..Setelah membeli sarapan untuk Senja dan Danish di kantin rumah sakit, Fais pamit pulang, karena harus ke kantor. Dan berjanji pada bocah kecil itu untuk menjenguknya sepulang kerja.Meski Senja sudah melarang, nurani Fais masih berfungsi dengan baik. Melihat sepasang mata sipit milik Danish yang mulai berkaca, Fais tidak tega."Kenapa Ayah Fais nggak boleh ke sini lagi, Bunda? Apa karena Danish nakal?""Bukan nggak boleh, Sayang. Tapi, Om Fais, kan sibuk ....""Nggak kok. Ayah nggak sibuk, nanti pulang kerja, Ayah pasti ke sini buat jenguk Danish. Danish anak yang baik, siapa bilang Danish nakal?""Tapi, Ayah Gibran selalu bilang Danish nakal kan, Bunda?"Dalam mobil, Fais tidak mampu menahan kesedihannya. Danish terlalu men
Bergetar tubuh Senja, getaran hebat begitu terasa sampai ke urat nadinya. Jantung wanita itu bertalu laksana genderang perang saat langkah Gibran perlahan semakin mendekatinya.Hanya beberapa puluh senti saja ruang yang tersisa. Bahkan saat Bunda Danish belum sempat bersiap-siap untuk bangkit, mantan suaminya itu sudah membungkukkan diri di hadapannya. Tentu saja dengan tatapan penuh amarah dan menghina.See, kamu tidak akan benar-benar bisa lolos dariku. Seolah begitu pesan tersirat dari tatapan elang milik Gibran."M-mas," lirih Senja terbata."Apa? Kau ingin bermain-main denganku, hem?""Kumohon jangan seperti ini, Mas. Tolong biarkan aku pulang untuk bertemu anakku" pinta wanita yang kerudungnya mulai basah tersebab deraian air mata."Tentu saja kita akan bertemu dengan anak kita. Tapi, setelah urusan kita berdua selesai, Senja. Bagaiman
Hawa nafsumu adalah induk segala berhala: berhala jasmani adalah ular, namun, berhala ruhani adalah naga.~Jalaluddin Rumi~.Dalam sebuah kamar tidur bernuansa kayu, Senja mengerjab perlahan. Pikirannya berkerja keras untuk mendapat jawaban bagaimana bisa dia berada di dalam ruangan itu.Kamar yang nyaman, yang pada lantainya, dinding serta ranjang yang sedang Senja tempati mengandung unsur kayu dari beberapa jenis pilihan, seperti jati, mahoni, cedar, pinus dan beberapa lainnya.Tiap-tiap dari mereka memiliki ciri khas masing-masing. Hingga wanita itu sampai terkesima untuk beberapa detik lamanya, karena aroma khas dari kayu yang menusuk indra penciumannya. Senja termasuk penyuka suasana alam, sehingga aroma itu menjadi candu.Pada dindingnya didominasi oleh kayu olahan sebagai panel dinding yang mengingatkan pada gaya Mid
Happy reading ❤️💝"Mas Gibran?" Wanita yang baru saja muncul di balik punggung laki-laki paruh baya itu terlihat panik."M—mas Gibran ... kenapa bisa ada di sini?"Dalam suaranya yang tergagap, terdapat getaran yang terdengar jelas menembus telinga dua laki-laki yang sedang bersitegang itu.Gibran menatap Natasya dengan mata menyala-nyala. Sementara paruh baya di sampingnya, tampak biasa saja. Tidak ada raut keterkejutan sama sekali di wajahnya yang terlihat mulai banyak garis kerutan.Kini Gibran menyadari satu hal, tentang suatu pertanda yang sebelumnya tidak pernah disangka akan terjadi, bahwa di sini hanya dirinya yang tidak tahu apa-apa. Hanya dia yang dibodohi, hanya dia yang dibohongi. Hanya dia yang diperlakukan dengan tidak layak begini. Tidak manusiawi. Begitu.Hingga satu pertanyaan sempat muncul d
Happy reading 💗💓❤️Hukum tabur tuai sedang berlaku. Semesta sedang menunjukkan pembalasannya..Gibran menegang di tempatnya. Perasaannya campur aduk, antara takut dan penasaran.Benar. Meski sudah mendengar penjelasan Natasya sebelumnya tentang laki-laki yang kini berdiri di hadapannya, tapi hati kecil Gibran tidak bisa menyangkal. Ia ... ragu dengan wanita itu. Tidak yakin kalau bayi itu darah dagingnya."Maksud kamu apa?" tanya Gibran tak lagi menggunakan bahasa formal. Meski begitu, sorot matanya semakin tajam."Wah, rasa penasaran ternyata bisa membuat seseorang semakin akrab, ya?" ejek laki-laki asing itu.Laki-laki misterius yang menemui Natasya dan mengunjungi toko bunga milik Senja, tadi. Laki-laki yang berhasil membuat Fais harus merasa cemburu. Sebab belum pernah Fais temukan pembeli yang memberi bunga yang
"Jika kamu menemukan seseorang yang kamu cinta dalam hidup, kamu harus mempertahankan dan merawatnya. Dan jika kamu cukup beruntung menemukan orang yang mencintaimu, kamu harus melindunginya."~Lady Diana~.Bugh!"Ayah!" pekik Danish saat melihat Fais yang tiba-tiba terkapar di atas tanah berpaving."Aissh!" Fais meringis merasakan nyeri di tulang rahangnya, sembari berusaha bangkit.Betapa terkejutnya laki-laki itu, setelah mengetahui siapa yang baru saja mendaratkan pukulan di wajahnya."Gibran?!"Sementara Danish, sudah berkacak pinggang dan mata yang menghunus tajam pada orang yang selama ini bocah kecil itu ketahui, benci dipanggil Ayah olehnya."Kenapa kamu memukul ayahku?!" teriak anak itu menggelegar. Terdapat amarah yang cukup besar dalam sepasang bola matan
HAPPY READING 💕💖Selain musim penghujan, juga sedang musim seseorang sangat jatuh cinta. Lalu, rasa cemburu juga ikut-ikutan ingin berbicara.Segalanya baru dimulai, hujan, cemburu, dan cinta.Sayangnya, hanya berlaku untuk satu pihak saja. Cinta tidak akan sempurna, kecuali dua telapak tangan bertemu dan menghasilkan suara dari tepukan mesra.."Maaf, Anda siapanya Natasya?"Terhenyak Natasya. Matanya menatap takut ke arah laki-laki yang baru saja menyapa mereka.Natasya menggeleng, saat laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya. Seolah meminta persetujuan pada istri Gibran sebelum membuka suara."Saya ...."" Ibu Natasya!" Panggilan suster dari balik kaca transparan menandakan keberuntungan sedang berpihak pada wanita itu."Ayo, Sayang, sekarang giliranku."
HAPPY READING 💘☺️MAAF TYPO BERTEBARANSebagaimana maksud dari sebuah keikhlasan, yaitu kerelaan akan harapan yang tak pernah menjadi kenyataan, melainkan kenangan. Hanya untuk dikenang sebagai sebatas angan.Gibran tengah mengalaminya, laki-laki yang parasnya serupa jelmaan pangeran bagi seorang perempuan, di masa lalu, kini tengah merasa dirinya berada pada titik paling rendah dan curam.Terlempar dan tersandera di pusat bumi, dengan hanya kegelapan yang didapatinya ke mana arah tangan meraba, dan mata menerawang. Di setiap sudut, timur dan barat, selatan dan utara. Gibran merasa dirinya paling tersiksa dan terluka. Hanya dirinya.Mengira Senja wanita paling kejam, bisa melupakannya begitu saja. Senja dianggap begitu jahat, sebab tak pernah hadir pada sidang gugatan perceraian yang wanita itu layangkan di pengadilan, hingga saat perkara diputuskan.Yang data
Terhitung dari segala hari yang telah dilalui tanpa Senja dan buah hati yang sempat tak sudi 'tuk diakui. Baru sekarang, Gibran terlihat sangat berantakan. Untuk pertama kalinya.Baru kali ini, air matanya mengucur tak henti. Baru kali ini, foto Danish yang terletak di atas meja di kamar bekas bocah itu, menjadi perhatiannya.Gibran menatapnya lekat-lekat. Menyentuh permukaan bingkai kaca itu dengan tangan gemetar. Mengukur setiap inci wajah anak kecil di balik bingkai kaca itu dengan seksama. Yang hampir 80 persen mewarisi dirinya. Sisanya milik Senja. Laki-laki itu tersadar, Danish adalah murni perpaduan mereka berdua."Anakku. Maafkan Ayah, Nak. Maaf. Selama ini Ayah bod0h.""Ya Tuhan, aku telah menghancurkan rumah tanggaku dengan keegoisan dan kebod0han. Aku telah menyakiti istriku dan mengkhianatinya. Perbuatanku sangat hina. Aku tidak pantas untuk dimaafkan
Telah bertekad untuk melepaskan diri, namun, tali takdir terus membelit tanpa henti.."Anak Ayah, kenapa? Kok kelihatan lesu? Danish sakit?" Di seberang sana, suara Fais terdengar khawatir."Nggak, Yah. Danish habis main hujan tadi. Ayah lagi apa? Danish kangen sama Ayah Fais. Kapan Ayah ke sini, lagi?""Ya ampun jagoan, Ayah. Jangan sering-sering main hujan ya, Nak. Nanti Danish bisa demam. Eum, Ayah baru pulang dari kantor, sekarang lagi istirahat. Ayah juga kangeennn banget sama Danish. Beberapa hari lagi Ayah ke sana, ya, sekalian jemput Danish pulang sekolah. Kan, nanti hari Senin, kata Bunda, Danish mau sekolah.""Jadi, Ayah mau jemput Danish di sekolah?""Iya, dong. Boleh nggak nih, Ayah, jemput?""Yeee! Asik! Boleh, Yah. Danish sih maunya setiap hari dijemput sama Ayah!""Kan, Ayah harus kerja