Home / CEO / Ayah Untuk Anakku / 09. Raihan marah

Share

09. Raihan marah

Author: bigelbul
last update Last Updated: 2023-11-14 13:00:33

"Ano sama Handa Enan dulu, ya. Buna dengan Abang David akan ke rumah sakit, akan sedikit lama," bujuk Rania, dia memasukkan mainan Vano ke dalam tas anak itu.

"Ke yumah atit? Abang Avid atit ya, Buna?"

Rania menggelengkan kepalanya dan memakaikan Vano kaos kaki karena saat bermain di area kantor, Vano melepasnya dan memakai sandal pombobnya.

"Abang David ngin tes kesehatan, minggu depan abangmu akan ikut pertandingan bela diri, jadi Ano harus ikut Handa Enan dulu, ya."

"Ikut ... Ano ikut, Buna."

"Disana akan lama sayang, Ano ikut Handa Enan saja dulu, ya. Pulang ke rumah angkasanya," bujuk Rania lagi dengan sangat pengertian. Rumah angkasa yang dimaksud adalah apartemen Renan yang bernuansa luar angkasa. Apalagi di bagian kamarnya, Vano sangat suka sekali karena terlihat seperti sedang berada di atas langit.

"Potokna Ano itut, Ano tidak mau ngan Handa Enan, Ano mau itut Abang dan Buna ke yumah atit," balasnya tak mau kalah. Kini,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ayah Untuk Anakku   10. Nininya Ano

    Sejujurnya, Raihan tidak ingin berkata seperti itu, dia tahu sendiri, semasa pacaran mereka melakukan hubungan tubuh karena mereka saling mencintai, bahkan Rania tidak pernah membahas untuk dinaikkan nilainya saat Raihan menjadi asisten dosen di mata kuliah ilmu kebisnisan. Sungguh, Raihan sedang emosi sekarang."CIH! jangan termakan oleh ucapan wanita ular itu! Kau akan melihat sendiri bagaimana dia akan menghabisimu, tubuhnya bukan apa-apa. Kau bisa mendapatkan jalang yang lebih memuaskan ketimbang dirinya," ucap Raihan, lalu membuka kunci layar hp-nya. Disana satu pesan masuk dari Jihan. Wanita itu mengatakan bahwa dia telah siap dan Raihan akan menjemputnya untuk pergi berkencan.Mendengarnya, sekali lagi membuat hati Renan perih. Urat-urat lehernya pun mengeras, dia marah. Kenapa Raihan itu sangat bodoh sekali."Abang memang bodoh, kau akan menyesalinya suatu saat," kilah Renan. Punggungnya berbalik begitu saja, sudah tidak ingin mendengar kalimat jah

    Last Updated : 2023-11-14
  • Ayah Untuk Anakku   11. 2016 (Rania & Raihan)

    Maret, 2016.Raihan mencintai Rania, sangat."Kakak! Ingin pesan apa? Rania sedang di minimarket ini, sebentar lagi akan kesana," ucap gadis itu bersemangat sekali, terlihat dari nada bicaranya yang lantang dan antusias."Hah! Kok sudah disana, Kakak bilang kan tadi untuk menjemputmu, kau ini," balas Raihan sambil memakai Hodie-nya dan keluar unit apartemennya. Berniat menyusul kekasihnya itu yang berada diluar pada malam hari seperti ini."Hihi, hanya kejutan saja," ujar Rania sambil memasukkan cemilan ke dalam keranjangnya."Suka mengejutkan kau ini, Kakak menyusulmu sekarang."Sambungan telpon terputus. Laki-laki itu menyusulnya, tidak akan pernah bisa membiarkan bayi rusa itu diluar sendirian saat malam hari, akan sangat bahaya.19.30"Kakak! Kakak! Tangannya nakal sekali. Anya kan ingin fokus menonton," kilahnya saat tangan Raihan masuk ke dalam bajunya tanpa permisi, membuat Rania terkejut karena ada telapak tangan yang hangat menempel pada permukaan kulitnya."Sambil nonton, sa

    Last Updated : 2023-11-15
  • Ayah Untuk Anakku   12. Pangeran kecil nini

    Hani terus menangis di atas kasur Renan dengan tersedu-sedu. Wanita paruh baya itu mengunci tubuh Vano kecil dalam pelukannya yang erat."Jangan pergi lagi pangeran kecil Nini, Nini menyayangimu pangeran kecilku," ucapnya sambil menciumi puncak kepala Vano seperti tidak akan membiarkan Vano lepas dalam dekapannya lagi."Nini angan nanis ya, Ano uma mau pelgi ke yumah angkasa Handa Enan," balasnya polos sekali. Raut wajahnya yang menggemaskan dengan mata yang membola sempurna untuk mengajarkan nininya agar tidak sedih berlarut-larut.Renan mengurut leher belakangnya karena sakit dan pegal. Sudah lebih dari 30 menit ibunya menangis tersedu-sedu. Di tangan Renan sendiri ada sebuah foto album. Disana, ada foto Renan dan Raihan saat masih seumuran Vano sekarang. Jelas saja, foto abang Raihannya yang masih kecil persis dan tidak ada bedanya dengan putra bungsu Rania yang ada dipelukan ibunya.Jika orang lain melihat, maka mereka membenarkan ba

    Last Updated : 2023-11-15
  • Ayah Untuk Anakku   13. Rania disakiti

    Bragh! Haru menghentam ujung sepatunya ke hidung Rania, membuat hidung Rania menjadi mengeluarkan darah. Rania merintih kesakitan, bahkan dia sudah bersujud di bawah sana, bersujud di depan Haru. Ada rasa pedih pada rongga hidungnya yang tidak dapat dibendung sekarang. Haru berjongkok dan menjambak rambut Rania ke belakang. "Apa kau dendam padaku? Karena aku telah mengambil jantung ibumu?" Mendengar kalimat yang dilontarkan pria paruh baya tersebut, membuat Rania menggelengkan kepalanya. "T-tidak ... a-aku kesi-" "Ayah?" panggil Raihan yang datang bersama Jihan ke tempat sewaan ayahnya. Mereka datang dengan pakaian yang rapi dan tentu saling berpegangan tangan. Harusnya, hari ini Jihan dan Raihan akan melakukan makan malam bersama Haru Atmadja dan ayah Jihan. Namun, tadi ayah Raihan menemukan Rania dan mengajaknya bertemu, setelah itu menyeret wanita itu ke tempat sewaan yang ayah Raihan sewa untuk makan malam nantinya. Tapi, siapa sangka

    Last Updated : 2023-11-15
  • Ayah Untuk Anakku   14. Kontrak kerja

    Rania membuka laci meja kerjanya dan mengeluarkan kaca matanya yang patah. Dengan berhati-hati ia menyatukan kembali patahan itu dengan menempelkan lakban di patahan tersebut. "Bulan ini aku tetap dapat gaji, kan?" gumamnya tak yakin akan hal itu. Dia sudah janji pada David dan Renan akan membeli mainan mahal itu. Menurutnya, kaca matanya tidak lebih penting daripada mainan Vano dan mainan David. Apalagi, saat memikirkan bagaimana David dan Vano yang selalu menghitung kalender dan akan bersorak ria jika waktu mendekati tanggal muda sudah di depan mata. "Dapat," sahut seseorang yang sedang berdiri di depan meja kerjanya dengan menaruh dokumen keterikatan kontrak. Memandangi Rania yang sejak tadi berkutik dengan kacamata buluknya yang sudah pantas untuk diganti dengan yang baru, dari pada melakbani seperti itu. Rania mendongakkan kepalanya, seketika dia langsung berdiri dan membungkukkan tubuhnya sesopan mungkin. Dia menyesal telah menjadi karya

    Last Updated : 2023-11-15
  • Ayah Untuk Anakku   15. Masih diperlukan

    "Rania, maafkan aku. Aku memikirkan perasaan Ibu. Kenapa kau berpikir seperti itu? Ibu tidak akan memisahkan kau dengan Vano ...." "Renan, kau tak paham dengan perasaanku, bagaimana bisa aku membiarkan putraku bersama mereka, mereka pasti akan menjauhkanku dengan putraku. Aku benar-benar kecewa padamu, Ren." "Kau egois! Ibu juga menderita selama ini. Jangan merasa kau yang paling tersakiti. Ibu juga tersakiti Rania!" Nada bicara Renan tiba-tiba meninggi dengan maksud agar Rania sedikit untuk tidak egois dengan membiarkan Hani tau bahwa Vano adalah cucu kandungnya. Rania menarik nafasnya dalam-dalam, berusaha mengontrol emosinya agar tidak meledak-ledak. "Kembalikan putraku sekarang juga! Aku tidak mau tahu!" "Jika kau masih ingin melihat putramu, datanglah ke apartemenku, Rania. Jika tidak, berdiamlah kau dengan pekerjaanmu itu," balas Renan tidak mau kalah. "Ren!" "Pikirkanlah, kau egois Rania!" tampik Renan dengan semakin

    Last Updated : 2023-11-15
  • Ayah Untuk Anakku   16. Pertemuan Rania dan Hani

    Rania dengan langkah ragu-ragu menekan tombol bell pada apartemen milik Renan. Bukan tidak siap, dia hanya takut dan malu bertemu Hani. Rasanya dia memiliki banyak dosa dan merasa bersalah pada wanita paruh baya itu. Memang nasibnya, Renan menunggu kehadiran wanita itu dengan berdiri di dekat rak sepatu. Saat dia membuka pintunya, terlihat wajah gemetar dan panik yang ditampilkan sang pujaan hati. Renan menyentuh pergelangan tangan Rania dan menariknya sedikit agar wanita itu masuk ke dalam apartemennya. Namun, Rania tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya, membuat Renan menaikkan kedua alisnya. "Ayo, ibu menunggu di dalam," ucap Renan meyakinkan Rania. "A-aku takut ...." jawab Rania. "Takut apa? Ibu tidak gigit, Kok." "Bukan itu," balas Rania lagi, matanya mencoba melirik ke arah dalam apartemen Renan. "Lantas?" "Takut ibu akan marah padaku," tukasnya kemudian. Bahkan, kepalanya tertunduk menjadi tidak percaya diri. Renan menaruh telapak tangannya di atas kepala Rania dan m

    Last Updated : 2023-11-16
  • Ayah Untuk Anakku   17. Rania hilang arah

    "Sumsum tulang belakangmu tidak cocok dengan Vano. Aku rasa kau harus menghubungi ayahnya," ucap dokter Shin sambil menyerahkan surat keterangan hasil lab pada Rania. Sempat ragu memberikannya, namun tidak mungkin kan tidak diberitahu? Demi keselamatan Vano kedepannya. Rania tertegun memandangi sebuah amplop putih bersih dengan seksama. Dia tidak siap dengan isi di dalamnya. Tidak siap dengan tulisan yang ada di dalamnya, bahkan jantungnya berdegup tidak karuan. Perlahan, Rania membuka amplopnya dengan hati-hati. Membuka lipatan kertas dengan tangan yang bergetar hebat. Saat netranya menangkap tulisan di dalamnya, di saat itulah bahu Rania terjatuh dalam. Air matanya turun tanpa izin, membasahi pipi si wanita pekerja keras ini. "Harus bertindak cepat. Anakmu mengalami gejala leukimia. Cepat atau lambat bisa berdampak dengan organ tubuh yang lain," kilah Dokter Shin, dia menyentuh punggung tangan Rania dengan lembut dan diusap pelan. Baginya, tidak ada yang lebih menyakitkan ketika

    Last Updated : 2023-11-16

Latest chapter

  • Ayah Untuk Anakku   121. End

    "Eunghh- eohh!" Alvaro tampak akan menangis saat melihat wajah ayahnya. Tangan mungilnya terkepal saat sedang ingin dimandikan oleh nininya. "Renan," tegur Hani karena Renan terus melakukan permainan cilukba pada Varo. "Cilup, baaaaa," goda Renan lagi sambil membuka tutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Eungg- eoh- engg engg." "Renan! Anakmu ini masih berumur 14 hari! Belum bisa diajak bermain peek a boo!" marah Hani karena Renan tidak mengindahkan nasehatnya sejak tadi. "Uhuuuu, nini Varo suka malah-malah, ya sayang …," kilah Renan sambil menciumi perut Varo yang menggemaskan. "Eunghhh eohh," respon Varo dengan suara khas anak bayinya. "Kau menggoda cucuku terus. Bunanya sedang makan di dalam kamar, jika dia menangis kau sendiri yang akan membuat buna Varo terhalang untuk mengisi nutrisi di tubuhnya," ucap Hani sambil menjewer telinga Renan. "Aduh duh ... Varo liat ninimu sangat galak pada Handa ...." "Egh," respon si kecil pecah saat melihat handanya di jewer oleh

  • Ayah Untuk Anakku   120. Rania lahiran

    "S-sayang ... apa begitu sakit?" tanya Renan dengan suara yang bergemetaran. Wajahnya penuh keringat dingin dengan pancaran kecemasan yang luar biasa. Apalagi saat Rania berusaha memompa perutnya ke bawah dengan susah payah, semakin Renan tidak tahan untuk menumpahkan air mata pilu. "Euhhh ... huhhhh ... hahhhh!" Rania membuang napas sesuai anjuran perawat. Persalinan ini bukan yang pertama untuknya, sehingga Rania tidak terlalu cemas menjalaninya. Tapi .... Lihat, suaminya. Kaki laki-laki itu menjadi gemetaran dan tidak mampu berdiri lebih lama. Pertama kalinya dia melihat kekaguman luar biasa dari seorang wanita yang sedang bertaruh nyawa untuk melahirkan kehidupan baru. "Ibu tarik napas dan hentakkan ke bawah, pelan-pelan saja. Tidak perlu terburu-buru ...." pinta sang perawat di sisi kiri Rania. Perawat itu sejak tadi menggenggam tangan Rania dan diusap lembut sebagai penenang. "Hmmmmhhhh." Rania menarik napas dalam-dalam. "Haaaaaahhhhhh." "Lagi, Ibu ...." "Huhhhhhh ... hahh

  • Ayah Untuk Anakku   119. Mau lahiran

    Rania masih setia berada di dekapan sang suami pagi itu. Pikirannya masih bercabang akibat kejadian yang menimpanya barusan, tangannya masih terasa lemas dan sedikit bergetar. Sadar akan hal itu, Renan menggenggam telapak tangan istrinya dengan lembut. "Ibu sedang dalam perjalanan kesini, nanti aku antarkan pulang sebelum ke kantor," ucap Renan memulai percakapan lebih dulu. Rania menggeleng. "J-jangan ke kantor, izin saja. Ku mohon ...." Renan menghela napas. "Iya, aku hanya absen sebentar." Laki-laki itu merapikan rambut istrinya yang sedikit berantakan. "Bagaimana perasaanmu, sudah mendingan?" "Masih sedikit nyeri di bagian pantat ...," rengeknya dengan manja, mengadu pada sang suami bahwa tulang pantatnya sedikit sakit. "Nanti, aku oleskan salap pereda nyeri yang diberi dokter tadi." Rania mengangguk dan matanya menjadi lelah seperti ingin tertidur. "Mengantuk ... Buna mengantuk, Handa." "Ayo berbaring, Handa akan membantu Buna berbaring." Renan sudah bersiap untuk melepask

  • Ayah Untuk Anakku   118. Wanita baru?

    "Raihan punya pilihan sendiri, walupun tidak yakin untuk, tapi Raihan akan mencoba ...." Raihan memandang ayah dan bergantian. "S-siapa?" Hani ragu-ragu. "I-itu, sekretaris pribadi Raihan yang baru." Hani merasakan merasakan lega di hati. "Raisya? Yang kemarin siang dokumen ke rumah?" Raihan menggaruk belakang kepalanya, dia menjadi salah tingkah dan malu untuk merespon pertanyaan ibunya. "Tidak apa-apa. Anaknya sopan dan baik seperti Rania. Ayah setuju saja," ucap Haru yang mengerti kegugupan anaknya. "A-ah itu ... Raihan masih tidak yakin apa dia mau menerima Raihan ...." Hani menyentuh punggung tangan Raihan dan diusap lembut. "Berjuanglah, jalanmu lebih mudah sekarang, Nak ...." ungkap Hani menyemangati anaknya. Benar, jalan Raihan sekarang lebih mudah karena tidak ada halangan, tidak seperti dulu banyak penghalangnya antara dia dan Rania. "Terima kasih Ayah, Ibu ... Raihan akan mencoba membuka hati dan berjuang untuk gadis itu." *** Grup Atmadja. "Raisya, apa?" tanya

  • Ayah Untuk Anakku   117. Naik kuda

    Suatu hari di kediaman Renan dengan pemandangan senja yang menyenangkan dari jendela unitnya. "Enan sayang ....." Renan tidak melepaskan penglihatannya dari karikatur superman yang kepala dan tubuhnya secara terpisah. "Buna pasti ada maunya kalau sudah panggil sayang-sayang. Ada apa? Tas gucci lagi? Atau jaket gucci?" "Issss, memangnya Handa merasa diporotin ya kalau Buna minta barang-barang bermerek seperti itu?" Rania berjalan mendekati Renan yang sedang fokus pada karikatur superman tersebut. "Handa bekerja untuk Buna, kenapa Handa harus merasa diporotin? Memangnya kemana lagi uang Handa kalau bukan buat Buna?" Rania berusaha jongkok dan memeluk punggung laki-laki itu. "Buna, si kecil terjepit, apa tidak sesak seperti itu?" "Lembang village. Buna ingin ke lembang village ...." "Mau lihat apa disana? Mending ke kebun binatang, lebih jelas banyak binatang yang bisa dilihat." Rania terus memeluk punggung Renan. "Mau naik kuda, Buna ingin naik kuda di Lembang village." "Loh?"

  • Ayah Untuk Anakku   116. Perkara nafsu

    Renan menjadi diam seribu bahasa. Perkataan Rania sungguh ada benarnya. Setelah menikah, bahkan Rania tidak melakukan apa-apa pun Renan tetap bernafsu. Renan kembali memandang Rania dengan keberanian dan tatapan yang teduh. "A-aku bisa jamin itu, aku tidak akan melakukan sesuatu yang membuatmu khawatir." "Ini sudah sore, kau akan meninggalkan istrimu yang juga sedang hamil demi temanmu itu?" "Buna, tidak. Handa hanya sebentar melihat keadaannya. Hanya sebentar ...." "Ren, tidak bisakah kau mengerti perasaanku sedikit saja?" "Aku tahu aku salah." Rania menarik napasnya dengan dalam, lagi-lagi dia mengalah. "Pergilah, aku tidak melarang. Dari pada bayiku terguncang pertumbuhannya karena aku yang terus-terusan emosi, lebih baik aku diam." Rania menarik gagang pintu kamarnya dan masuk tanpa melihat Renan lagi. "B-buna ...." Stak. Pintu kamar tertutup rapat, bahkan bunyi pintu itu tidak keras. Biasanya orang yang suka emosi akan menutup pintu secara kasar. Yah, Rania membuat seoran

  • Ayah Untuk Anakku   115. Pemotretan Rania

    Slit! Cekrek! Bunyi jepretan tercipta dari kamera seorang fotografer yang sedang mengambil foto seorang Rania Arsita. Di usia kandungannya yang sudah menginjak tiga bulan, Renan masih memperbolehkan Rania mengambil job menjadi seorang model dengan catatan job yang diambil harus di seleksi oleh Renan sendiri. "Tolong, ya, istri saya jangan dipegang-pegang seperti itu," kesal Renan karena seorang model laki-laki tidak sengaja menyentuh bahu istrinya. "Bapam, model kami tidak melakukan pelecehan, kenapa kau sangat sensitif sekali?" "Itu istriku, Nyonya. Di perjanjian kontrak tidak ada aku menyetujui berfoto bersama model laki-laki." Nanda menghela nafas pasrah, sudah dijelaskan berulang kali pada Renan, tapi tetap laki-laki itu bersikukuh tidak mau tahu. "Bapak, sudah saya katakan, foto ini untuk bagian depan sampul majalah brand kami. Tentu istri Bapak akan mendapat gaji lebih karena sudah menerima tawaran untuk menjadi cover majalah kami." Renan tampak kesal dan menautkan kedua

  • Ayah Untuk Anakku   114. Rania hamil

    "Iya, ini sebentar lagi selesai .... sabar dulu, ya," bujuk Rania saat tali baju tidurnya ditarik-tarik oleh Renan. "Tadi sebentar, sekarang sebentar, kapan selesainya, Bun …," rengek laki-laki itu yang berjongkok di bawah untuk memeluki kaki Rania. "Iya, ini Buna belum siap mengetiknya. Handa jangan seperti bayi, ah. Sini duduk disamping Buna." Rania masih terus fokus pada laptopnya, dia mengambil job sebagai model untuk iklan skincare. "Buna lama sekali, kapan akan memulai nananinanya?" "Tidak ada nananina malam ini Handa, Buna sangat lelah." "Seperti orang hamil saja cepat lelah," sindir Renan karena sampai saat ini Rania belum memberitahu tentang testpack itu. Tap! Jari-jari Rania berhenti mengetik saat mendengar ucapan Renan. Lalu, melanjutkan lagi dan pura-pura tidak mendengar apa yang diucapkan Renan barusan. "Ck!" decih Renan, dia berdiri dan menutup laptop Rania paksa. "Selalu tidak ingin memberitahuku duluan, apa kau akan memberitahu pada Jeffrey dulu?" "Apa maksudm

  • Ayah Untuk Anakku   113. Mengunjungi David

    "Kau itu tidak cocok naik bus, cocoknya naik mobil mewah saja," sindir Rania saat melihat wajah Renan sedikit pucat. Laki-laki itu mengatur nafasnya karena merasa mual saat berada di dalam bus tadi. Mereka duduk di bawah pohon di dekat area hamparan tanaman jeruk yang sangat luas. Belum sampai di pemberhentian bus pertama, Renan secara asal memberhentikan sopir karena merasa tidak nyaman berlama-lama di dalam sana. Alhasil, mereka belum sampai menemui David karena daerah agensi Jeffrey cukup jauh dari kepadatan kota Jakarta. Renan menggeser duduknya merapat ke samping istrinya yang sedang mengeluarkan kotak makan. "A-aku bukan tidak bisa naik bus, aku lapar dan menjadi mual mencium aroma bus," adu Renan sambil menyenderkan kepalanya di bahu Rania. Rania membuka kotak nasinya dan memberikan pada Renan. "Ini makan dulu, biar enakan," titahnya agar Renan menuruti. "Suapi, Bunnnnnn …," pintanya karena Rania terlihat asik sendiri dengan kotak makan yang lain. "Uh, manja sekali kau ini

DMCA.com Protection Status