Nitara tidak membalas chat dari Amelia, maka sahabatnya pikir jika William sedang bersama Nitara. “Aku memang harus lebih cekatan menanyakan rencana William memutus hubungan kita karena sanak saudara sudah tahu tentang Kenzo, tapi aku juga tidak mau memaksa William.” Amelia memutuskan untuk mengatakannya pada Erland dan membiarkan saurdanya yang membahasnya dengan William.Maka, pada tengah malam Erland menyampaikan kalimat Amelia pada William hingga saudaranya berpendapat, “Tidak salah juga sih mamanya Amei mengatakan kalau kalian menikah siri, setidaknya Kenzo masih diakui menjadi anak kalian, dibandingkan diakui sebagai anak asuh seperti Amei dulu.”“Iya, tapi pasti hal ini tidak bisa dibiarkan lama-lama karena bagaimanapun keluarga Amei adalah keluarga tepandang, bahkan ayahnya salah seorang pejabat.”“Tenang saja. Besok kalau Tara mengajak pulang, aku akan membicarakannya dengan tuan Adhinatha.”“Hm. Aku akan menyampaikannya pada Amei. Aku rasa Amei canggung mengatakannya padamu.
“Kapan kalian menikah, aku yakin tidak saat ini. Apa kamu yakin Erland pria yang tepat. Mei, hubungan kalian baru saja seumur jagung, berbeda dengan hubungan kita.” Tio tidak akan menyerah mendapatkan Amelia.Amelia menutup kelopak matanya sesaat seiring membuang udara lelah pada Tio. “Panjang dan pendeknya hubungan kita tidak penting. Kami sudah punya anak. Anak kami membutuhkan orangtuanya.” Tidak ada nada kesal dalam kalimat Amelia, tetapi sangat mengiris hati Tio. Seketika, pria ini dibuat tidak berkutik.“Baiklah, jika memang kamu sudah yakin pada Erland. Tapi kapanpun kamu ingin kembali padaku, kembalilah ...,” tulus Tio yang dirasa tidak dapat menutup hatinya pada Amelia.“Aku akan hidup bahagia bersama Erland dan Kenzo.” Lagi, suara Amelia tetap terdengar indah tidak terdengar nada mengomel atau semacamnya.Tio memandangi Amelia, sendu di hatinya memang tidak dapat diekspresikan. Maka, hanya embusan udara lemah yang dapat diperlihatkan. “Mei, aku akan selalu mencintai kamu.” K
Malam tiba, William dan Bagaswara tiba di tempat yang sudah dijanjikan. Keduanya menemui Amelia serta kedua orangtuanya, Kenzo juga berada di sana dalam asuhan bibi yang berada cukup jauh karena tidak sopan rasanya jika wanita ini berdekatan dengan tuan dan nyonya yang akan membicarakan hal penting walau dirinya sudah mendengar dari Amelia.“Ma, Pa, sebelumnya William meminta maaf jika selama menikah dengan Amelia, William melakukan kesalahan di sengaja ataupun tidak.”“Lupakan, Nak. Peranmu selama menjadi suami putri kami dan selama menjadi menantu kami sangat kami hargai, kamu sudah melakukannya dengan baik.” Senyuman Adhinatha yang juga menyayangi William sebagaimana menantunya walau itu akan segera berakhir, menantunya akan digantikan oleh Erland, tetapi Adhinatha tidak akan membuang William, mereka akan tetap menganggap pria itu sebagai bagian penting dari keluarga.William menarik udara cukup dalam kemudian dibuang dan berkata, “Mulai saat ini William talak Amelia.” Kalimat ini
Nitara memuntahkan sarapannya hingga dirinya dibuat lemas. Dengan cekatan William memberikan kompres hangat pada perut serta dahi sang istri, tidak lupa memberikan air hangat untuk diminum. “Ke dokter yuk. Aku tidak bisa sembarangan memberikan obat, kita harus tahu dulu kamu sakit apa.” Pria ini sangat berhati-hati karena dirinya tidak ingin sang istri salah mengkonsumsi obat yang hanya akan berakibat negatif.“Tidak usah ..., mungkin aku masuk angin ....” Wajah Nitara sudah memucat akibat lemas dan perutnya masih seperti mengaduk.William membiarkan Nitara beristirahat, sedangkan dirinya menuju ke dapur untuk membuat teh jahe. Miranda segera dibuat tabu dengan kebiasaan baru putranya. “Tumben membuat teh?”“Iya Ma, buat Tara. Mama punya jahe? Buat hangatkan perut Tara, tadi Tara sampai muntah,” cerocos William karena panik.“Kenapa?” Miranda segera cemas.“Entah, Tara bilang mungkin masuk angin. Tara tidak mau diperiksa.” Air panas mengucur ke dalam gelas, sedangkan Miranda segera me
“Astaga Tio ....” Kali ini Amelia dibuat kewalahan, dirinya membuang udara panjang, “terserah kamu saja.” Amelia memutuskan meninggalkan mantan pacarnya yang selalu tenggelam dalam lautan cintanya, tetapi pria itu tetap membuntuti. Menunjukan wajah biasa saja seolah hubungannya dengan Amelia baik-baik saja, tujuannya untuk memanasi Erland.Jadi, kini dua pasang manusia berolahraga bersama. Tio selalu menunjukan otot-otot kekarnya di hadapan Erland karena pria itu tidak memiliki otot menawan sepertinya. Tubuh Erland memang semakin indah, tetapi untuk mendapatkan otot padatnya dulu tentu saja tidak semudah berkhayal, dirinya masih memerlukan waktu lebih banyak.Melihat tingkat Tio, Erland hanya tertawa kegelian di dalam hatinya karena dirinya tidak peduli sama sekali pada seberapa baiknya tubuh rival cintanya itu toh bagaimanapun pesona yang dimiliki Tio, Amelia tidak akan terpesona. Alih-alih pujaan hatinya, justru Tio sering menjadi bahan perhatian wanita lain yang ada di gym, tetapi
Cukup lama susana hening hingga akhirnya Miranda melepaskan pelukan Bagaswara, digantikan dengan memandangi suaminya. “Erland tidak mengatakan apapun pada Mama ....”“Erland juga menunggu waktu yang tepat, Ma. Tolong maafkan anak-anak kita termasuk Papa ....”Miranda mendesah, “Jadi, selama ini Erland dan Amelia telah mengenal, tapi Mama juga tidak tahu itu.”“Karena hubungan mereka di masa lalu sangat berkaitan dengan Kenzo. Tolong jangan kesal dan anggaplah Amei menantu Mama mulai dari sekarang.”Miranda membuang udara panjang seiring mengusap dada. “Seharusnya Erland dan Amelia menikah apalagi sudah ada Kenzo.”“Mereka memang berniat menikah. Kita tunggu saja niat baik anak-anak, Papa yakin tidak akan lama lagi.”Tok tok tokKetukan halus pintu menghentikan pembahasan. “Ma, Pa, maaf Erland mengganggu ....” Suara santunnya di balik daun pintu.“Buka saja, Nak,” izin Bagaswara. Maka, Erland segera menampakan wajahnya bersama senyuman cerah.“Syukur Tara sudah hamil, Erland ikut senan
Amelia segera mengatakan niat baik Erland pada kedua orangtuanya. Jadi, Adhinatha segera menanyakan hal penting, “Kalian tidak akan menunggu surat cerai?”“Kalau bisa menikah secara agama dulu, ya sudah menikah saja,” jawaban singkat Amelia yang tidak mungkin mengatakan kehamilannya. Jadi, hanya ini alasan yang diberikan lagipula kalimatnya dirasa masuk akal.“Memang tidak salah ..., tapi Papa dan Mama pikir kamu dan Erland akan menunggu surat-surat dari negara.”“Tidak usah, Pa ....” Amelia sedikit menunduk karena sedang berharap semoga ayah dan ibunya memberikan izin dan restu untuk dirinya dan Erland menikah secara agama karena hari ini rahimnya sudah terisi bayi.Sopia tidak mengetahui jika putrinya mengandung, tetapi entah kenapa isi kepalanya mengatakan jika Amelia kembali mengandung maka dirinya tidak berbasa-basi. “Iya sudah, menikah secara agama dulu. Untuk resepsi bisa diadakan nanti setelah pengesahan perceraian kamu dan William.”Amelia segera mengangkat wajahnya, memandan
Malam tiba, kedua keluarga sudah berkumpul di sebuah ruangan di dalam villa bersama hidangan lezat di tengah-tengah mereka. Semua orang memakan hidangan pembuka seiring berbasa-basi hangat. Barulah masuk pada tujuan pertemuan. “Maksud kedatangan Erland kesini karena ingin meminang Amelia, putri Tuan Adhinatha dan Nyonya Sopia,” santunnya.Namun, Adhinatha terkekeh, “Panggil papa dan mama saja toh kami sudah menganggap kamu menantu.” Kalimatnya disambut kekeh hangat oleh semua orang yang hadir termasuk bibi yang berperan menjaga pergerakan Kenzo yang sedang sangat aktif.Penghulu sudah di sana, sebenarnya penghulu tidak memiliki banyak waktu hanya saja karena paksaan Adhinatha maka pria ini memilih mendesikasikan waktunya lebih lama dari rencana. Itulah sebabnya dirinya sempat mengikuti percakapan hangat sebelum akhirnya masuk ke dalam percakapan sakral.Karena semuanya sudah jelas, Erland dan keluarga Amelia sudah mengenal sangat dekat maka acara pernikahan segera dimulai tanpa adanya
“Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta
Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,
Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu
Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p
Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib
Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi
William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak
Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene
Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka