Suara adzan maghrib membangunkan Bram dari tidurnya. Ia pun menatap wajah Danila yang masih terlelap. Karena tak mau menggangu waktu istirahat Danila, pria itu pun beranjak secara perlahan. Namun tanpa sengaja tangannya menyenggol tas pribadi Danila yang tergeletak di atas nakas. Bram pun memungut tas itu, namun pandangannya berhenti pada sebuah tablet obat dan buku diary.
Bram memungut obat itu dan membaca kandungan yang ada di dalamnya. “Pil Kb? Apa selama ini ia mengkonsumsi itu?” Tak mau terlalu lama memendam penasaran, Bram pun membuka buku diary milik Danila. Membacanya satu-persatu.
Hingga maniknya berhenti pada sebuah halaman yang menceritakan tentang perasaan wanita itu.
“Aku lelah menjadi jembatan Ayah untuk mencapai projectnya. Apa aku sehina itu? Bahkan sekarang aku harus melayani pria bernafsu seperti Atma dan menyakiti hati kakakku. Aku tak mencintai pria ini, Tuhan. Apakah tak bisa ji
Byan pun mengikis jarak wajahnya, tanpa sadar Clarita memejamkan matanya. Dan di detik selanjutnya tubuh wanita itu menegang kala merasakan ada sebuah benda kenyal menempel di bibirnya, mengecup dengan lembut. Clarita merasakan sensasi yang pernah ia rasakan sebelumnya. “Aku hanya meminta ini setiap pagi, bisa ‘kan?” tanya Byan seraya melepaskan pagutannya. Clarita pun tersipu malu ia menyembunyikan wajahnya di dalam ceruk leher Byan. “Kenapa sayang?” “By, mungkinkah itu kamu?” tanya Clarita masih di bersembunyi di ceruk leher Byan. “Aku akan mencari tahunya ya, jika memang itu aku. Tentu aku akan sangat bahagia, jika tidak pun aku tak akan mempermasalahkannya dan tak akan mencari tahu kebenarannya, biarlah itu menjadi masa lalu untukmu.” Byan mengusap puncak kepala Clarita. Clarita mengecup pipi Byan sekilas lantas bergegas bangkit dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi, Clarita tersenyum bahagia. Ia bahkan melompat ke sana ke mari hingga nyaris terples
“Kamu ini memang tidak ada gunanya‼” bentak Mahen menyambut kedatangan Atma.Atma pun menatap malas ayahnya, ia tak mengerti kenapa pria tua itu memarahinya. Ia pun hanya diam tak merespon ucapan pria paruh baya di depannya. “Kenapa diam!”“Apa pantas seorang tua menyambut kedatangan anaknya dengan marah-marah?” ucap Atma sarkas.“Apa pantas seorang anak tak mau membantu perusahaan ayahnya?”“Aku ini kurang apa? Ayah bahkan merebut kebahagianku aku terima, anda meminta aku menikah dengan wanita pilihanmu aku juga terima, apa lagi sekarang?” tanya Atma dengan tatapan tajam.Belum sempat Mahen menjawab ucapan pria itu, Atma telah berlalu dari hadapannya dan menuju lantai atas. Padahal kedatangannya ke mari untuk bertemu dengan sang ayah namun pria paruh baya itu justru memarahinya tanpa alasan yang jelas.Atma pun membanting pintunya hingga menimbulkan suara yang begitu kencang. Dada Mahen bergerak naik turun, menandakan ia tengah dirundung kekesalan akan sikap putra tunggalnya itu. “At
“Kita bicarakan nanti yah.” Danila pun mengangguk, ia kembali menyantap es buah dalam hening, pikirannya melayang pada ayah dan ibunya yang jauh darinya.Setelah selesai kegiatan makan siang bersama, Clarita pamit ke kamarnya. Ia harus memberi asi terlebih dahulu untuk baby twin. Sedangkan Byan ia meminta ijin untuk menyusul Clarita. Kini, Danila dan Dean tengah duduk di tepi kolam renang, mereka memainkan kaki di dalam air berkaporit itu. Keheningan mendera keduanya, baik Danila maupun Dean seakan bungkam tak ada yang mau membuka suaranya.“Dan.” “De,” ujar keduanya bersamaan.“Kamu dulu saja,” ujar Danila kembali menatap kakinya.“Em, aku senang akhirnya Kak Bram berhasil mendapatkan wanita yang lebih baik ketimbang aku.” Danila menoleh m
“Jadi?” tanya Clarita karena Bram tak kunjung melanjutkan ucapannya.Bram menarik napasnya dalam-dalam lantar berkata dengan lantang dan yakin. “Aku ingin menikahi Danila, Mba.”“Oh iya? Sungguh? Oh Bram, aku bahagia banget dengarnya. Kapan?”“Setelah Brahma tertangkap, Mba.”“Oke mba akan bantu keperluannya ya.” Bram pun mengangguk setuju, ia tersenyum penuh bahagia, begitu juga dengan Clarita.Malam itu mereka menjadi malam yang panjang untuk keluarga Byan dan Davin. Mereka menghabiskan waktu dengan barberque-an dan juga berkarouke bersama. Suara merdu Clarita dan Danila membius semua orang yang ada di sana. Clarita memeluk adiknya bahagia, begitu juga dengan Danila, ia sangat bahagia bisa menemukan kembali kebahagiannya dengan jalan yang benar. Selama ini ia hanya tahu memuaskan pria di ranjang setelah pulang ia akan
Danila mengangguk pasti, ia sudah memikirkan semuanya matang-matang ia harus membuat Brahma merasakan penderitaannya selama ini. Mobil Bram pun berputar arah, ia dengan cepat melajukan mobilnya ke arah yang dikirimkan Brahma pada Danila. Danila tak lupa mengirimkan pesan kepada Clarita tentang pertemuannya dengan Brahma. Clarita yang baru saja menidurkan baby twin bergegas menghampiri Byan di ruang kerja suaminya. “Mas, Danila mengirimkan pesan. Semua terjadi lebih cepat dari apa yang kita duga.” Byan mengangguk, ia segera menghubungi Janu untuk bersiap, Davin dan Anjani telah menanti di lain kamar hotel bersama dengan beberapa polisi. Tak mau membuang waktu lebih lama, Byan dan Clarita segera menyusul ke hotel tempat Danila dan Brahma bertemu. Clarita melapisi pakaiannya dengan cardigan rajut sedangkan Byan pria itu meraih jaket denim miliknya dan segera melajukan mobil mewah miliknya. Mobil Byan berhenti tepat dengan kedatangan Brahma yang terparkir tak jauh dari pandang matanya.
“Danila, ini penting.” Atma mencoba menyakinkan Danila jika dirinya ingin berbicara empat mata. “Penting? Denganku? Memangnya pria terhormat seperti anda masih berminat berbicara dengan wanita murahan seperti saya?” sahut Danila kala mengingat kejadian terakhir di sofa kantor Atma juga di lobby apartemen tempo hari. “Aku minta maaf atas –“ “Simpan saja maafmu untuk wanita yang jauh lebih butuh dibanding aku. Kamu benar saat ini aku sudah mendapatkan yang baru, lebih tepatnya aku sudah menemukan pria yang bukan hanya ingin tubuhku!” Danila menggenggam erat jemari Bram seakan mengatakan pada Atma jika dirinya sudah memiliki Bram di hidupnya. “Kamu yakin? Dia bahkan tidak jauh lebih kaya dari aku!” Atma memandang rendah Bram. “Memang, tetapi dia pria yang memperlakukanku sebagai wanita bukan sebatas pemuas nafsu bejatmu!” Atma pun hendak melayangkan pukulan namun lengannya
"Mas? Ini bagaimana? Baby twin mas!” pekik Clarita seraya berlari menuju lantai dua. Byan menyusul Clarita wajahnya tak kalah panik, ia sungguh takut jika ternyata Brahma mengerahkan anak buahnya untuk menghancurkan keluarga yang ia punya.“Sayang, jangan panik. Kita cari pelan-pelan ya?” ujar Byan seraya menyentuh bahu Clarita mengusapnya lembut.Dengan sekali hentakan pintu kamar Clarita terbuka. “Taraaa‼!” pekik dari arah dalam kamar.Clarita terkejut hingga ia tak bisa berkata-kata lagi. Kamar pribadinya telah berubah bentuk, jika sebelumnya hanya berukuran 5x5 kini kamarnya semakin luas dengan interior yang elegan. Ia menutup mulut tak percaya dengan apa yang ia lihat. “Mas?” panggil Clarita seraya menatap Byan.“Iya sayang. Mas sengaja merubah kamar ini agar semakin luas. ‘Kan mulai malam ini kamu gak tidur sendirian lagi?” Clarita mem
“Jangan memancing amarahku, At! Pergilah!” pekik Hanna masih bersandar di balik pintu jemarinya mencengkram erat pegangan pintu. Ia memutar otak bagaimana caranya agar pria itu pergi dari rumahnya. Tiba-tiba terlintas ide jahil, ia pun tersenyum dan segera melancarkan aksinya.“Begini saja, tunggu aku di ujung jalan. Aku akan ke sana tetapi kamu harus menunggu di sana!” ujar Hanna mencoba melembutkan suaranya.Atma termenung sejenak ia memikirkan ucapan Hanna, tak ada sedikitpun rasa curiga dengan ucapan wanita itu. Setelah terdiam beberapa saat, Atma pun memilih untuk mengikuti ucapan Hanna. “Kupegang ucapanmu!” balas Atma, tak lama terdengar deru mobil yang menjauh dari jalanan di depan rumahnya.Hanna menghela napas lega, kala pria itu mau pergi dari rumahnya. Ia segera mengunci pintu pagar dan bergegas masuk kembali ke depan rumah. “Astagfirullah umi!”
“Saya sebagai orang tua kandung Danila Ayudia tentu menyerahkan semua keputusan di tangan putri kami. Kebahagiannya adalah kebahagian kami juga,” sahut Ganesha mengabaikan pertanyaan Danila. “Apa? Orang tua kandung? Maksudnya?” tanya Danila bingung ia pun melemparkan tatapan menuntut ke arah Bram. “Sayang, Tante Ratasya dan Om Ganesha adalah orang tua kandung kamu, yang selama ini disembunyikan oleh Pak Brahma, mereka –“ “Apaa‼” pekik Danila tak percaya. “Jadi? Yang kalian bicarakan saat persidangan itu aku?” tanya Danila tak percaya. “Iya sayang, kami memang orang tua kandungmu. Semua bermula dari … .” Ganesha mulai menceritakan awal mula Brahma merebut Danila darinya. Mulai saat Brahma merebut harta miliknya hingga ke kasus penculikan juga penyekapannya. Danila menyimak ucapan orang tuanya dengan begitu seksama, ia tak mau terlewatkan barang satu kata pun. Hingga ia sampai pada cerita tentang percobaan pembunuhan yang Brahma lakukan pada mereka, Danila mengeram tertahan, selama
“Aku ingin selalu seperti ini selamanya? Bisa ‘kan?” “Kamu ini bikin mas hampir jantungan saja. Sayang, hanya maut yang bisa memisahkan kisah cinta kita. Aku akan selalu berusaha selalu berada di sampingmu,” tutur Byan membuat hati Clarita menghangat dan kupu-kupu si perutnya berterbangan. “Mas nanti malam kita pakai ini saja ya? Acaranya kan di tepi pantai, aku juga gak bisa kalau pakai baju terbuka, alergi dingin. Untung suami aku gak dingin,” canda Clarita seraya menatap sang Suami manja. “Sayangg,” ujar Byan salah tingkah, pria itu menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal itu. Matahari pun mulai bergeser, menyisakan langit berwarna jingga dengan suara hiruk pikuk mobil yang berlalu lalang. Clarita baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di kepalanya, sedangkan sang Suami masih berkutat di meja kerjanya yang bersebelahan dengan kamar tidur mereka, Byan sengaja mendesain ruang kerjanya di dalam kamar hanya dengan memberi sekat kaca yang membatasi antara kama
“Perusahaan koleps, seluruh perusahaan besar menunda penanda tangannya MOU. Harga saham menurun drastis, beberapa vendor menagih pelunasan segera, kau ke mana saja?” ucap Mahen seraya membiarkan putranya membaca seluruh isi mapnya.“Kita bisa menangani ini sem –““Dengan cara apa? Sekarang saja perusahaan sudah tak ada kerja sama, oke masih ada tetapi itu hanya project remahan, kamu pikir itu bisa membayar semua tagihan? Belum lagi gaji pegawai. Seharusnya kamu memikirkan itu, kamu fokus membesarkan perusahaan ini bukan justru sibuk mengurus wanita dan anaknya yang penyakitan itu!”“Shut up, Pah! Apa papah tahu aku jadi seperti ini karena siapa? Karena anda! Anda yang selalu mengagalkan percintaanku anda yang selalu menghancurkan urusan hidupku sendiri. Kenapa? Karena anda terlalu ingin terlihat sempurna, padahal anda jauh lebih busuk daripada bangkai tikus.” Atma ber
“Gak papa kok, ya sudah kita masuk lagi yuk? Kayanya sudah waktunya mulai lagi persidangannya.” Mereka pun mengangguk setuju dengan ucapan Byan. Mereka pun kembali berjalan beriringan memasuki ruang sidang, siang ini mereka akan mendengar keputusam hakim atas perbuatan Brahma bertahun-tahun lalu.“Mas,” lirih Clarita mencekal lengan Byan. Pria itu menoleh dan menatap teduh sang Istri. “Aku takut.”“Pasrahkan semua ke Allah, ya. Semua akan baik-baik saja.” Clarita menghela napas seraya mengeratkan genggamannya di tangan sang Suami.Hakim dan seluruh jajaran pun mulai memasuki ruangan, setelah itu Brahma selaku tersangka utama telah hadir kembali di ruang sidang. Setelah persidangan kembali dibuka Jaksa penuntut umum kembali membacakan dakwaannya.“Dengan ini, kami memutuskan untuk menjatuhkan hukuman kepada Brahma Wijaya dengan pasal tersebut selama 25 tahun kurungan.”Bola mata Clarita nyaris terlepas dari tempatnya kala mendengar putusan hakim kepada pria yang selama ini anggap sebag
“Kita hanya bisa berpasrah diri, Dan. Kita sudah berusaha menegakkan keadilan semoga semua sesuai dengan harapan kita ya.”Waktu seakan begitu cepat berlalu, hari-hari berlalu begitu cepat. Sejak persidangan pertama kemarin kehidupan Danila terasa begitu nikmat dan ringan. Ia masih bekerja di toko kue milik sang Kakak. Sedangkan hubungan asmaranya masih terjalin dengan baik. Bram tak pernah menuntut hubungan ranjang pria itu justru mengarahkan Danila menjadi wanita yang lebih elegant.Lain halnya dengan Atma, pria itu justru semakin gencar mendekati Hanna. Ia bahkan tak peduli dengan penolakan yang terus Hanna berikan padanya. Hanna adalah harapan terakhir untuknya mendapatkan warisan dari sang Nenek, ia pun tak menyerah untuk mendapatkan Hanna kembali.“Han, percayalah padaku. Aku tak hanya membutuhkan Bayu, sejujurnya aku masih menyimpan rasa padamu, tetapi aku terlalu malu untuk mengakuinya. Apa tida
“Katakan apa yang sedang kau rencanakan?” tanya Hanna dengan tatapan penuh selidik.“Begini, aku dituntut untuk memiliki seorang anak. Dan kamu butuh sumsumku bukan? Bagaimana jika kita bekerja sama? Aku akan mencukupi semua kebutuhanmu dan Bayu tetapi menikahlah denganku.”Hanna pun tersenyum miring. “Jadi benar ‘kan dugaanku? Kamu mengejarku dan berbuat baik padaku itu tidak tulus dari dalam hati, apa ini memang sifat aslimu?”“Ayolah, Han. Aku butuh kerja sama ini, agar aku bisa terlepas dari ayahku. Aku akan menghidupi kalian dengan baik, aku juga akan memperlakukanmu dengan baik. Aku hanya butuh Bayu dan status ini agar warisan nenekku bisa segera aku miliki.”“Kamu berubah, At! Ini bukan Atma yang aku kenal!” pekik Hanna seraya berjalan menjauhi pria itu.“Han aku berubah begini karenamu! Aku tak lagi p
Tanpa mendengar ucapan karyawannya Clarita segera berjalan menuju tokonya. Ia menapaki setia anak tangga, samar-samar ia mendengar pertikaian dua orang wanita dan benar saja, ketika langkahnya tiba di lantai dua ia menemukan Danila tengah berdebat dengan seorang wanita paruh baya.“Danila tidak akan mau mencabut tuntutan Danila! Kalian berdua itu licik!” pekik Danila di depan wanita setengah baya. Dari posisinya berdiri Clarita tak dapat melihat dengan jelas siapa sosok yang tengah bertengkar dengannya.Langkah kaki Clarita semakin mendekat ke arah Danila, ia pun tiba di samping tubuh wanita yang menjadi lawan bicara adiknya itu. “Maaf ada apa ya?”“Clarita!” ujar wanita itu terkejut melihat sosok ayu Clarita berdiri di sampingnya. “Kau juga! Mengapa kau tidak tahu terima kasih? Suamiku mengurusmu sejak kecil! Jika tidak ada suamiku maka –“&ldquo
“Kamu ngomong apa sih sayang? Tanpa diminta pun aku akan segera meminangmu. Aku tidak akan membuang kamu begitu saja. Sesuai janjiku padamu, dan juga kamu berhasil membuatku merasakan getaran yang sudah lama tak pernah aku rasakan lagi, bahkan kamu ada untukku di kala aku down kemarin. Kamu ingat ‘kan?” Danila pun mengangguk dan mengulas senyum. Ia lantas kembali melanjutkan aktivitas ranjangnya. Matahari semakin berani menampakkan dirinya, ia mulai menyinari langit kota Semarang menjadi teman warga di sana memulai aktivitasnya. Ada yang berangkat ke sekolah, ada yang berangkat bekerja, ada juga yang berangkat bergosip. Dua insan yang baru saja berubah status percintaannya masih asyik bergelung di dalam selimut tebal dengan tubuh tanpa sehelai benang pun. Selepas shubuh tadi mereka memang kembali mengulang kegiatannya hingga tertidur karena kelelahan. Ketukan dan suara tangis bayi membangunkan keduanya. Clarita mengerjapkan kedua matanya, ia lantas bangkit dari tidurnya dan memilih
“Ini semua adalah dosa yang harus aku tanggung! Tetapi kenapa harus Bayu? Aku … aku tidak bisa hidup tanpanya.”Kening Atma semakin berkerut, ia semakin bingung dengan ucapan Hanna, wanita itu seolah membuat teka-teki untuknya. “Seharusnya malam itu aku tidak melakukan perbuatan dosa, dan berakhir seperti ini. Ke mana aku harus mencari pendonor yang cocok?”“Donor?”Saat Hanna akan menjelaskan ucapannya, pintu UGD terbuka menampilkan sosok wanita setengah baya dengan jas putih yang melekat di tubuhnya. “Dengan keluarga pasien?”“Saya ibunya, Dok!” Hanna berjalan cepat mendekati dokter itu.“Begini bu, kondisi adik Bayu semakin mengkhawatirkan. Kita harus segera menemukan pendonor tulang sumsum belakang untuk keselamatan putra Ibu. Karena kelainan darah bawaan yang Bayu idap sudah di tahap mengkhawatirkan. Saya berharap ibu bisa segera menemukan pendonor yang tepat, untuk saat ini kami hanya bisa memberikan transfusi darah namun itu tidak bisa kita lakukan terus menerus.”Mendengar per