“Ah maaf, silakan diambil saja,” ujar Clarita setelah berhasil menetralkan keterkejutannya. Ia berusaha bersikap senormal mungkin. Dibalik tubuh wanita paruh baya itu berdiri seorang pria dengan kacamata khas miliknya.
Clarita mengangguk sopan, ia hendak berbalik namun sebuah lengan berhasil mencekal lengannya. “Kamu tidak rindu kami?” tanya wanita itu dengan suara bergetar.
Clarita berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikan rasa sedih, kecewa dan marah yang membuncah di benaknya. “Maaf saya buru-buru,” ujar Clarita melepaskan cengkraman wanita itu.
“Cla, jadi beli yang mana?” tanya Byan seraya mendekati Clarita pria itu segera merengkuh tubuh Clarita dan merangkul bahunya. Byan berpura-pura tak menyadari kehadiran Brahma di sana.
“Gak jadi kok, kita cari di tempat lain saja.” Clarita mengulas senyum manisnya.
Dean menatap
“Mbaa,” rengek Dean seraya menutup wajahnya. Ia malu dengan tampilan wajah yang tak berbentuk seperti itu, belum lagi maskara yang luntur akibat tangisannya.“Ya sudah kamu hapus dulu saja, nanti biar mba bantu make up ya?” tawar Clarita menerbitkan senyum manis di wajah Dean. Wajah yang ayu itu menatap Clarita senang. Byan tersenyum melihat tingkah adiknya yang begitu manja terhadap Clarita.Hari semakin larut, kini Clarita tengah mempersiapkan keperluannya. Ia menggantikan pakaian bbaby twin, setelah itu mengganti pakaiannya dengan dress yang kemarin ia beli bersama Byan. Dress yang cantik dengan potongan dan hiasan yang tak terlalu mewah namun tampak elegan itu melekat dengan manis di tubuh Clarita. Setelah kain dengan model khusus itu telah melekat di tubuhnya, kini ia berjalan ke meja rias.Ia menatap alat make up yang ia punya, ia tersenyum senang karena akhirnya ia berhasil membeli kembali
Byan menatap pria itu, ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia kemudian mengajak pria itu bergabung dengannya ia terus menatap pria yang datang dengan seorang wanita berusia sekitar 40an, wanita itu tampak anggun menggunakan dress berwarna biru muda, dengan tatanan rambut yang terlihat pas dengan usianya. Wanita itu melempar senyum pada Clarita yang berada di samping Byan.“Cla, kenalin ini Tante Anjani dan ini Pak Davin, mereka salah satu rekan bisnis aku,” ujar Byan mengenalkan sepasang suami istri lanjut usia itu.“Clarita, Tante Om.” Clarita mengangguk sopan.Raut wajah Davin dan Anjani tampak tegang, ia menatap Byan seolah meminta pria itu meminta penjelasan. “Em, bagaimana jika besuk malam, Pak Davin dan Bu Anjani mampir ke rumah saya, yah agar kita lebih dekat saja.” Byan menawarkan makan malam pada mereka.“Oh dengan senang hati. Saya akan dengan
“Maksudku, biarkan mereka menyelesaikannya sendiri. Kita awasi saja dari sini. Bagaimana pun juga Dean sudah tumbuh dewasa. Kita sebagai yang di atasnya hanya bisa memberi masukan, perihal apapun hasil perasaan Dean kita serahkan padanya.” Penjelasan Clarita menyadarkan Byan. “Kita pantau dari sini saja, ya?” tanya Clarita menatap Byan lembut dan teduh. Akhirnya Byan pun mengalah, ia mengangguk dan kembali menutup pintu mobil. Pria itu menatap tajam mobil Bara yang terparkir di depan halte kampus. Dari kejauhan Byan dan Clarita melihat interaksi Dean dengan pria itu. Mereka berbincang dengan raut wajah serius, Dean tampak berdiri dengan tegap. Ia tak pernah melihat adiknya mampu berdiri di depan orang terlebih pria dengan begitu tegap dan tegas. Tak lama, Dean berjalan menjauhi pria itu ia berjalan menuju mobil Byan dan mengetuk pintu mobil kakanya. “Kenapa?” tanya Byan. Dean enggan menjawab wanita muda itu hanya diam dan termenung.
“Menyadarkan sahabat gue supaya gak bertindak bodoh!” ucap Bara yang masuk tanpa permisi. Atma menatapnya tak terima, ia menatap sahabatnya itu dengan raut wajah kesal. “Sekarang kalau dipikir logika, emang lu gak penasaran siapa Clarita? Kenapa Danila dan Pak Brahma menatap Clarita seolah mereka penah kenal?”Atma terdiam, ia sebenarnya juga merasakan hal itu, tetapi ia tak bisa memberikan bukti apapun. “Kalau lu peka, nama belakang Clarita dan Danila itu hampir sama. Iya ‘kan?”Atma tampak berpikir sejenak. “Lagi pula, lu tuh aneh. Demennya sama siapa yang ditidurin siapa. Kalau gue jadi Clarita jelas gue pilih Byan yang track recordnya gak pernah ada masalah dan hubungan ranjang dengan wanita-wanita di luar sana, gak kayak lu, Jay. Mr Celap-Celup.”Atma hendak mengamuk namun, ia tak bisa menyangkal ucapan sahabat sekaligus asistennya itu. “Dia yang d
Byan hanya tersenyum, ia seakan menyembunyikan sebuah rahasia pada Clarita tanpa banyak kata, Byan segera meraih Yandra ke dalam dekapannya dan mengajak Clarita turun ke bawah, karena ia sudah menerima kabar dari Mang Asep bahwa mobil Davin dan keluarganya sebentar lagi akan tiba di depan gerbang. Dengan terpaksa Clarita mengikuti langkah kaki Byan, ia menggendong Yara dengan hati-hati.Setibanya di anak tangga terakhir, Clarita melihat sepasang suami istri tengah duduk dengan manis ditemani seorang pria yang memakai kemeja hitam dengan lengan yang digulung. Clarita dan Byan berjalan berdampingan dengan menggendong baby twin. Mereka bak suami istri yang tampak begitu bahagia dengan dua buah hati yang menggemaskan.Davin dan Anjani berdiri menyambut kedatangan Clarita dan Byan, tak lupa wanita muda yang duduk di samping Anjani. “Selamat datang Pak Davin Bu Anjani,” sapa Byan dengan menjabat tangan Davin dan Anjani.
Brahma terdiam, ia merutuki dirinya sendiri yang nyaris kelepasan menyebut nama Clarita. “Seperti remaja pada umumnya, At. Memang kamu mengira siapa?” elak Brahma setelah ia terdiam beberapa saat.Atma pun terdiam, di dalam pikirannya melayang kejadian di mana Clarita bertemu temannya dan menceritakan kejadian malam itu. “Siapa Clarita? Kalian tahu nama itu ‘kan?” tanya Atma memojokkan Brahma dan Danila yang kini saling bertukar pandang.“Clarita, ah dia sebenarnya hanya anak dari kakakku dan kami merawat sejak kecil, maka dari itu kami begitu kecewa kala ia hamil di luar nikah.”“Bukankah kejadian malam itu juga karena ulah kalian?” tanya Atma memojokkan dua orang di depannya.Di lain tempat, Clarita baru saja sadar. Ia mengerjapkan pandangan matanya, menyamakan sinar yang masuk ke indra penglihatannya. Manik matanya menatap tubuh Anjani yang dud
"Lu mau cari sampe ke ujung dunia pun gak akan ketemu. Lu tahu dia itu siapa? Dan segimana dia itu menyembunyikan identitasnya. Bahkan kita saja baru tahu ‘kan kalau Dean ternyata adiknya? Terus sekarang lu mau cari tahu rumahnya? Di mimpi saja gue gak yakin berhasil.” Bara menyuarakan pendapatanya membuat Atma mengurungkan niatnya.“Terus gue harus apa?”“Nikahin Danila! Jangan sampe lu semakin dicap sebagai pria gak bertanggung jawab. Lu gak ada niatan buat nyingkirin Danila kayak lu nyingkirin mereka ‘kan?” tanya Bara dengan nada sarkas.Di tempat lain, Clarita baru saja membuka toko kuenya. Sebelumnya ia telah memastikan jika keadaan adik iparnya itu baik-baik saja. Ia memberikan intruksi pada karyawannya juga menyerahkan buku pesanan, setelah itu ia kembali ke rumah utama, dari kejauhan ia mendengar suara gaduh yang berasal dari ruang tamu. Dengan sigap Clarita melangkahkan
“Apa yang dia rencanakan? Kenapa ia menyebut kata bos? Apa dia penyusup?” tanya Clarita dengan kening berkerut.“Mba, kenapa?” tanya Dean yang muncul dari sisi kiri Clarita. Clarita tersentak, lantas ia mencoba menetralkan ekspresinya agar Dean tak curiga dan juga panik. “Mba kenapa?” ulang Dean karena Clarita tak kunjung menjawab pertanyaannya.“Oh enggak papa kok, tenang aja. Kamu sudah siap?” tanya Clarita seraya mengulas senyum.Dean mengangguk, ia pun mengajak Clarita turun bersama dengannya. Dean yang tampil dengan dress midi model sabrina dihiasi dengan high heels berukuran 5 cm itu menggandeng lengan Clarita erat. Tubuhnya masih lemas karena kejadian pagi tadi. Namun, ia ingin menghargai usaha sang Abang yang telah menyiapkan rentetan persiapan menuju pernikahan Byan dan Clarita.“Kamu sudah sehat?” tanya Clarita menyadari langkah ka