Seketika Calista berlari keluar, dan benar saja, Gabriel menangis dan disampingnya ada seorang wanita paruh baya yang sedang menenangkan Gabriel."Briel, maaf Aunty lama…." Calista langsung membuka antiseptik dan mengoleskan antiseptik itu pada luka Gabriel.Dan semua ketelatenan Calista mengobati Gabriel tak luput dari perhatian wanita paruh baya di samping Gabriel."Dia berumur berapa tahun?" tanya ibu Vina pada Calista.Calista mendongak dan tersenyum. "Enam tahun, Bu."Mendengar jawaban Calista membuat ibu Vina menjadi sedih, kalau saja putrinya masih di sini, mungkin cucunya sudah sebesar anak kecil yang berada di depannya saat ini. Selesai mengobati luka di lutut Gabriel, Calista yang mendengar isakan tangis ibu Vina langsung mendongak, ia tampak khawatir. Calista lalu duduk di samping ibu Vina dan memegang tangannya."Ibu kenapa? Apa Ibu sakit? Aku seorang dokter, jadi tolong bicaralah keluhan Ibu," Calista berkata dengan pelan takut wanita itu tambah menangis.Namun bukan jaw
Jantung Aneta terasa ingin copot dari tempatnya. Apa yang diucapkan Calista tadi?Reksa ternyata ingat kejadian itu.Bagaimana jika Reksa tau itu adalah dirinya. Aneta hanya diam. Diam antara dua hal, yang pertama diam karena ia berpikir mungkin Reksa sudah mengetahui semuanya. Dan yang kedua diam karena ingin mendengar lanjutan cerita dari Calista."Reksa menjadi dokter anak karena ingin menemukan anaknya. Pasti dalam hatimu bertanya 'kan?! Kenapa harus menjadi dokter anak, sedangkan Reksa saja takut pada jarum suntik." Calista menghela napas."Ketahuilah, Ta. Reksa mati-matian melawan rasa takutnya pada jarum suntik sejak ia tahu dari salah seorang detektif yang ia sewa, kalau wanita yang ditidurinya itu melarikan diri ke Singapore, walaupun detektif itu masih ragu, namun Reksa tidak memberikan kesempatan detektif itu untuk memberikan keterangan berikutnya hanya karena Reksa takut kecewa. Dia berpikir dengan menjadi dokter anak pasti akan bertemu anak yang berbeda setiap harinya,
Gabriel mendongak melihat wajah uncle baik hatinya itu. Dan disana ia melihat tidak ada penolakan atas ucapan gadis kecil yang baru datang tersebut, lantas Gabriel melepas pelukan itu. Sungguh demi apapun, Reksa sangat tidak tega dengan Gabriel. Raut wajah itu begitu sedih mendapati kenyataan kalau sebenarnya Reksa sudah mempunyai anak.Aneta meraih pundak Gabriel dari belakang dan menariknya pelan."Mm, Briel … ini sudah malam dan kita sudah selesai makan. Sebaiknya kita pulang saja." Calista mengambil alih suasana yang tadinya hangat tiba-tiba berubah menjadi panas.Calista sangat ingin bicara dengan Reksa, tapi melihat wajah Gabriel, sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat. Gabriel hanya bisa menundukkan kepala, sementara Reksa yang ingin sekali membuka mulut untuk menjelaskan kesalahpahaman ini hanya bisa terdiam karena ia pikir menjaga hati seorang anak yang menderita penyakit kanker darah stadium lanjut lebih penting daripada menjaga perasaan yang ia duga anaknya sendiri. Bukan
"Boleh aku bertanya sesuatu tentang kalian berdua?"Karina langsung memandang lelaki yang mulai ia kagumi itu."Siapa sebenarnya ayah Fellicia?"Reksa langsung menanyakan hal yang sejak kemarin bercokol di pikirannya. Karina diam, ia bingung harus menceritakan yang sebenarnya atau harus mengarang cerita supaya Reksa tidak salah paham akan apa yang sebenarnya terjadi."Apakah jika aku jujur padamu, kau akan percaya pada ceritaku ini?""Tentu, katakan siapa orangnya, kalau aku kenal, aku akan membawanya datang padamu dan memperlihatkan keadaan Fellicia yang sebenarnya."Karina terus memandangi Reksa, melihat kedua mata itu, mata yang dulu tidak seberani itu menatapnya dengan sangat tegas seperti sekarang ini. Ia terharu karena ternyata Reksa masih peduli padanya, masih sama seperti yang dulu, dan ia sangat yakin kalau Reksa masih mencintainya seperti dulu juga. Tapi bukan ini yang dia harapkan, bukan tanggung jawab dari lelaki b*jingan itu yang ia harapkan. Dulu Reksa memang tidak mena
Reksa mengantar Karina dan Fellicia sampai depan rumah mereka. Wajah Fellicia masih murung karena ia selalu mengingat betapa bahagianya teman Fellicia yang selalu menceritakan tentang kebersamaan dengan ayahnya, tapi mengapa dirinya tidak bisa melakukan hal yang sama?Karina dan Reksa yang sadar akan ekspresi wajah Fellicia itu pun saling pandang. Mereka lalu mendekati Fellicia dan menggandengnya masuk menuju rumah. Ketika sampai di depan teras, Reksa berjongkok mensejajarkan tinggi badannya dengan gadis kecil di depannya itu."Fell, saya pergi dulu, kamu baik-baik ya dirumah, segeralah cuci kaki dan tanganmu, lalu lekas istirahat." Setelah berkata seperti itu, Reksa kemudian berdiri dan mengusap puncak kepala gadis kecil itu, lalu beranjak dari sana.Namun baru akan masuk ke mobil, Reksa dikagetkan oleh suara teriakan Karina. Reksa kemudian menutup pintu mobilnya kembali, lalu segera menghampiri Karina dan Fellicia."Ada apa dengan Fellicia?" tanya Reksa ketika melihat Fellicia sudah
Setelah melalui beberapa bujukan serta rayuan Reksa pada Fellicia untuk pulang dan menemui ayahnya di apartemennya, Reksa akhirnya bisa melepaskan diri dari anak kecil yang menganggapnya ayah itu. Walau dirinya merasa bersalah telah menipu gadis kecil itu, tapi Reksa tidak bisa melakukan hal apapun untuk Fellicia selain mengaku dan berpura-pura jadi ayahnya.Dengan kecepatan tinggi, mobil Reksa membelah jalanan ramai lancar di kota yang bersejarah bagi dirinya tersebut. Hatinya mulai tak tenang memikirkan ada hal penting apa sampai Hendarto saat ini berada di apartemen yang ia pinjami sebagai tempat tinggal sementara untuk Calista.Tanpa berlama-lama, sekarang dirinya berada di parkiran dan akan segera naik ke lantai atas, namun saat akan menekan tombol salah satu lift yang ada disana, dirinya tertegun saat mendapati seseorang yang berada di dalam lift tersebut.Ketiga orang yang berada di dalam lift itu keluar. Tidak ada sapaan hangat lagi seperti biasa dari Gabriel untuk Reksa. Bagi
Dulu ketika masih sekolah, Reksa ingat betul kalau dirinya pernah melakukan operasi pencangkokan ginjal, tapi dirinya tidak pernah berpikir siapa yang mendonorkan ginjal untuk dirinya, karena pada saat itu dirinya pun merasakan sakit yang teramat, jadi dirinya tidak sempat memikirkan pendonor ginjal itu. Entahlah, perkataan Calista mengingatkannya tentang operasi pencangkokan ginjal yang ia alami beberapa tahun yang lalu. Dan hal itu tidak bisa membuatnya tidak bisa tidur malam ini.Hingga keesokan harinya, jagat dunia maya dihebohkan dengan berita yang sangat mengejutkan. Ponsel Reksa berbunyi dan menandakan notifikasi masuk pada ponsel tersebut. Dengan mata yang bengkak karena semalam tidak bisa tidur, Reksa membuka kunci layar pada ponselnya, dan muncullah tulisan CEO Hendarto Group diam-diam sudah mempunyai anak dari seorang pelukis ternama yang berasal dari Singapore. Dan ketika Reksa mengklik tulisan tersebut, muncullah gambar dirinya yang sedang berada di rumah sakit sedang men
"Aku bertemu dengan mereka di airport. Kemarin aku tidak jadi pulang ke Singapore karena aku akan bekerja di rumah sakit di sini. Dan bukankah ini ibunya Fellicia? Lalu siapa laki-laki itu?"Reksa terdiam mendengar pertanyaan Calista. Bukan ia tidak tahu siapa laki-laki yang berada disamping Karina. Dirinya hanya berpikir, apakah selama ini Denis masih berhubungan dengan Karina? Lalu, apa ayah Fellicia adalah Denis, lalu kenapa Karina mengasuh Fellicia seorang diri? Pertanyaan itu muncul di pikiran Reksa kala melihat foto yang di berikan Calista.Denis, lelaki perebut pacar Reksa. Sebenarnya bukan perebut tapi lebih kepada gara-gara Denis, dirinya di tinggalkan oleh Karina, jadi sebenarnya siapa yang salah? Karina dan Denis sama-sama bersalah, karena tega menghianati Reksa dan itu adalah masa lalu kelamnya."Aku tidak tahu siapa lelaki itu yang jelas aku ada meeting dengan klien, sekarang juga. Jadi bisakah kau pergi dari hadapanku sekarang?" Bukan permintaan, tapi perintah itu Reksa