Claire mencibir. "Mengapa aku harus menunjukkanmu barang yang begitu berharga?"
Perlahan aroma samar yang berasal dari parfum Anthony mengejutkan Claire saat pria itu mendekat.
Mengapa dia memakai parfum yang sama dengan pria enam tahun lalu?
Melihat wajah pucatnya, Anthony meluruskan postur tubuhnya dan tidak memberinya kesempatan lagi. "Karena kamu tidak bisa membuktikannya, maka angkat kaki dari tempat ini. Jangan sampai membuatku memanggil security untuk mengusirmu."
Claire tiba-tiba mengangkat kepalanya dan tersenyum cerah. "Tuan, apa kamu yakin dengan itu?"
Anthony menyipitkan mata saat dia menatap wanita itu dalam-dalam.
Ekspresi Ruby berubah lagi ketika dia melirik Anthony dengan hati-hati.
"Anthony…"
"Diam!" Lalu dia menoleh ke arah Claire. "Aku akan membuatnya meminta maaf padamu." Anthony menjawab dengan dingin.
Mata Anthony sedikit redup. "Lalu apa yang kau inginkan?"
Setelah sepersekian detik, dia membuka bibirnya dengan sedikit malu. "Jangan keterlaluan kamu."
Ruby menundukkan kepalanya dan menggertakkan giginya dengan penuh kebencian.
"Anthony, aku…"
Ruby mengulurkan tangannya, berharap bisa melingkarkannya di lengan Anthony. Namun Anthony menarik tangannya kemudian menatap Ruby dengan dingin. "Kamu selesaikan masalah ini sendiri."
Setelah mengatakannya, dia langsung berbalik dan pergi begitu saja tanpa menoleh lagi ke belakang. Melihat Anthony keluar dari gedung, pengawal berbaju hitam yang berdiri sejak tadi menunggu Anthony di samping Rolls-Royce bergegas membukakan pintu mobil untuknya. Dia kemudian masuk ke dalam mobil dan berkata kepada pria yang duduk di kursi penumpang depan "Aku ingin semua informasi yang bisa kamu dapatkan tentang designer Lora di mejaku dalam dua hari."
"Mommy, kamu menyembunyikan sesuatu dari kami!"
Claire memaksakan sudut bibirnya ke atas, tersenyum, dan berdiri saat melihat Calvin yang mulai curiga kepadanya. "Anak-anak tidak perlu mengkhawatirkan urusan orang dewasa. Mommy bisa mengatasinya. Ayo, Mommy akan membuatkan kalian makanan."
Dia hendak pergi ke dapur ketika ponselnya berdering.
Melihat nomor telepon yang familiar, sudut bibirnya berkedut.
Ini nomor Ruby Johnson.
Claire menarik napas dalam-dalam dan pada akhirnya menyetujui. "Oke, aku akan kesana besok pagi." Dia kemudian menutup telepon setelah mengatakan itu. Abigail, yang menguping dari belakang, berlari kembali ke kamar dengan kaki mungilnya dan berkata kepada saudara laki-lakinya, "Wanita jahat itu menelepon dan mengancam mommy!" Calvin kemudian segera menyarankan, "Kalau begitu kita akan memulai rencana kita saat Mommy pergi keluar untuk menemuinya besok." Keesokan harinya… Claire menghubungi Vienna Jewelry, dan sekretaris membawanya ke ruangan Ruby. Seperti yang dia duga, Ruby sedang menunggunya dengan angkuh di sofa. Ruby tersenyum dan bangkit, lalu berjalan ke arahnya begitu sekretaris keluar. "Aku mengira kamu tidak akan datang." Wajah Ruby berubah kecut begitu mendengarnya. "Jangan main-main Claire." Melihat Ruby mengangkat lengannya, Claire mencegat aksinya dengan cepat dengan meraih pergelangan tangannya. "Masih ingin menamparku?" Claire kemudian menampar Ruby. Ruby tercen
Saat fajar menyingsing, matahari pagi bersinar. Claire tiba-tiba membuka matanya. Dia terkejut saat mendapati dirinya dalam keadaan tanpa busana di tempat tidur bersama pria asing yang berbaring di sebelahnya. Punggung pria itu menghadap ke arahnya. Wajah Claire tiba-tiba memucat saat mengingat kejadian semalam. Ternyata itu bukan mimpi! Bagaimana dia bisa berakhir di sini? Yang bisa dia ingat dari kejadian semalam adalah dia tengah merayakan ulang tahunnya bersama Ruby, kakaknya. Setelah meneguk beberapa minuman yang ditawarkan oleh Ruby, dia pingsan! Ketika Claire sampai di rumah, dia melihat ayahnya duduk di sofa menunggunya. Rafael bertanya dengan ekspresi tenang, "Di mana kamu semalam?" Claire mengatupkan bibirnya dan memikirkan kejadian tadi malam sebelum akhirnya menjawab dengan gugup, "A-aku tertidur di rumah teman." Bam! Claire tersentak kaget saat ayahnya tiba-tiba menggebrak meja. "Kamu menghabiskan malam bersama seorang pria di kamar hotel! Kamu pikir Papa tidak tah
Enam tahun kemudian. Dia dibuat terdiam saat melihat mereka. Lupakan fakta bahwa Claire memiliki anak kembar tiga, yang membuatnya sulit percaya adalah mereka tampak seperti malaikat-malaikat yang dikirim dari surga! Tak berhenti dia bertanya-tanya siapa makhluk surgawi tampan yang pernah ditiduri oleh Claire! Tiffany Hills adalah sahabat terbaiknya. Saat Claire diusir dari Mansion Johnson enam tahun lalu, dia lari ke luar negeri. Hanya Tiffany yang membantunya pada saat itu. Yang paling muda di antara mereka, Abigail Johnson, dengan bangga mengadukan mereka. "Calvin dan Charlie bertanya-tanya mengapa ibu baptis terlihat aneh!' Kedua anak laki-laki itu tercengang. Tidak diragukan lagi dia memang benar-benar adik mereka.
Pria itu memiliki wajah mempesona dengan kulit putih pucat, bibir tipis yang tajam dan mata amber yang dalam seperti menyembunyikan lautan dingin yang tidak terselami. Mata Claire dipenuhi rasa ingin tahu saat dia menatap pria itu. Siapa pria ini? Apa hubungannya dengan Ruby? Anthony Smith memusatkan pandangannya pada wajah Claire. Dia mengerutkan alisnya. Wanita ini… Melihat wajah Anthony yang berubah suram, Claire menyilangkan lengannya dan tersenyum. "Mengapa hal itu membuatmu khawatir Tuan? Apa kau adalah suaminya? Karena itu kau mendukungnya?" Pfft. Kalau itu benar, maka mereka akan menjadi pasangan baj*ngan yang sempurna! Pria-pria yang jatuh cinta pada orang seperti Ruby hampir bisa dikatakan pria yang tidak baik. "Apa kamu mengerti apa yang kamu bicarakan?" Anthony menyampaikan dengan dingin. Semua orang terpana! Ternyata dia adalah Lora, designer perhiasan Internasional yang terkenal itu! Ruby tampak terguncang. "Tidak mungkin! Bagaimana mungkin kamu adalah Lora?" Te
Claire menarik napas dalam-dalam dan pada akhirnya menyetujui. "Oke, aku akan kesana besok pagi." Dia kemudian menutup telepon setelah mengatakan itu. Abigail, yang menguping dari belakang, berlari kembali ke kamar dengan kaki mungilnya dan berkata kepada saudara laki-lakinya, "Wanita jahat itu menelepon dan mengancam mommy!" Calvin kemudian segera menyarankan, "Kalau begitu kita akan memulai rencana kita saat Mommy pergi keluar untuk menemuinya besok." Keesokan harinya… Claire menghubungi Vienna Jewelry, dan sekretaris membawanya ke ruangan Ruby. Seperti yang dia duga, Ruby sedang menunggunya dengan angkuh di sofa. Ruby tersenyum dan bangkit, lalu berjalan ke arahnya begitu sekretaris keluar. "Aku mengira kamu tidak akan datang." Wajah Ruby berubah kecut begitu mendengarnya. "Jangan main-main Claire." Melihat Ruby mengangkat lengannya, Claire mencegat aksinya dengan cepat dengan meraih pergelangan tangannya. "Masih ingin menamparku?" Claire kemudian menampar Ruby. Ruby tercen
Claire mencibir. "Mengapa aku harus menunjukkanmu barang yang begitu berharga?" Perlahan aroma samar yang berasal dari parfum Anthony mengejutkan Claire saat pria itu mendekat. Mengapa dia memakai parfum yang sama dengan pria enam tahun lalu? Melihat wajah pucatnya, Anthony meluruskan postur tubuhnya dan tidak memberinya kesempatan lagi. "Karena kamu tidak bisa membuktikannya, maka angkat kaki dari tempat ini. Jangan sampai membuatku memanggil security untuk mengusirmu." Claire tiba-tiba mengangkat kepalanya dan tersenyum cerah. "Tuan, apa kamu yakin dengan itu?" Anthony menyipitkan mata saat dia menatap wanita itu dalam-dalam. Ekspresi Ruby berubah lagi ketika dia melirik Anthony dengan hati-hati. "Anthony…" "Diam!" Lalu dia menoleh ke arah Claire. "Aku akan membuatnya meminta maaf padamu." Anthony menjawab dengan dingin. Mata Anthony sedikit redup. "Lalu apa yang kau inginkan?" Setelah sepersekian detik, dia membuka bibirnya dengan sedikit malu. "Jangan keterlaluan kamu."
Pria itu memiliki wajah mempesona dengan kulit putih pucat, bibir tipis yang tajam dan mata amber yang dalam seperti menyembunyikan lautan dingin yang tidak terselami. Mata Claire dipenuhi rasa ingin tahu saat dia menatap pria itu. Siapa pria ini? Apa hubungannya dengan Ruby? Anthony Smith memusatkan pandangannya pada wajah Claire. Dia mengerutkan alisnya. Wanita ini… Melihat wajah Anthony yang berubah suram, Claire menyilangkan lengannya dan tersenyum. "Mengapa hal itu membuatmu khawatir Tuan? Apa kau adalah suaminya? Karena itu kau mendukungnya?" Pfft. Kalau itu benar, maka mereka akan menjadi pasangan baj*ngan yang sempurna! Pria-pria yang jatuh cinta pada orang seperti Ruby hampir bisa dikatakan pria yang tidak baik. "Apa kamu mengerti apa yang kamu bicarakan?" Anthony menyampaikan dengan dingin. Semua orang terpana! Ternyata dia adalah Lora, designer perhiasan Internasional yang terkenal itu! Ruby tampak terguncang. "Tidak mungkin! Bagaimana mungkin kamu adalah Lora?" Te
Enam tahun kemudian. Dia dibuat terdiam saat melihat mereka. Lupakan fakta bahwa Claire memiliki anak kembar tiga, yang membuatnya sulit percaya adalah mereka tampak seperti malaikat-malaikat yang dikirim dari surga! Tak berhenti dia bertanya-tanya siapa makhluk surgawi tampan yang pernah ditiduri oleh Claire! Tiffany Hills adalah sahabat terbaiknya. Saat Claire diusir dari Mansion Johnson enam tahun lalu, dia lari ke luar negeri. Hanya Tiffany yang membantunya pada saat itu. Yang paling muda di antara mereka, Abigail Johnson, dengan bangga mengadukan mereka. "Calvin dan Charlie bertanya-tanya mengapa ibu baptis terlihat aneh!' Kedua anak laki-laki itu tercengang. Tidak diragukan lagi dia memang benar-benar adik mereka.
Saat fajar menyingsing, matahari pagi bersinar. Claire tiba-tiba membuka matanya. Dia terkejut saat mendapati dirinya dalam keadaan tanpa busana di tempat tidur bersama pria asing yang berbaring di sebelahnya. Punggung pria itu menghadap ke arahnya. Wajah Claire tiba-tiba memucat saat mengingat kejadian semalam. Ternyata itu bukan mimpi! Bagaimana dia bisa berakhir di sini? Yang bisa dia ingat dari kejadian semalam adalah dia tengah merayakan ulang tahunnya bersama Ruby, kakaknya. Setelah meneguk beberapa minuman yang ditawarkan oleh Ruby, dia pingsan! Ketika Claire sampai di rumah, dia melihat ayahnya duduk di sofa menunggunya. Rafael bertanya dengan ekspresi tenang, "Di mana kamu semalam?" Claire mengatupkan bibirnya dan memikirkan kejadian tadi malam sebelum akhirnya menjawab dengan gugup, "A-aku tertidur di rumah teman." Bam! Claire tersentak kaget saat ayahnya tiba-tiba menggebrak meja. "Kamu menghabiskan malam bersama seorang pria di kamar hotel! Kamu pikir Papa tidak tah