Ekspresi Evan tidak membaik setelah mendengar penjelasan Lauren.Dia mengira Lauren pasti bisa hamil tanpa alat kontrasepsi.Lauren mencoba berkata, "Kak Gilbert, apa kamu bisa meminta orang membelikanku pembalut? Aku nggak membawanya."Evan berbalik dengan ekspresi masam.Lauren mendengar suara pintu di luar ditutup, kemudian Lauren segera menutup pintu kacanya.Dia tidak bisa membiarkan Evan tahu kalau sebenarnya dia ada meminum obat kontrasepsi.Waktu itu dia membeli dua macam obat kontrasepsi untuk berjaga-jaga.Satu adalah obat kontrasepsi dalam botol vitamin yang ditemukan oleh Evan, sedangkan yang satu lagi disembunyikan di lemarinya.Evan pasti tidak menduga itu.Kalau tidak, dengan pengekangan Evan tanpa akhir, Lauren pasti akan hamil.Dia tidak bisa melakukan apa-apa dengan kehamilan pertamanya. Untuk kedua kalinya, dia bisa mencegahnya.Evan bukan orang normal. Bagaimana dia bisa melahirkan anak orang tidak normal? Itu hanya akan menjadi sebuah tragedi.Pintu kaca buram terb
Yasmin menjawab, "Aku nggak tahu.""Aku mendengar rekan kerjaku pernah pergi ke rumah Tuan Daniel untuk kasus ini. Ini karena waktu itu Evan yang tersangka berada di sana. Setelah itu, mereka kembali tanpa hasil."Yasmin tidak tahu tentang hal ini. "Kalian mencurigai pamanku yang membunuh mereka?""Evan Samson adalah pamanmu?" Tatapan mata Winston menjadi tajam."Iya. Pamanku nggak mungkin melakukan hal seperti itu," ujar Yasmin.Winston berpikir Yasmin benar-benar tidak mengenal pamannya. Evan pasti menyembunyikan banyak rahasia besar."Kedua orang yang meninggal itu pernah berkonflik dengan Evan sebelumnya, lalu mereka pergi ke motel dan jantung serta ginjal mereka dicabut.""Itu nggak membuktikan kalau pamanku yang melakukannya, 'kan?"Winston berkata, "Itu hanya penyelidikan rutin."Yasmin merasa kalau itu sangat normal."Aku mengingat kamu bilang kamu amnesia, 'kan?" tanya Winston."Iya. Aku mengalami kecelakaan mobil. Ingatanku sampai sekarang belum pulih," kata Yasmin.Winston m
Setelah Evan kembali ke hotel, dia menyingkirkan jasnya, kemudian bertanya pada Lauren yang sedang berbaring di sofa. "Kamu ingin makan apa siang ini?"Lauren belum menjawab, tapi Evan sudah duduk di sebelahnya. Dia mengangkat dagu Lauren. Saat dia melihat wajah pucat Lauren, dia bertanya, "Masih sakit sekali?""Sudah baikan. Setidaknya aku sudah bisa bertahan di satu posisi," jawab Lauren. Kemarin seharian berbaring pun salah, berdiri salah dan duduk juga salah. "Karena aku sudah nggak sangat sakit, bagaimana kalau kita pergi makan bersama Yasmin?""Apa kamu bisa makan?""Aku sudah baik-baik saja. Selain itu, bukankah kamu bilang kita hanya tinggal selama dua hari? Aku nggak tahu lain kali itu kapan," kata Lauren.Evan mengeluarkan ponselnya, lalu dia menelepon Daniel untuk mengundangnya makan bersama.Mereka membuat reservasi di sebuah restoran kelas atas dan langsung memesan semuanya agar tidak ada orang lain."Bukankah aku menyuruhmu membawa anak-anak?" tanya Evan.Daniel berkata,
Evan mendadak mencondongkan tubuhnya sehingga wajahnya langsung berada di depan Lauren. Lauren menahan napas dan tidak berani bergerak."Hal seperti itu nggak perlu persiapan.""Aku mengerti," kata Lauren.Evan menatapnya dan bertanya, "Kamu nggak melakukan apa-apa di belakangku, 'kan?""Bagaimana mungkin?""Lebih baik jangan sampai aku tahu kamu sedang minum obat kontrasepsi. Kesabaranku hanya ada sekali!""Nggak. Aku sudah menjelaskannya padamu. Apa lagi yang kamu ingin aku lakukan?" kata Lauren sambil menstabilkan napasnya.Dia seolah-olah merasa tercekik.Raut wajah Evan yang menyeramkan kembali normal. Dia membelai pipi Lauren, lalu berkata, "Tenang saja. Bulan depan aku pasti akan membuatmu hamil. Kamu suka anak laki-laki atau perempuan? Berapa banyak anak yang ingin kamu lahirkan? Setidaknya dua, ya? Sepasang anak laki-laki dan perempuan. Kalau anak perempuan kita mirip kamu setelah dia besar, pasti sangat lucu ...."Jantung Lauren berdetak dengan cepat saat mendengar itu. Wajah
Bos melirik Lauren sekilas, kemudian dia mengeluarkan ponselnya."Terima kasih." Lauren mengambil ponsel itu dan berjalan ke samping. Dia menelepon nomor ponsel yang sudah dihapalnya. "Halo, Pak Aston. Ini Lauren.""Oh, kamu. Ada apa?""Aku ingin bertanya padamu apa kamu mengenal seorang polisi bernama Winston Utama?""Winston Utama? Aku mengenalnya. Kenapa?""Kamu mengenalnya?" Awalnya Lauren hanya ingin mencoba keberuntungannya, tapi ternyata mereka benar-benar saling kenal."Ya. Sebelumnya dia tinggal di Kota Greya, tapi kemudian dia dipindahkan ke Kota Imperial karena sudah menyinggung Keluarga Samson.""Dia menyinggung Keluarga Samson? Apa yang terjadi?""Winston ingin menyelidiki Keluarga Samson. Dia gila. Apa yang perlu diselidiki? Pada akhirnya, dia malah menjadi sasaran Evan. Dari awal aku sudah menasihatinya, tapi dia nggak mau mendengarku.""Pak Aston, Pak Winston sedang menyelidiki kasus pembunuhan seorang pria dan wanita di motel Kota Imperial. Karena aku dan Evan pernah m
Lauren berhenti dan mematung di sana."Aku menyuruhmu merendahkan diri, tapi kamu malah langsung menempatkannya di perusahaan. Ngapain kamu?"Evan melirik Lauren sekilas sebelum berkata, "Dia hanya makan dan tidur gratis di rumah. Tentu dia harus melakukan sesuatu.""Kamu bisa menempatkannya di perusahaan cabang. Kenapa dia harus menjadi asistenmu? Kalian berhubungan setiap hari, kenapa kamu nggak langsung menikahinya saja?" Juan bukan orang yang mudah ditipu. Dia terlihat marah.Hanya Evan dan Lauren yang tahu kalau mereka sudah menikah. Dalam sekejap, suasana menjadi hening yang mencekam."Pada hari ulang tahun Sofia, kamu makan bersamanya dan memberinya hadiah. Bukankah perbuatanmu akan membuatnya salah paham?" Juan sengaja mengatakannya untuk Lauren.Evan berkata, "Nggak ada apa-apa lagi. Kamu pulanglah."Lauren tahu Evan sedang berbicara dengannya. Dia membungkuk kepada Juan, kemudian membuka pintu dan keluar sebelum menutupinya.Juan menatap Evan dengan tegas. "Evan selalu mengen
Lauren minum kopi sambil melamun. Sebenarnya, dia sedang menunggu orang.Dia sudah duduk selama satu jam. Kenapa dia belum melihat Calvin?Tunggu, kalau Calvin muncul begitu saja, bukankah ada bahaya mereka akan ketahuan?Lauren berpikir sejenak, lalu dia pergi ke toilet.Dia memasuki toilet wanita, lalu menutup pintu. Pria yang sedang bersandar di dinding dengan tangan terlipat di depan dada itu mengejutkannya.Lauren menduga dia akan melihat Calvin bersembunyi di sini, tapi dia tidak menyangka Calvin akan berada di toilet wanita!Saat Calvin melihat reaksi Lauren, dia berkata, "Tenang saja. Nggak ada orang lain di dalam.""Aku sudah menyelidiki Evan. Apa kamu bisa memberitahuku sesuatu?" tanya Lauren."Susah untuk kita bisa ketemuan. Aku berharap setelah aku mengatakannya, kamu nggak memberi tahu siapa-siapa," ujar Calvin."Baik." Jantung Lauren berdebar karena dia melakukan hal ini secara diam-diam."Evan yang sekarang bukanlah Evan yang sebenarnya. Dia sedang menyamar dan adalah an
"Kamu tahu kalau dulu Grup Samson nggak memulai dengan bisnis legal, 'kan? Walaupun sekarang Grup Samson sudah berdiri, saat mereka baru mulai, mereka melakukan bisnis ilegal. Orang normal pasti nggak akan menerima mereka. Bagaimana Andy yang merupakan orang hangat dan baik bisa melakukannya? Pada akhirnya, karena pendapatnya berbeda dengan Tuan Besar Samson, mereka berpisah."Saat Lauren mendengar Calvin berkata dulu Grup Samson adalah perusahaan yang melakukan bisnis ilegal, rasa takut memenuhi hatinya. Dia merasa dirinya dan mereka dari dua dunia yang berbeda.Dia bersandar ke dinding dengan lemas."Jadi, hentikan saja kalau kamu ingin menyelidikinya," kata Calvin."Aku kira kamu datang untuk membantuku." Lauren tidak ingin berhenti begitu saja. Dia tidak mungkin bersama Gilbert!"Kenapa aku bisa menetap di Grup Samson adalah karena aku selalu berperilaku baik," kata Calvin.Dia berutang budi kepada Samson, tapi dia tetap mau hidup.Apa akhirnya kalau dia menyinggung Grup Samson? Di
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan