Yasmin selalu merasa tubuhnya kotor.Ketika dia sedang mandi, di belakang ada yang mendekatinya. Yasmin dipeluk dari belakang, lalu Daniel berkata ke sebelah telinga Yasmin dengan suara serak, "Aku akan membantumu mandi."Yasmin yang sedang berada di bawah shower terkejut sedikit.Daniel menyentuh tubuh Yasmin dengan tangannya yang kasar dan bertanya, "Apa kamu menyalahkanku?""Nggak ...." Yasmin melihat ke bawah. "Kamu pergi mencari pembunuh."Apa dia memiliki hak untuk menyalahkan Daniel? Tidak.Daniel bersedia menikahinya demi anak-anak, jadi Yasmin tidak akan mengeluh.Tubuhnya diputar sehingga dia berhadapan dengan Daniel. Itu membuat Yasmin merasa dia tidak bisa bersembunyi dari Daniel."Benarkah?" tanya Daniel."Ya." Yasmin menganggukkan kepalanya. "Aku percaya padamu.""Lihat aku." Daniel mengangkat dagu Yasmin.Yasmin terpaksa bertatapan mata dengan Daniel. Pupil Yasmin menyusut sedikit dan tidak begitu berani menatap Daniel."Tidurlah. Kamu akan merasa lebih baik besok," kata
Yasmin menganggukkan kepalanya.Daniel memeluknya, lalu menyalakan lampu malam. "Jangan takut. Aku ada di sini. Semuanya sudah baik-baik saja."Setelah kepala Yasmin lebih sadar, dia melepaskan diri dari pelukan Daniel. "Aku ... ingin melihat anak-anak.""Mereka sedang tidur. Kamu bisa melihat mereka besok."Yasmin tidak menemukan alasan lain untuk mengharuskannya melihat anak-anak, jadi dia dipaksa berbaring lagi oleh Daniel. Kemudian, dia tidur dalam pelukan Daniel."Di sini bukan pusat penahanan, tapi kamar."Yasmin meringkuk di dalam pelukan Daniel dan tidak berkata apa-apa.Daniel mengerutkan alisnya dan tatapan matanya menjadi tajam. Seharusnya dia tidak membiarkan Yasmin tinggal di pusat penahanan sendirian .... Namun, itu adalah cara terbaik pada situasi saat itu.Maka itu, dia memeluk Yasmin makin erat.Yasmin baru keluar dan belum sepenuhnya pulih, besok dia akan baik-baik saja.Irene diinterogasi semalaman di ruang interogasi. Winston pergi tengah malam dan meminta rekan ker
Martin mendongak sedikit. "Kamu yang membunuhnya?""Dia memberontak saat penangkapan dan telah menembak polisi." Winston berkata dengan tegas, "Aku berharap kamu bisa bekerja sama dan mengatakan semua yang kamu tahu."Martin malas berbicara dengan Winston. Dia malah menatap Winston dengan tajam dan berkata, "Aku tahu siapa kamu. Winston Utama, orang Kota Greya. Kamu sudah menyinggung orang penting, jadi kamu dipindahkan ke Kota Imperial. Sepertinya kamu ingin dipindahkan lagi."Ekspresi Winston menjadi sedikit masam."Aku adalah polisi dan harus melenyapkan semua kejahatan sesuai dengan profesiku. Tuan Martin, kamu nggak bekerja sama hanya akan menyulitkanmu."Martin menatap Winston dengan dingin dan diam saja.Winston berdiri. "Karena kamu nggak mau berbicara, kami hanya bisa menyelidikinya sendiri. Kalau nggak ada bukti baru dalam 48 jam, kami akan melepaskanmu."Ekspresi Martin menjadi masam.Setelah pintu ruang interogasi ditutup, dia baru tahu kalau orang itu serius.Tidak ada gun
Tidak apa-apa, bukankah dia hanya dikurung beberapa hari?Yasmin lebih lama dikurung daripadanya.Irene bersyukur dia memiliki mental yang kuat. Kalau tidak, dia akan mengatakan kerja samanya dengan Rachel.Pada saat itu, akan lebih sulit untuknya keluar.Sayang sekali! Yasmin tidak hanya tidak mati, tapi masih hidup dengan baik! Kesempatan bagus hilang begitu saja!Pokoknya, dia dan Yasmin adalah musuh bebuyutan!Yasmin sudah kembali beberapa hari. Pagi dia tidak pergi ke perusahaan dan hanya menemani anak-anak di rumah.Kalau tidak ada pekerjaan di Grup Naga, kebanyakan Daniel berada di rumah.Semuanya kelihatan normal, tapi sebenarnya Yasmin jauh lebih diam dari sebelumnya.Ketika dia menemani anak-anak, dia hanya duduk.Saat anak-anak mencarinya, baru dia bergerak.Daniel berdiri di depan jendela ruang kerja. Dari jauh, dia menatap Yasmin yang sedang duduk di kursi dekat halaman. Ada makanan di atas meja, tapi dia tidak bergerak sama sekali dan hanya melihat ke arah tempat anak-ana
Penglihatan Yasmin perlahan-lahan menjadi jelas. Dia melihat Tony di kejauhan berhenti.Yasmin segera turun dari pangkuan Daniel dengan malu.Daniel melirik Tony dengan tajam. Tony memberanikan diri untuk mendekat. "Tuan Daniel, ada tamu datang."Tatapan mata Daniel menjadi dingin. "Aku nggak mau bertemu.""Dia bilang dia ada urusan mendesak mencari Anda," kata Tony.Daniel mengalihkan pandangannya. Dia tidak perlu mengatakan apa-apa. Tony pun segera menundukkan kepalanya dan pergi.Dari awal Yasmin tidak mendengar nama tamu ini, jadi dia bertanya, "Siapa yang mencarimu? Apa nggak apa-apa kamu nggak menemuinya?"Daniel melihatnya sambil mengangkat alisnya. "Orang yang ingin bertemu denganku harus membuat janji dulu. Setelah membuat janji pun, harus melihat dulu apa aku ingin bertemu atau nggak."Anak-anak berlari ke arah mereka. Julia bertanya, "Ada apa?""Apa Papa dan Mama sedang membicarakan rahasia?""Aku juga ingin mendengarnya!"Yasmin melihat anak-anak berkeringat. Dia mengambil
Saat Joshua melihat Yasmin, dia menyapa Yasmin dengan ramah.Karyawan perusahaan lainnya tampak normal saat melihat Yasmin.Yasmin berpikir mungkin mereka tidak tahu tentang kecelakaannya. Lagi pula, tidak ada yang menanyakannya ketika dia tidak datang ke perusahaan. Kalau ada apa-apa, mereka akan mencari Joshua.Dia merasa terjebak.Dia hanya bisa mengandalkan Daniel. Anak-anak bahkan tidak sepentingnya.Yasmin seolah-olah tidak penting tanpa Daniel.Ada yang membuka pintu kantor.Yasmin yang sedang melamun tersadar. Dia melihat Irene masuk.Terakhir kali Yasmin melihatnya di ruang tahanan. Sepertinya Irene selalu terlihat bersinar setiap kali mereka bertemu."Apa kamu sedang sibuk? Aku nggak mengganggumu, 'kan?" tanya Irene."Nggak."Irene duduk di kursi sebelah meja Yasmin dengan anggun. "Barusan aku bersama Daniel. Aku ingin meminta maaf padamu. Saat itu aku mengira kamulah pembunuhnya, jadi aku sudah mengucapkan beberapa kata jahat padamu. Aku harap kamu bisa mengerti perasaanku y
Kalau Yasmin dan Irene dalam masalah pada saat yang sama, Daniel pasti menolong Irene, 'kan?"Mama!" Anak-anak berlari ke kantor.Yasmin terkejut. "Kenapa kalian datang ke sini?""Untuk menjemput Mama!" Julia melompat-lompat di depan Yasmin sambil memeluk kakinya.Julian juga memanjat kursi dengan nakal untuk memeluk leher Yasmin.Sedangkan Julius memeluk kaki Yasmin yang satu lagi.Dalam sekejap, tiga anak kecil sudah menempel di tubuh Yasmin.Julia mendongak, lalu bertanya, "Apa Mama sudah selesai bekerja?""Sudah. Ayo pulang." Yasmin mencubit pipi Julia yang tembam."Mama, ayo kita bermain di luar!" Mata Julian berbinar-binar."Aku mau bermain sama Mama," kata Julius.Yasmin melihat jam. Lagi pula, masih awal untuk makan malam. Mereka tidak perlu pulang dengan terburu-buru. Jadi, dia mengiakan mereka, "Oke."Mereka berempat naik mobil ke jalan pejalan kaki.Yasmin membawa anak-anak ke seberang jalan. Dia menggandeng tangan Julia, sedangkan Julia menggandeng tangan Julius dan Julius
"Kami ingin tinggi seperti Papi!" Julian mengangkat satu tangan dan berjinjit."Kamu pasti bisa tinggi."Yasmin sedang melamun.Anak-anak memanggil pria ini apa? Papi? Bukankah Daniel adalah papi?Ada apa dengan papi ini?Raymond berdiri, lalu dia melihat wajah bingung Yasmin. Dia berjalan mendekat.Melihat Yasmin mulai menjadi gugup karena jarak mereka yang dekat, Raymond menenangkan, "Aku bukan orang jahat. Jangan takut."Yasmin tahu Raymond pasti bukan orang jahat. Kalau dia orang jahat, anak-anak tidak akan memanggilnya seperti itu."Maaf, aku nggak mengingat masa lalu. Kenapa ... anak-anak memanggilmu Papi?" tanyanya. "Apa hubungan kita?""Dulu ketika Daniel masih belum mengetahui keberadaan anak-anak, kamu nggak sanggup menjaga anak-anak sendiri, jadi kamu menyekolahkan anak-anak. Kita berkenalan dari situ." Suara Raymond rendah dan terasa hangat. Itu membuat orang merasa nyaman. "Setelah aku dan anak-anak saling kenal lama, lalu mereka nggak memiliki ayah, jadi mereka memanggilk
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan