"Ibuku menyuruhku mengawasimu dan nggak boleh pergi."Satu tangan Yasmin memegang kursi di bawah bokongnya, kemudian dia mengayunkannya ke arah suara itu dengan kuat.Bam! Dia sudah menghantam kepala Beni dengan tepat."Akh!" Beni berteriak, kemudian dia terjatuh dan pingsan.Matanya belum sembuh, tapi kepalanya sudah terluka lagi.Yasmin tidak mendengar suara Beni, jadi dia menendang-nendang Beni dengan ujung kakinya. Saat dia tidak mendengar reaksi, baru dia menuju ke pintu.Dia menemukan tiang di dekat pintu, lalu keluar. Dia berbelok ke kanan untuk menuju ke gudang kayu, kemudian berjalan ke belakang gunung.Lelaki tua dan wanita tua itu pulang lebih awal."Nanti kita baru memetiknya. Aku ingin melihat Beni dan wanita itu dulu .... Beni!" Wanita tua itu tidak melihat Yasmin dan hanya melihat Beni yang tak sadarkan diri di lantai. Dia menarik Beni sambil berkata, "Beni, ada apa denganmu? Beni?"Beni membuka matanya dengan pusing. "Bu, dia ... memukulku ....""Dia lari lagi! Dasar wa
Mata Daniel menatap layar dengan sinis. "Drone nomor enam, pada jam delapan malam, lokasi rekamannya ada di depan tempat dokter desa. Cek tempat apa itu."Rafael sedang melihat video yang dikatakan Daniel. Dia menemukannya dengan cepat, lalu berkata, "Tuan Daniel, tempat nama ini adalah Desa Mufa karena semua orang di sini bermarga Mufa. Apa ada yang salah, Tuan Daniel? Kami sudah memeriksa tempat itu dan desanya kecil.""Awasi tiga orang yang keluar masuk dari tempat itu," kata Daniel.Video itu berhenti di adegan keluarganya Beni keluar dari rumah dokter desa. Kain kasa di mata Beni terlihat jelas.Rafael memperhatikannya, lalu berkata, "Mereka tampak sangat gelisah ....""Aku pergi ke sana sekarang juga!" Setelah Daniel mematikan telepon, dia pergi.Tony yang sedang berdiri di ruang kerja merasa sepertinya Daniel tidak melihatnya.Ketika Daniel membuka pintu ruang kerja, dia melihat anak-anak berlari ke arahnya. Mereka berdiri di depan kaki Daniel, lalu mendongak dan berkata, "Papa,
Rafael tidak pernah melihat orang yang ingin sekali mati.Daniel diam saja. Dia membawa Yasmin kembali ke gudang kayu dulu, lalu meletakkannya di atas jerami dengan pelan.Setelah itu, dia menutup pintu agar keributan di luar tidak membangunkan Yasmin.Bayangan mendekat. Sebelum lelaki tua itu sempat bereaksi, sebuah tinju telah mendarat. Kekuatan itu membuatnya merasa dia seolah-olah ditabrak oleh kereta api.Daniel mencengkeram kerah baju lelaki tua itu, kemudian terus-menerus meninjunya.Lelaki tua itu sama sekali tidak punya kemampuan untuk melawan dan hanya bisa menahan semua tinjuan.Darah segar memuncrat ke mana-mana.Wanita tua dan Beni di sebelah berteriak ketakutan. Setelah mereka tersadar, mereka ingin membantu.Namun, Rafael dan pengawal langsung menendang mereka.Para penduduk desa ingin menyerang Daniel secara bersamaan.Rafael pun mengeluarkan pistolnya, kemudian menembak tiga kali ke arah langit.Para penduduk berjongkok dan memeluk kepala ketakutan."Semuanya, keluarga
Helen tercengang saat melihat Yasmin yang sekujur tubuhnya penuh dengan luka.Dia adalah dokter yang berpengalaman dan sudah pernah bertemu dengan luka yang lebih parah.Hanya saja, orang ini adalah Yasmin. Kenapa dia bisa menjadi seperti ini? Kecuali Daniel, siapa yang mempunyai keberanian untuk menyakitinya sampai seperti ini?Namun, ini tidak mungkin Daniel!Yasmin amnesia sekarang. Bagaimana mungkin Daniel?Saat Yasmin memasuki ruang operasi, Daniel berkata pada Helen dengan tegas, "Aku nggak bisa menunggu lama."Helen mengerti maksudnya. Dia menganggukkan kepalanya. "Saya mengerti."Pintu ruangan operasi ditutup. Daniel pun menunggu di luar.Terakhir kali dia menunggu begini lama adalah ketika Yasmin mengalami kecelakaan mobil.Mata Daniel masih merah. Dia tampak mengerikan dan tidak ada yang berani mendekatinya.Helen benar-benar tidak membiarkan Daniel menunggu lama. Setelah dia memeriksa keseluruhan luka Yasmin, dia menyuruh suster memberi tahu ketika dia memulai pengobatan.Su
Percakapan mereka terdengar oleh Susan yang berdiri tak jauh dengan jelas.Ekspresinya menjadi panik. Yasmin belum mati?Bagaimana mungkin?Namun, kalau Yasmin sudah mati, bagaimana mungkin pengurus rumah bisa mengangkat telepon Daniel dan memintanya untuk mengambil pakaian bersih Yasmin?Jangan-jangan ... dia benaran masih hidup?Susan tidak dapat menilai, jadi dia pergi ke kamar bawahan untuk menelepon Irene.Irene sedang bermain piano dengan santai di rumah dan menikmati musik indah yang dia buat.Ponselnya di seberang berdering dan mengganggu suasana.Dia berhenti bermain untuk mengambil ponselnya. Ketika dia melihat penelepon adalah Susan, dia pun berpikir apa telah terjadi sesuatu?Setelah dia mendengar apa yang dikatakan Susan, raut wajahnya berubah drastis. Tangannya menekan tuts piano dengan kuat. "Apa?! Bukankah kamu bilang dia sudah mati dan melihatnya tenggelam dengan matamu sendiri? Apa kamu berbohong padaku untuk menipu uangku?""Nggak, nggak. Waktu itu saya benaran melih
Tony mengantar makanan tiga kali sehari setiap hari. Bagaimanapun juga, makanan rumah sakit tidak seenak Taman Royal.Dia menunggu Yasmin bangun setiap hari.Dia juga melihat apakah suasana hati Daniel makin memburuk setiap hari.Setiap kali dia membuka pintu kamar pasien, rasanya dingin seperti memasuki gudang es.Tony tidak berani bertanya pada Daniel. Dia hanya bisa bertanya pada Helen, "Ada apa dengan Nyonya? Kenapa dia belum bangun?"Helen membalas, "Aku lebih gelisah daripada kamu.""Aku tahu. Tekananku lebih besar karena kamu yang menentukan kesehatan Nyonya." Tony mengerti."Nggak ada masalah sama sekali dengan fisik Nyonya, tapi dia belum bangun. Ini ada hubungannya dengan cedera di kepalanya." Helen berkata, "Aku juga nggak tahu apa yang terjadi pada Nyonya. Aku hanya tahu ketika dia diantar ke sini, sepertinya seseorang sudah melakukan kekerasan padanya.""Apa ...?" Tony terkejut. "Siapa yang memiliki keberanian itu?""Aku nggak berani bertanya pada Tuan Daniel. Menurutku, N
Hal yang terjadi sebelum kecelakaan dan sesudah kecelakaan .... Semuanya pulih.Cinta .... Suka .... Rasa sakit .... Kecewa .... Kerinduan .... Darah .... Kabur .... Desa .... Dipukul .... Semuanya muncul di dalam kepalanya.Yasmin merasa kewalahan dan dia mengerutkan alisnya."Yasmin ...."Terdengar suara serak seseorang. Yasmin dapat mendengar kalau suara itu berada di sampingnya. Suara pria itu sangat familier. Meskipun dia tidak bisa melihat, dia juga tahu siapa itu.Yasmin membuka matanya, lalu menoleh ke arah suara itu.Dia tidak bisa melihat apa-apa, tapi dia tahu bagaimana perasaannya kini.Dia tidak bisa mencerna, menerima atau memahami apa yang dilakukan pria ini ketika dia kehilangan ingatannya!Air mata menetes dari sudut matanya.Dia merasa ujung jari seorang pria menyeka air matanya."Jangan sentuh aku ...." Yasmin memalingkan mukanya dengan rasa jijik, lalu dia mencoba untuk berdiri.Daniel langsung menekan kedua bahunya. Dia berkata, "Jangan bergerak. Tulangmu belum sem
"Nggak mau! Aku nggak mau melahirkan anakmu!"Daniel tersenyum sinis. "Kamu sudah melahirkan tiga anakku. Apa kamu nggak merasa terlalu terlambat untukmu mengatakan itu?""Kalau aku tahu itu anakmu, aku nggak akan melahirkannya!" Yasmin tidak bisa menahan amarahnya."Apa kamu ingin aku membantumu memasukkannya kembali ke dalam perutmu, hm?"Yasmin merasa napasnya tertahan di dada. Dia tidak dapat melihat ekspresi Daniel, tapi dia bisa membayangkan kesombongannya.Memasukkannya kembali? Bagaimana caranya?Namun, Yasmin mengerti kalau hal sudah terjadi dan dia hanya bisa menerimanya.Ada suara orang mengetuk pintu. Helen masuk, lalu menginfus Yasmin.Begitu Helen masuk, dia merasa ada yang aneh dengan suasana di dalam kamar.Dia hanya bisa berpura-pura tidak tahu apa-apa.Setelah memasukkan jarum, dia berkata, "Aku akan datang setelah kira-kira setengah jam."Kemudian, dia keluar.Yasmin langsung menganggap Daniel tidak ada. Lagi pula, dia tidak bisa melihat. Jadi, dia menutup matanya.K
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan