Bahkan hanya dalam sehari saja, hidupnya berubah total. Ia yang sebelumnya hanya bekerja seperti biasa, menangani berbagai macam kasus dengan baik, untuk segera membuat namanya terkenal sebagai seorang pengacara kondang.
Kini tiba-tiba bertunangan, dengan pria yang baru saja ia temui sekali, apalagi pria itu adalah Lakiel Everon, presdir muda yang terkenal dengan sifatnya yang dingin dan tak memiliki belas kasih.
Baru mengingat wajahnya saja, Priscilla merasa seperti akan gila rasanya. Bagaimana nantinya jika dia hidup satu atap dan setiap hari menatap wajahnya? Semua pikiran itu, terus bermunculan di benak Priscilla.
Rasa khawatirnya dengan hari esok, masa depan, masa yang akan datang, kini kian bertambah. Apalagi ayahnya, satu satunya keluarga yang ia miliki, justru seperti sengaja mencebloskannya ke dalam lubang harimau.
Tak terasa, akhirnya Priscilla sudah sampai di luar rumah sakit. Ia pun mencoba untuk memberhentikan taksi yang tengah lewat di pinggir jalan. Hingga pada akhirnya, Priscilla memilih untuk kembali bekerja agar pikirannya yang tengah kacau saat ini dapat kembali normal.
****Priscilla kembali duduk di kursinya, tempat dimana ia bekerja. Menangani masalah klien, mendengarkan cerita mereka, mengupas tuntas sebuah perkara, menyiapkan dokumen-dokumen berisi undang-undang serta bahan yang ia perlukan saat sidang nantinya.Setelah selesai mengerjakan dokumen yang jaksa minta padanya, Priscilla pun segera pergi ke ruangannya untuk memberikan beberapa tumpukan dokumen tersebut. Begitu sampai di depan ruangannya, Priscilla pun mengetuk pintu sembari meminta ijin untuk masuk.
Setelah beberapa lama mengetuk, akhirnya Priscilla di ijinkan untuk masuk. Priscilla pun masuk, memberikan dokumen yang ia bawa sambil menunggunya dengan duduk di depan meja.
“Ini dokumen yang anda minta.” Priscilla bahkan sampai memberikan dokumen itu dengan tatapan yang kosong, seolah tidak bertenaga untuk bekerja.
Ryeohan Vatalle, jaksa yang merupakan seniornya, juga merasakan tatapan kosong dari wajah Priscilla yang kali ini terlihat tak bersemangat. Namun Ryeohan tetap bekerja seperti biasa, ia mengecek kembali dokumen yang sudah di kerjakan oleh Priscilla tanpa mempedulikan kondisi Priscilla yang terlihat buruk.
Setelah memeriksa beberapa bagian dari dokumen yang di berikan Priscilla padanya, Ryeohan merasakan ada sedikit bagian yang salah. “Priscilla, sepertinya di bagian sini kamu kurang teliti mengerjakannya.” ujar Ryeohan sambil menunjukkan beberapa bagian yang kurang dari dokumen yang di bawa Priscilla itu.
Namun, bukan hanya tidak menjawab perkataannya, perhatian Priscilla seolah tengah tertuju pada hal yang lain. Ryeohan pun mencoba untuk memanggil nama Priscilla beberapa kali, dengan harapan kali ini ia akan mendengarnya, namun tetap saja usahanya itu berakhir sia-sia. Mau tidak mau, akhirnya Ryeohan terpaksa bertanya tentang kondisi Priscilla saat ini.
Ryeohan pun memukul meja dengan kuat, agar Priscilla dapat kembali sadar begitu mendengar suara meja yang ia pukul. “Prakkk”
Suara benturan meja yang keras itu pun, berhasil membuat Priscilla, kini kembali fokus. “Anda tidak apa-apa?” tanyanya melihat tangan Ryeohan yang terlihat sakit setelah secara tidak sengaja memukul meja.
“Harusnya aku yang bertanya seperti itu, padamu. Apa kamu tidak apa-apa? Raut wajahmu terlihat kurang baik.” ucap Ryeohan, mengkhawatirkan keadaan Priscilla saat ini.
Priscilla pun menyadari kesalahannya yang justru memikirkan hal lain dan tidak fokus pada saat bekerja. “Ma, maafkan saya. Saya hanya sedang terpikirkan hal yang lain tadi.” Priscilla mengucapkan kata maaf, atas kesalahan yang baru saja ia perbuat.
Ryeohan pun merasakan ada sesuatu yang tidak beres yang telah terjadi pada Priscilla hari ini, karna Priscilla tidak terlihat seperti biasanya. Karna selama ini Priscilla selalu di kenal banyak orang dengan sifatnya yang cekatan dan giat saat bekerja, tentu saja dirinya yang sedang tidak fokus seperti saat ini, membuat orang lain merasa bingung terhadapnya.
“Aku bahkan sampai memanggilmu hingga beberapa kali, tapi kamu tetap saja melamun dan tidak menjawabnya. Sebenarnya apa yang tengah kamu pikirkan saat ini, sampai membuatmu tidak fokus begini?” Ryeohan mencoba bertanya, agar setidaknya Priscilla akan merasa lega setelah bercerita padanya.
“Tidak, bukan apa-apa. Bisa tolong ulangi lagi, perkataan anda tadi?” lagi-lagi, Priscilla membangun tembok baja di antara dirinya dengan Ryeohan.
Tembok baja yang sengaja Priscilla bangun itu, sengaja untuk melindungi dirinya sendiri agar orang lain tidak dapat dengan mudah mengetahui isi hatinya atau pun apa yang tengah ia pikirkan saat ini. Begitu juga dengan teman wanita lainnya, meskipun terlihat dekat, tapi sebenarnya Priscilla selalu menjaga jarak dengan teman temannya.
Padahal selama ini, Ryeohan selalu bersikap baik dan peduli padanya, namun tampaknya Priscilla tak kunjung mengerti, apa sebenarnya perasan yang di tujukan oleh Ryeohan padanya.
“Tidak, lebih baik kamu ceritakan saja dulu masalahmu. ” Ryeohan terus memaksa Priscilla untuk bercerita padanya, meskipun Priscilla sudah berulang kali mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan.
Namun lagi-lagi, Priscilla mengalihkan topik pembicaraan seolah sengaja ingin menyembunyikan isi hatinya. “Tuan, lebih baik anda membahas tentang pekerjaan dengan saya, agar bisa lebih cepat selesai.” tutur Priscilla yang sampai akhir tetap bersikeras untuk tidak menceritakannya.
Ryeohan pun berdiri dari kursinya. “Bukannya hal itu adalah hal yang bagus? Lagi pula aku juga tidak suka jika pekerjaan ini selesai lebih cepat, karna hanya ini satu satunya alasanku untuk bisa bertemu denganmu.” ujar Ryeohan dengan nada bicara yang sedikit vulgar.
Gaya bicara Ryeohan yang dapat membuat salah paham itu, membuat Priscilla terkejut mendengarnya. Karna selama ini, Priscilla tidak pernah mendengar sedikit pun, perkataan yang terdengar vulgar seperti itu, keluar dari dalam mulut bosnya.
Priscilla pun menatap ke arah Ryeohan. Terlihat wajah Ryeohan kini penuh dengan nafsu, ia berdiri tepat di depan Priscilla, membuatnya terpojok sambil perlahan lahan membuka jas yang ia pakai.
Melihat hal itu, tubuh Priscilla pun langsung gemetaran. Ia merasakan situasi yang buruk, akan menimpa dirinya. “Tung, tunggu dulu, tuan. Apa yang sedang anda lakukan? Tolong pakai jas anda kembali!” Priscilla pun terus mencoba untuk menghentikan langkah Ryeohan yang semakin lama, terus mendekatinya dengan kurang ajar.
Ryeohan tak menggubris perkataan Priscilla yang terlihat tengah ketakutan seperti saat ini. Ia bahkan meneruskan langkahnya, sambil membuka kancing kemeja yang ia pakai satu persatu, dari atas.
Priscilla yang semula duduk di depan Ryeohan tadi, kini langsung berdiri kemudian berlari ke arah pintu. Ia terus mencoba untuk membuka pintu untuk kabur, namun sayangnya pintu itu tiba-tiba terkunci, dan membuat posisinya kini terpojokan, sehingga mudah untuk di gapai.
Priscilla menatap Ryeohan yang kini semakin lama hampir sampai di dekatnya. Priscilla merasakan panik dan juga kekhawatiran yang bercampur menjadi satu.
Priscilla, seorang wanita muda yang tengah sibuk merintis karirnya sebagai seorang pengacara itu terkejut dengan kenyataan bahwa ayahnya berniat menjodohkannya dengan seorang pria yang tidak ia cintai. Terlebih, pria itu adalah seorang tiran yang sangat terkenal di negaranya ini.Tidak mungkin jika ayahnya menjodohkannya tanpa tau identitas dari pria itu. Entah apa yang membuat ayahnya sampai berpikiran untuk menjerumuskan putri kandung satu satunya yang ia miliki ke dalam kandang harimau.Bagai tersambar petir di siang bolong, Priscilla terkejut bukan main dengan pernyataan ayahnya yang sangat mendadak itu. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai pengacara saat ini, ayahnya justru berniat menikahkannya.“Ayah, bukankah ayah tau sendiri jika karirku sebagai pengacara tengah gemilang saat ini? Bagaimana bisa ayah berniat menikahkanku, terlebih dengan pria seperti itu? Aku tidak tau apa yang sebenarnya ayah pikirkan.” Priscilla seolah tidak mau menerima
Priscilla pun memutuskan untuk tidak ambil pusing dan terus membiarkan pria paruh baya di sampingnya itu. karna hingga kini, dokter bahkan belum ke luar dan memberikan kabar tentang ayahnya. Namun tak lama kemudian, tiba-tiba ada seorang pria dengan tubuh yang tegap dan tinggi berjalan ke arahnya.Priscilla tidak menaruh curiga sekalipun, karna pada saat itu, wajah pria dengan rambut berwarna coklat itu tidak terlihat dengan jelas. Ia memakai kacamata hitam dan juga masker sehingga membuat seluruh wajahnya tertutup. Ia seolah sengaja menyembunyikan wajahnya.Tampaknya, pria yang baru saja datang itu merupakan teman dari pria paruh baya yang kini tengah duduk di sampingnya. Meskipun membiarkannya, anehnya Priscilla merasa mata pria itu terus tertuju padanya, meskipun kaca mata hitam membuat matanya tidak terlihat.“Aku sudah menunggumu dari tadi,” kata pria paruh baya di sampingnya itu, menyambut kedatangan temannya yang baru saja datang.&ldqu
Kedua orang tua yang semula terlihat sedang sibuk sama lain itu, kini langsung menatap Priscilla dengan kompak.“Ah iya. Apakah ini putrimu?” pria paruh baya itu tidak menjawab rasa penasaran Priscilla dan justru kembali bertanya pada Ditrian.“Iya, ini putriku yang selama ini sering aku bicarakan.” ayahnya pun sama, ia tidak menjawab pertanyaan Priscilla yang terlihat tengah bingung itu dan malah menjawab pertanyaan pria yang asing bagi Priscilla.“Ternyata begitu melihatnya langsung, putrimu ternyata lebih cantik.” mereka berdua dengan jelas mengabaikan pertanyaan Priscilla yang bahkan sedang ada di depan mereka.Mau tidak mau, Priscilla harus menyela pembicaraan di antara kedua orang tua itu karna pertanyaannya yang sama sekali tidak di gubris. “Ayah, aku bertanya pada ayah.” kata Priscilla dengan serius.Ayahnya yang semula terlihat sengaja mempermainkannya, kini langsung memperhatikannya be
Priscilla merasa tidak terima dengan keputusan ayahnya yang dengan seenaknya merubah rubah calon suami untuknya. “Yang mana yang benar? Aku harus menikah dengan siapa? Tolong jangan membuatku terlihat bodoh begini,” pikiran Priscilla kini benar-benar terasa kacau, ia tidak habis pikir dengan banyaknya kejadian konyol yang ia alami hari ini.Pria muda yang dari tadi terus berdiam diri di samping ayahnya pun, kini mulai melepas semua aksesoris yang membuat wajahnya tertutup. Priscilla pun menantikannya dengan sangat penasaran. Karna mungkin saja, hal ini bisa membantunya untuk memecahkan teka teki yang tengah membuatnya bingung saat ini.Priscilla pun menatapnya dengan kaget. Mulai dari saat kaca matanya di lepas, sehingga memperlihatkan bentuk alis dan juga kedua mata pria itu, Priscilla seolah merasakan rasa familiar. Priscilla merasa, setidaknya ia pernah melihat wajah pria dengan rambut coklat di depannya ini sekali.Setelah semua aksesoris yang se
Bahkan hanya dalam sehari saja, hidupnya berubah total. Ia yang sebelumnya hanya bekerja seperti biasa, menangani berbagai macam kasus dengan baik, untuk segera membuat namanya terkenal sebagai seorang pengacara kondang.Kini tiba-tiba bertunangan, dengan pria yang baru saja ia temui sekali, apalagi pria itu adalah Lakiel Everon, presdir muda yang terkenal dengan sifatnya yang dingin dan tak memiliki belas kasih.Baru mengingat wajahnya saja, Priscilla merasa seperti akan gila rasanya. Bagaimana nantinya jika dia hidup satu atap dan setiap hari menatap wajahnya? Semua pikiran itu, terus bermunculan di benak Priscilla.Rasa khawatirnya dengan hari esok, masa depan, masa yang akan datang, kini kian bertambah. Apalagi ayahnya, satu satunya keluarga yang ia miliki, justru seperti sengaja mencebloskannya ke dalam lubang harimau.Tak terasa, akhirnya Priscilla sudah sampai di luar rumah sakit. Ia pun mencoba untuk memberhentikan taksi yang tengah lewat di pingg
Priscilla merasa tidak terima dengan keputusan ayahnya yang dengan seenaknya merubah rubah calon suami untuknya. “Yang mana yang benar? Aku harus menikah dengan siapa? Tolong jangan membuatku terlihat bodoh begini,” pikiran Priscilla kini benar-benar terasa kacau, ia tidak habis pikir dengan banyaknya kejadian konyol yang ia alami hari ini.Pria muda yang dari tadi terus berdiam diri di samping ayahnya pun, kini mulai melepas semua aksesoris yang membuat wajahnya tertutup. Priscilla pun menantikannya dengan sangat penasaran. Karna mungkin saja, hal ini bisa membantunya untuk memecahkan teka teki yang tengah membuatnya bingung saat ini.Priscilla pun menatapnya dengan kaget. Mulai dari saat kaca matanya di lepas, sehingga memperlihatkan bentuk alis dan juga kedua mata pria itu, Priscilla seolah merasakan rasa familiar. Priscilla merasa, setidaknya ia pernah melihat wajah pria dengan rambut coklat di depannya ini sekali.Setelah semua aksesoris yang se
Kedua orang tua yang semula terlihat sedang sibuk sama lain itu, kini langsung menatap Priscilla dengan kompak.“Ah iya. Apakah ini putrimu?” pria paruh baya itu tidak menjawab rasa penasaran Priscilla dan justru kembali bertanya pada Ditrian.“Iya, ini putriku yang selama ini sering aku bicarakan.” ayahnya pun sama, ia tidak menjawab pertanyaan Priscilla yang terlihat tengah bingung itu dan malah menjawab pertanyaan pria yang asing bagi Priscilla.“Ternyata begitu melihatnya langsung, putrimu ternyata lebih cantik.” mereka berdua dengan jelas mengabaikan pertanyaan Priscilla yang bahkan sedang ada di depan mereka.Mau tidak mau, Priscilla harus menyela pembicaraan di antara kedua orang tua itu karna pertanyaannya yang sama sekali tidak di gubris. “Ayah, aku bertanya pada ayah.” kata Priscilla dengan serius.Ayahnya yang semula terlihat sengaja mempermainkannya, kini langsung memperhatikannya be
Priscilla pun memutuskan untuk tidak ambil pusing dan terus membiarkan pria paruh baya di sampingnya itu. karna hingga kini, dokter bahkan belum ke luar dan memberikan kabar tentang ayahnya. Namun tak lama kemudian, tiba-tiba ada seorang pria dengan tubuh yang tegap dan tinggi berjalan ke arahnya.Priscilla tidak menaruh curiga sekalipun, karna pada saat itu, wajah pria dengan rambut berwarna coklat itu tidak terlihat dengan jelas. Ia memakai kacamata hitam dan juga masker sehingga membuat seluruh wajahnya tertutup. Ia seolah sengaja menyembunyikan wajahnya.Tampaknya, pria yang baru saja datang itu merupakan teman dari pria paruh baya yang kini tengah duduk di sampingnya. Meskipun membiarkannya, anehnya Priscilla merasa mata pria itu terus tertuju padanya, meskipun kaca mata hitam membuat matanya tidak terlihat.“Aku sudah menunggumu dari tadi,” kata pria paruh baya di sampingnya itu, menyambut kedatangan temannya yang baru saja datang.&ldqu
Priscilla, seorang wanita muda yang tengah sibuk merintis karirnya sebagai seorang pengacara itu terkejut dengan kenyataan bahwa ayahnya berniat menjodohkannya dengan seorang pria yang tidak ia cintai. Terlebih, pria itu adalah seorang tiran yang sangat terkenal di negaranya ini.Tidak mungkin jika ayahnya menjodohkannya tanpa tau identitas dari pria itu. Entah apa yang membuat ayahnya sampai berpikiran untuk menjerumuskan putri kandung satu satunya yang ia miliki ke dalam kandang harimau.Bagai tersambar petir di siang bolong, Priscilla terkejut bukan main dengan pernyataan ayahnya yang sangat mendadak itu. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai pengacara saat ini, ayahnya justru berniat menikahkannya.“Ayah, bukankah ayah tau sendiri jika karirku sebagai pengacara tengah gemilang saat ini? Bagaimana bisa ayah berniat menikahkanku, terlebih dengan pria seperti itu? Aku tidak tau apa yang sebenarnya ayah pikirkan.” Priscilla seolah tidak mau menerima