Howard mengerutkan kening. "Dia ingin bertarung dengan Sharon untuk hak menjaga Sebastian?"Xena memelototinya dengan kejam. "Kenapa kamu jadi bodoh juga? Saya bilang dia mau bawa mereka balik ke rumah. Apa yang dia mau bukan hak untuk merawat anak itu tapi supaya ada keluarga lagi. Dia mau mereka bertiga jadi keluarga lagi!""Gak mungkinl!" Pamannya belum mendapatkan penawarnya, jadi dia tidak akan mudah berdamai dengan Sharon. Kecuali dia ingin mengambil nyawa Sharon."Itu mungkin aja. ini beneran kejadiannya. Aku denger sendiri dari mereka!""Sharon setuju?" tanya Howard."Dia nggak mau, tapi kalau inget gimana pinternya paman kamu, apa menurut kamu penolakannya akan berpengaruh?" 'Sharon bakal menyerah.'Howard mendengar kata-kata itu dan meliriknya. Dia kemudian mencibir, "kenapa sih kamu nggak ada gunanya? Paman aku sudah menikah dengan kamu namun kamu masih tidak bisa mengendalikannya?"Wajah Xena pucat dan kemudian dia tersipu. "Hatinya hanya ditempati oleh Sharon. Dia
Simon memasang ekspresi dingin. 'Siapa wanita yang begitu kejam sehingga sampai dia enggak mau melepaskan seorang anak?'Dia tidak memiliki banyak wanita di sekitarnya. Selain Sharon… dia hanya bisa memikirkan Xena.Matanya berkilauan. 'Apa mungkin Xena yang melakukannya?'Dia selalu menjadi orang yang rapuh di depannya. Dia tidak berani berbicara keras juga. 'Apa dia akan begitu tidak berperasaan?'Tidak peduli siapa itu, dia pasti akan mencari wanita itu. Dia tidak akan membiarkan Sebastian menderita luka-lukanya dengan sia-sia.Dia tiba-tiba bangkit dan ingin pergi.Para penculik melihat ini dan memohon, "Kami sudah memberi tahu kamu semua yang kami tahu. Tolong selamatkan hidup kami ..."Simon menghadap Franky dengan wajah tanpa emosi dan berkata, "Cari tempat yang lebih tinggi dan singkirkan mereka."Franky mendapat petunjuk dan kemudian menjawab, "Ya, Pak. aku akan menyelesaikannya tanpa meninggalkan jejak."Seolah-olah para penculik telah mendengar hukuman mati mereka.
Dia menghindari tatapannya dan meletakkan kotak makan siang di tangannya di atas meja. Kemudian dia membuka tutupnya dan meletakkan makanan di depan putranya. "Aku ketemu toko ini waktu aku sedang dalam perjalanan ke sini. Aku membeli daging babi kukus favorit kamu."Sebastian melirik kelezatan yang diletakkan di depannya. Matanya langsung berbinar. Tepat ketika dia akan mengulurkan tangannya untuk memakan makanan itu, dia langsung ragu ketika dia ingat bahwa ayah bajingannya yang membelinya.Simon mengerutkan kening ketika melihat wajah ragu-ragu putranya meskipun dia jelas ingin memakan makanan itu. Dia berkata, "Aku nggak naro racun di dalamnya.""Bu, bukannya kamu bilang aku cuma bisa makan makanan biasa untuk saat ini?" Dia berencana untuk meminta ibunya menolak atas namanya karena dia tidak bisa menahan dirinya untuk menolak makanan.Secara alami, Sharon paham rencananya. Dia paham Sebastian selama ini makan makanan bergizi yang disediakan oleh rumah sakit yang sama sekali ti
Xena selalu lembut dan perhatian di depan Simon. Dia tidak pernah sekali pun membuat ulah di depannya.Dia telah menghancurkan mangkuk obat dengan ekspresi galak, menakuti penjaganya.“Nyonya… harus minum obat…” Penjaga harus menuruti perintah Penelope dan memastikan Xena meminum obat setiap hari.Xena sudah sangat frustrasi namun penjaga masih mengucapkan kata-kata itu yang seperti menambahkan minyak ke api."Lalu kalau minum itu bisa bantu aku hamil? Omong kosong apa? Kalau aku minum obat ini tetapi dia nolak untuk sentuh aku, gimana aku bisa hamil?" Xena segera berbicara, "Mulai sekarang, jangan pernah menyiapkan obat ini untuk aku. Aku nggak akan minum. Aku akan menghancurkan setiap mangkuk obat yang kamu siapin untukku.""Tapi ... aku tidak bisa melaporkan ini kembali ke Nona Penelope ..." Penjaga itu memasang tampang bermasalah."Kalau begitu itu urusan kamu. Kalau kamu bahkan nggak bisa menyelesaikan masalah sepele kayak itu, maka kamu nggak perlu melakukan semua ini untuk
Simon tidak yakin apakah dia benar-benar tidak enak badan atau hanya berpura-pura. Dia menghadap penjaga dan berkata, "Keluar."Penjaga mendapat pesan dan dengan cepat menuju keluar, bahkan menutup pintu untuk mereka.Hanya dua dari mereka yang tersisa di kamar. Xena merasakan tekanan yang kuat dan merasakan sensasi dingin menjalari dirinya. Dia menyesal tidak memakai jubah tidurnya.Dia mencoba yang untuk tersenyum dengan sangat baik padanya, berkata dengan lembut, "Simon, kenapa kamu kayak enggak bahagia?"Mata tajam Simon menatapnya. Dia benar-benar mengabaikan fakta bahwa dia mengenakan begitu sedikit pakaian dan memperlihatkan begitu banyak kulitnya.Simon menggerakkan kakinya yang panjang, dan dengan setiap langkah yang diambil, dia perlahan mendekat ke arahnya. Keheningannya membuatnya merasa lebih takut.Dia berjalan ke sisi tempat tidur dan tiba-tiba membungkuk. Dia meletakkan salah satu telapak tangannya di sisi tubuhnya dan matanya yang dingin menatapnya. Dia kemudian
Xena melirik wajah pria yang begitu dekat dengannya. Dia tampak riang namun keren pada saat yang sama. Perasaan teror menjalari dirinya seolah-olah dunia akan segera berakhir.Namun, jauh di lubuk hatinya, dia merasa tidak puas dan terus berjuang. Dia berjuang untuk mengumpulkan sedikit kekuatan terakhir yang dia miliki dan meraih tangannya. Dia berkata, "Aku mohon, tolong biarkan aku pergi ... aku memiliki sesuatu yang penting untuk diberitahukan kepada kamu ... Biarkan aku menebus apa yang telah aku lakukan ..."Pikiran bahwa dia mempekerjakan penculik untuk menculik dan bahkan membunuh putranya membuat Simon tidak bisa menghilangkan amarah dalam dirinya. Dia tidak akan merasa menyesal bahkan jika dia secara pribadi membunuhnya!Dia tidak melonggarkan cengkeramannya. 'Membiarkannya hidup hanya akan mengundang lebih banyak masalah.'"Ini... Ini tentang Sharon yang diracuni. Apa kamu nggak mau tahu tentang itu?" Xena berusaha keras untuk mengucapkan kata-kata ini. Matanya hampir be
Howard melirik ibunya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Matanya berkilauan dengan perasaan campur aduk."Jangan khawatir, Bu. Aku nggak akan pernah biarin orang-orang yang buat kita jalani kehidupan yang sengsara begini, melakukannya dengan cara mereka sendiri." Ada ekspresi seperti ingin membunuh di wajahnya.Fiona terus memakan apelnya dan tidak mau repot mendengarkan Howard.Kadang-kadang, dia akan berpikir bahwa mungkin lebih baik ibunya berada dalam keadaan ini. Paling tidak, dia tidak perlu khawatir tentang banyak hal.Setelah Howard mengunjungi ibunya dan keluar dari rumah sakit jiwa, ia menerima telepon dari bawahannya. "Tuan Muda Howard, Nona Sharon pingsan.""Dia pingsan? Sungguh?" Seolah-olah dia sudah memperkirakan dia akan pingsan."Ya, dia sekarang ada di salah satu kamar di rumah sakit.""Mengerti. Aku bakal ke sana sekarang." Howard menutup telepon dan segera mengendarai mobilnya ke rumah sakit.Dia telah menunggu hari ini tiba. Hanya ketika Sharon pingsan dan
Tentu saja, Howard ingin bawa Sharon pergi. Kalau tidak, apalagi yang bisa dia gunakan untuk menahan pamannya?Dia meninggalkan pikiran di benaknya dan mempertahankan ekspresi hormat di wajahnya saat menghadapi pamannya. "Paman, kamu juga pernah dengar kata-kata dokter. Saat ini, yang terpenting adalah kita jaga agar racun di tubuh Sharon tidak terkendali. Sebaiknya aku bawa dia ke Darren untuk melihatnya."Simon tidak mengubah ekspresinya. Alisnya yang dingin dan indah bisa menyembunyikan beberapa emosi. Dia berkata dengan nada lemah, "Karena obat yang dia resepkan untuknya tidak berguna, maka Sharon tidak perlu mencarinya lagi."Howard merasa tidak sabar, tetapi dia masih mengingatkan Simon dengan sabar, "Paman, kamu nggak berhak ikut campur dalam masalah dia sekarang. Kamu harusnya paham banget soal itu. Kalau dia sadar, dia nggak akan pernah mengikuti kamu kembali ke Zachary.."Ekspresi Simon menjadi dingin dan dia dengan dingin berkomentar, "Kamu nggak berhak kasih perintah te