"Nggak sadar? Kenapa dia nggak sadar? Apa kalian memukulinya?" Sharon sangat sedih ketika dia mengetahui bahwa putranya pingsan karena kedinginan. Dia dengan cepat pergi ke sisinya untuk melihat kondisinya.Salah satu penculik berkata dengan jengkel, Gimana kami bisa culik dia dan nggak buat dia pingsan sebelum minta kamu untuk datang ke sini? Berhentilah bilang omong kosong dan serahkan uang tebusannya!""Kamu…"Simon menarik Sharon ke sisinya dan menatap para penculik, yang ada di lantai atas, dengan dingin. Dia berkata dengan suara mengancam, "aku bisa kasih kamu uang tebusan tetapi kamu sebaiknya pastikan anak aku utuh, atau aku akan buru kamu di mana pun kamu berada di dunia ini. aku pasti akan merenggut kedua nyawamu!”Auranya mengintimidasi. Para penculik, yang berada tiga lantai di atasnya, bisa merasakan tekanan besar yang datang dari Simon.Mereka melihat ke arah Sebastian yang nafasnya melemah. 'Sepertinya bocah ini tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Kita harus segera
”Mereka lolos dari sisi bangunan lain. Orang-orang kita akan kejar mereka sekarang. Kita pasti akan menangkap mereka.""Bagus, setelah tangkap mereka... aku sendiri yang akan tangani mereka!" Matanya yang seperti elang berkilauan dengan kilatan mematikan. 'Mereka berani melukai anak saya. Mereka akan mati dengan mengerikan!'Simon kemudian mengirim Sebastian ke rumah sakit saat mengemudi dengan kecepatan penuh. Pada saat ini, bocah itu sudah didorong ke ruang gawat darurat.Sharon bersandar ke dinding dan merasakan semua kekuatannya terkuras habis. Dia menatap pintu ruang gawat darurat tanpa mengedipkan matanya. Mereka tampak kosong dan tak bernyawa.Simon hanya berdiri diam di sisi lain. Ada beberapa kali ketika dia ingin berjalan ke arahnya, tetapi pada akhirnya, dia hanya akan mengepalkan tinjunya dan tetap diam.Keduanya menghadapi hal yang sama, sangat mengkhawatirkan Sebastian.Bahkan, Sharon masih gemetar saat itu. Baju dan tangannya masih berlumuran darah anaknya.Bau da
Sharon mengawasi putranya. Dia telah merawatnya selama tiga hari tiga malam penuh. Akhirnya, anak itu membuka matanya dan terjaga.“Bu, aku kesakitan…” Bocah lelaki yang selalu terlihat tegar itu hanya menginginkan kasih sayang ibunya begitu melihatnya."Sakit dimana sayang? Apa karena lukanya? Jangan bergerak. Aku akan bawa dokter ke sini untuk melihat kamu." Sharon sangat gugup."Nggak perlu bu. Ini sedikit sakit tapi nggak terlalu.""Hm gimana ya? Lebih baik kita cek ke dokter.""Jangan pergi, Bu. Saat ini, aku cuma ingin lihat kamu." Jarang bagi Sebastian untuk bertindak dengan cara yang dimanjakan dengan Sharon.Hati Sharon meleleh. "Ok, aku nggak akan pergi. Aku akan tinggal di sini dan temenin kamu. kasih tahu kalau kamu merasa nggak nyaman di mana pun."Sebastian mengangguk dan kemudian bertanya, "Bu, apa kamu yang membawa uang tebusan untuk menyelamatkan aku?""Eh... Itu aku dan ayah kamu. Uang tebusan juga ayah kamu yang kasih.""Ayah bajingan itu? Dia benar-benar da
Sharon menganggapnya lucu dan menganggukkan kepalanya. "Kamu nggak bisa makan terlalu banyak makanan rasa berat karena luka kamu serius. Aku udah pesen makanan bergizi dari kantin rumah sakit untuk kamu.""Hah? Makanan bergizi? Nggak enak kan?" Rahangnya jatuh."Yang kamu butuhkan saat ini nutrisi. Kamu nggak bisa makan makanan enak sekarang. Ini adalah hukuman bagi kamu yang terlalu banyak makan. Sudah waktunya bagi kamu untuk ubah pola makan. Atau, suatu hari kamu mungkin akan dijual tanpa sadar itu semua karena kamu cuma berpikir tentang makan." Dia mencubit hidungnya.Sebastian cemberut dan memasang tampang tak berdaya. "Ok kalau begitu. Aku cuma akan makan makanan bergizi, kalau begitu. Kamu nggak perlu nakutin kayak gitu."Melihat ekspresi Sebastian membuatnya merasakan dorongan untuk menertawakannya. Dia bangkit dan pergi keluar untuk mengambil makanannya.Dia melirik Simon. 'Seharusnya nggak menjadi masalah untuk ninggalin mereka berdua di sini, kan?'Ketika dia kembal
"Aku nggak gila dan kamu nggak salah dengar. Aku serius soal itu," kata Simon serius.Sharon melihat ekspresi serius pria itu. 'Dia sepertinya benar-benar tidak mengatakan omong kosong, tapi ...'"Trik macam apa yang kamu rencanakan untuk balas dendam ke aku sekarang? Bukankah kamu sudah membalas dendam?" Senyum di wajahnya memudar dan dia menyipitkan matanya untuk menatapnya dengan dingin.Mata Simon menjadi lebih gelap. "Kamu terlalu banyak mikir. Aku hanya berpikir bahwa putra kita nggak aman di sisi kamu."Dia segera mengerti setelah mendengarnya. "Itu karena insiden penculikan ini? Aku akan lebih melindunginya mulai sekarang. Lagi pula, nggak semua orang punya nyali untuk melakukan hal seperti itu.""Kalau begitu dia bisa aja kan tingal sama aku lagi." Bagaimanapun, Simon berpikir bahwa hanya dia yang bisa melindungi mereka berdua."Hidup sama kamu dan diejek-ejek Xena? kayak ga ada harganya" godanya mengejek.Simon mengerutkan alisnya. "Kalau ada aku, dia nggak akan berani
Howard mengerutkan kening. "Dia ingin bertarung dengan Sharon untuk hak menjaga Sebastian?"Xena memelototinya dengan kejam. "Kenapa kamu jadi bodoh juga? Saya bilang dia mau bawa mereka balik ke rumah. Apa yang dia mau bukan hak untuk merawat anak itu tapi supaya ada keluarga lagi. Dia mau mereka bertiga jadi keluarga lagi!""Gak mungkinl!" Pamannya belum mendapatkan penawarnya, jadi dia tidak akan mudah berdamai dengan Sharon. Kecuali dia ingin mengambil nyawa Sharon."Itu mungkin aja. ini beneran kejadiannya. Aku denger sendiri dari mereka!""Sharon setuju?" tanya Howard."Dia nggak mau, tapi kalau inget gimana pinternya paman kamu, apa menurut kamu penolakannya akan berpengaruh?" 'Sharon bakal menyerah.'Howard mendengar kata-kata itu dan meliriknya. Dia kemudian mencibir, "kenapa sih kamu nggak ada gunanya? Paman aku sudah menikah dengan kamu namun kamu masih tidak bisa mengendalikannya?"Wajah Xena pucat dan kemudian dia tersipu. "Hatinya hanya ditempati oleh Sharon. Dia
Simon memasang ekspresi dingin. 'Siapa wanita yang begitu kejam sehingga sampai dia enggak mau melepaskan seorang anak?'Dia tidak memiliki banyak wanita di sekitarnya. Selain Sharon… dia hanya bisa memikirkan Xena.Matanya berkilauan. 'Apa mungkin Xena yang melakukannya?'Dia selalu menjadi orang yang rapuh di depannya. Dia tidak berani berbicara keras juga. 'Apa dia akan begitu tidak berperasaan?'Tidak peduli siapa itu, dia pasti akan mencari wanita itu. Dia tidak akan membiarkan Sebastian menderita luka-lukanya dengan sia-sia.Dia tiba-tiba bangkit dan ingin pergi.Para penculik melihat ini dan memohon, "Kami sudah memberi tahu kamu semua yang kami tahu. Tolong selamatkan hidup kami ..."Simon menghadap Franky dengan wajah tanpa emosi dan berkata, "Cari tempat yang lebih tinggi dan singkirkan mereka."Franky mendapat petunjuk dan kemudian menjawab, "Ya, Pak. aku akan menyelesaikannya tanpa meninggalkan jejak."Seolah-olah para penculik telah mendengar hukuman mati mereka.
Dia menghindari tatapannya dan meletakkan kotak makan siang di tangannya di atas meja. Kemudian dia membuka tutupnya dan meletakkan makanan di depan putranya. "Aku ketemu toko ini waktu aku sedang dalam perjalanan ke sini. Aku membeli daging babi kukus favorit kamu."Sebastian melirik kelezatan yang diletakkan di depannya. Matanya langsung berbinar. Tepat ketika dia akan mengulurkan tangannya untuk memakan makanan itu, dia langsung ragu ketika dia ingat bahwa ayah bajingannya yang membelinya.Simon mengerutkan kening ketika melihat wajah ragu-ragu putranya meskipun dia jelas ingin memakan makanan itu. Dia berkata, "Aku nggak naro racun di dalamnya.""Bu, bukannya kamu bilang aku cuma bisa makan makanan biasa untuk saat ini?" Dia berencana untuk meminta ibunya menolak atas namanya karena dia tidak bisa menahan dirinya untuk menolak makanan.Secara alami, Sharon paham rencananya. Dia paham Sebastian selama ini makan makanan bergizi yang disediakan oleh rumah sakit yang sama sekali ti