Sharon ok dengan tawaran Eugene untuk pergi belajar ke luar negeri di F Country. Karena dia tidak akan belajar desain bangunan, dia ingat pekerjaan ayahnya ketika dia masih hidup.Ayah yang membesarkannya adalah seorang pembuat parfum yang luar biasa dan parfum yang dia buat adalah yang paling unik.Dia ingat ketika dia masih muda, banyak wanita akan meminta ayahnya untuk membuatkan mereka sebotol parfum.Meskipun ayahnya adalah pria yang sangat santai, dia cukup sombong. Dia akan menerima permintaan ini ketika dia dalam suasana hati yang baik, tetapi ketika dia tidak, dia tidak akan menerima tidak peduli siapa yang memohon padanya. Itu sebabnya selama hidupnya dia telah menyinggung banyak orang.Sekarang dia memikirkannya, dia merasa seolah-olah itu sudah ribuan tahun yang lalu. Dia masih menyimpan parfum unik yang dibuat ayahnya untuknya sampai sekarang.Ayahnya sudah tidak ada di sini lagi dan dia ingin mengambil alih warisan ayahnya di industri parfum.Pada hari dia seharusny
Apa bosnya terlalu merindukan Sharon sehingga dia bahkan mulai berhalusinasi sekarang? Bagaimana mungkin wanita tadi itu Sharon?Namun, dia tidak berani mengatakan apa-apa karena dia takut akan menghancurkan harapan bosnya.Simon berdiri di sana tanpa bergerak cukup lama, berharap dia akan keluar. Namun, yang mengingatkannya untuk pergi adalah pengumuman boarding.Mata pria itu menjadi gelap perlahan. Dia mengepalkan tinjunya yang ada di kedua sisi tubuhnya. Tiba-tiba, dia meninju dinding yang ada di sebelahnya.Ketika Franky melihat ini, dia dengan cepat berlari. “Presiden Zachary, bapak salah. Wanita itu bukan Nona Jeans. Selain itu bukankah kita kabar bahwa seseorang melihatnya dan kita sekarang akan cari dia?”Mata Simon yang awalnya jahat menyala sekali lagi. Benar, dia akan mencarinya sekarang. Wanita itu barusan bukan dia!Setelah itu, suara langkah kaki menghilang dan Sharon masih berada di dalam tong sampah.Ketika Eugene datang dan membuka tutup tempat sampah, dia mel
Dua tahun kemudian, F Country.“Sekarang, saya akan mengumumkan pemenang medali emas dalam Kompetisi Parfum ini. Nona Sienna Newton!”Tepuk tangan gemuruh datang dari penonton dan Sharon berjalan di atas panggung sambil mengangkat roknya. Semua orang sedang menatapnya.Eugene memandangnya dari bawah panggung. Sudah dua tahun sejak terakhir kali dia melihatnya dan dia terlihat lebih elegan dan percaya diri dari sebelumnya.Hari ini adalah hari ketika dia menyelesaikan studinya, jadi dia terbang untuk memberi selamat pada adiknya. Dia bahkan memenangkan medali emas di Kompetisi Parfum.Setelah Sharon menerima penghargaan dan turun dari panggung, dia memeluk mentornya, Ceylon Frank, dan kemudian terdengar tepuk tangan lagi."Selamat." Ceylon tersenyum.Sharon tidak bisa menyembunyikan air mata kegembiraan di matanya. “Terima kasih atas bimbingan Anda selama dua tahun terakhir.”“Kamu sangat berbakat. Ini juga hasil kerja kerasmu sendiri.” Mata Ceylon dipenuhi dengan pujian untukny
Tidak mudah menjadi muridnya. Saat itu, dia tanpa malu-malu mengganggu Ceylon setiap hari. Dia bahkan akan membawa semua parfumnya ke Ceylon untuk dievaluasi tidak peduli apakah itu bagus atau buruk.Setelah memohon padanya selama setengah tahun, dia tiba-tiba setuju untuk menerimanya sebagai muridnya.“Eugene, kamu harus tinggal sampai beberapa hari lagi. Aku bakal lowong beberapa hari ke depan jadi aku bisa menghabiskan waktu dengan kamu," Sharon mengundangnya.Mata Eugene menjadi gelap. “Aku juga pengen, tapi…”"Apa ada hal penting yang harus diurus?" Sharon masih bersandar di bahunya saat dia menatapnya.Eugene menatap matanya, dan ekspresinya tiba-tiba menjadi lebih serius. Ketika dia berbicara, nadanya lebih dalam dari sebelumnya, "Sienna, Kakek ingin kamu pulang."Sharon sedikit terkejut. Otaknya tidak bisa mencatat apa yang sedang terjadi untuk sesaat. "Pulang? Di mana?"Eugene tetap diam selama beberapa detik. "Rumah Newton."Sekarang, dia akhirnya mengerti apa yang se
Sharon berpikir bahwa ketika kakek berkata 'kembali ke asalmu', dia ingin dia memberi hormat kepada leluhurnya dalam sebuah upacara kecil.Namun, itu tidak sesederhana itu. Dia tidak hanya harus memberi hormat kepada leluhurnya, tetapi dia juga perlu mengadakan perjamuan di sebuah hotel di mana semua teman dan keluarga mereka akan hadir ketika keluarga secara resmi mengumumkan identitasnya.Di dalam kamar hotel, staff memakaikannya gaun yang dibuat khusus dan penata rias pun sudah merias wajahnya untuknya. Dia hanya perlu menunggu acara itu dimulai.Sharon tampak tidak peduli saat dia mengizinkan mereka mendandaninya.Ketika Eugene masuk, dia melihatnya tampak tidak bersemangat.Dia tahu dia tidak ingin memberitahu dunia bahwa dia adalah Sienna Newton, tetapi mereka tidak bisa melawan keinginan kakek mereka."Kamu di sini," Sharon menyapanya.Eugene mengangguk. Setelah staff selesai menggantinya, mereka membubarkan diri.Dia berdiri di belakangnya. "Kalau kamu nggak mau keluar,
Dia juga tidak ingin berpakaian seperti ini. Sekarang dia telah menjadi Sienna, dia merasa sangat tertekan karena beberapa hal.Dia memegang lengan Eugene saat mereka berjalan di depan kakek dan kemudian, di depan semua orang, dia memanggil, "Kakek."Wajah keriput Quinn akhirnya tidak terlihat seram lagi. Dia puas saat melihat penampilan Sharon."Sini. Ke Kakek.” Quinn mengulurkan tangannya padanya.Sharon ragu-ragu dan Eugene berkata di telinganya, “Nggak apa apa, samperin Kakek."Dia mampu sedikit lega karena Eugene ada di sini. Akhirnya, dia berjalan dan berdiri di sebelah kakek.“Semuanya, dia cucuku, Sienna. Dia baru saja kembali dari belajar di luar negeri di F Country. Sekarang, dia adalah pembuat parfum yang cukup terkenal. Mulai sekarang, dia akan memulai bisnis merek parfumnya sendiri di Newton Corporation. Tolong jaga dia baik-baik. ”Sharon melirik kakek yang cerdik dan berhati-hati itu. Kapan dia mengatakan dia ingin memulai merek parfum di Newton Corporation?Bah
Franky tidak peduli dengan kritikan bosnya. Dia buru-buru meletakkan koran di depannya. “Presiden Zachary, lihat. Ini Nona Sharon!”Tatapan Simon menyipit saat dia melihat koran, lebih tepatnya lagi, foto di koran.Sudah dua tahun dan ketika dia akhirnya melihatnya lagi, dia ada di koran!Nafasnya menjadi lebih berat saat dia meraih koran untuk meletakkannya di depannya sehingga dia bisa melihat lebih dekat orang di foto itu.Itu benar-benar dia…Dia mengenakan gaun yang dibuat khusus di foto dan dihiasi dengan perhiasan yang bersinar, tampak mewah dan cantik. Bahkan jika dia memakai permata, itu tidak menyembunyikan aura elegan yang datang dari dalam dirinya.Ketika dia memandangnya di foto, dia tampak asing karena sesuatu. Dia tampaknya telah berubah dan tidak sama seperti sebelumnya.Karena dia tidak pernah menghapus pemberitahuan orang hilang selama dua tahun terakhir, dia telah menerima banyak pesan dari orang yang berbeda yang memberitahunya bahwa mereka telah melihatnya.
Kelly diperintahkan untuk menjaga pintu dan mencegah semua orang masuk."Kakek, apa kamu benar-benar tidak ingin melihatku?" Sharon berdiri di pintu dan berteriak ke dalam ruangan."Pergi!" Kakek itu terdengar marah.Suaranya terdengar kuat dan sepertinya kakek itu baik-baik saja. Dia hanya marah karena dia telah mempermalukan dirinya sendiri selama jamuan makan.“Ckck, kamu benar-benar beda, Sienna. Kamu buat Kakek marah sampai begini saat Kamu kembali. ” Nada bicara Jim terdengar seperti sedang menikmati schadenfreude.Sharon mengintip ke arahnya dan menarik sudut bibirnya menjadi senyuman. Dia mengingatkannya, "Kamu juga ikut peran dalam buat Kakek marah, Jim."Dia tidak boleh lupa bahwa dia telah mempermalukan kakek itu sekali lagi ketika dia mengatakan apa yang dia katakan selama perjamuan.Jim menjabat tangannya. "Tidak, ini gara-gara kamu, jangan bawa bawa aku."Sharon lelah berbicara dengannya. Dia melihat ke arah Eugene yang berdiri di satu sisi. "Eugene, Kakek tidak i
“Sekarang aku udah selesaikan semua permintaan terakhir dia." Yvonne melirik Quincy untuk terakhir kalinya, yang diliputi keterkejutan. Dia kemudian meninggalkan ruangan.Quincy tidak mengatakan apa pun untuk membuatnya tetap tinggal. Dia terus menatap kotak abu itu. Dia menatap kotak abu dalam diam untuk waktu yang sangat lama. Terry bertanya padanya, "Nona, apa kamu percaya kalau ini abu Dayton Night?" Dia berbalik untuk melihat Terry. Sejujurnya, dia tidak terlalu percaya. "Kenapa kamu nggak lihat dulu aset yang dia transfer ke kamu dan lihat apa itu asli?" Terry menyarankan. "Bantu aku cek ini." Dia menyerahkan tumpukan tebal dokumen kepadanya sehingga dia bisa memverifikasinya. "Aku akan cek sekarang." Terry segera meninggalkan kantor. Quincy menatap kotak abu dan bergumam pelan, "Dayton Night, kamu mau ngapain lagi sekarang?" Dia terkejut ketika Terry memberitahunya bahwa Dayton benar-benar telah mentransfer semua aset dan keuangannya kepadanya setelah memverifikas
Quincy masih tenggelam dalam pikirannya ketika sekretarisnya meneleponnya melalui saluran telepon internal. Sekretarisnya memberi tahu dia bahwa seorang wanita bernama Yvonne Leif ada di sini untuk menemuinya.Dia mengerutkan kening. Yvonne Leif?Setelah memikirkannya sebentar, dia akhirnya ingat. Apakah Yvonne Leif bukan wanita yang waktu itu dengan Dayton? Kenapa dia mencarinya sekarang? Jika dia tidak mati, maka Dayton Night... Jantung Quincy tergopoh-gopoh. Dia meminta sekretarisnya untuk membawanya masuk sekaligus. Setelah beberapa saat, sekretarisnya membawa Yvonne ke kantor. Sejak Yvonne muncul di kantornya, Quincy terus menatapnya. Dia masih punya bayangan. Dia bukan hantu atau roh…Yvonne baik-baik saja dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia tidak terlihat terluka sama sekali.Apakah dia berhasil menghindari pengeboman di pulau itu?Yvonne mengenakan kacamata hitam dan memegang sebuah kotak. Dia membawa tas tangannya di pergelangan tangannya. Setelah beberapa
Ekspresi Dayton terlihat gelap saat dia menatap pulau itu dengan tatapan suram. Dia mengerucutkan bibirnya. Dia tidak punya niat untuk mengatakan apa-apa.Dia tidak ingin meninggalkan pulau itu. Yvonne dan anak buahnya adalah orang-orang yang dengan paksa membawanya pergi."Aku lebih suka tinggal di pulau itu." katanya setelah beberapa saat.Yvonne menatapnya dengan kaget. Setelah beberapa detik, dia tertawa terbahak-bahak. “Kamu memang tahu dia akan bom kamu sampai mati, kan? Itu akan lebih baik dari pada mati setelah melalui semua siksaan penyakit kamu, kan?”Setelah hening sejenak, dia berkata, "Aku berhutang budi sama dia."Bagaimanapun, dia tidak akan bisa hidup lama. Dia hanya harus memenuhi keinginan Quincy dan membiarkannya mengakhiri hidupnya secara pribadi.Dia tidak akan menyesal jika dia mati di tangannya.Yvonne tidak bisa menahan diri untuk tidak menampar wajahnya. Dia kemudian memarahi dirinya sendiri dengan keras, “Kenapa aku terlalu ikut campur?! Kenapa aku bers
Quincy mengarahkan pandangan dinginnya ke arah itu. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Ayo pergi."Terry tidak tahu apa yang dia lihat barusan. Dia hanya memperhatikan ekspresi tidak menyenangkan di wajah Quincy..Dia mengikutinya dan bertanya, “Nona, di mana bajingan itu, Dayton Night? Apa Nona mau saya tangkap dia dengan tangan saya sendiri?” Dia tidak berpikir bahwa dia akan membiarkan Dayton pergi.Quincy tidak berhenti berjalan. "Nggak usah. Aku tahu gimana hadapin dia.”Ada sedikit kebrutalan dalam suaranya yang dingin. Terry sedikit terkejut. Dia sepertinya mengerti sesuatu. Dia berhenti berbicara dengannya setelah itu. Helikopter sudah menunggu mereka di luar. Quincy dan Terry naik ke helikopter.Di bawah mereka, pulau itu dalam kekacauan besar. Tidak ada yang bisa menghentikannya pergi sekarang."Nona, bisa kita pulang sekarang?" tanya Terry.Quincy melirik situasi di bawah dan menatapnya. Ada ekspresi yang sangat tenang di wajahnya. "Kamu bawa banyak bahan peleda
“Dokter Leif, datang dan lihat Tuan Muda. Dia muntah darah lagi,” salah satu anak buah Dayton memberitahunya begitu mereka melihatnya.Yvonne berjalan di depan Dayton. Dia melihat darah yang dimuntahkannya ke lantai. Dia tidak lagi terganggu akan hal itu. “Kalian harus belajar membiasakan diri dengan hal seperti ini. Lagi pula, itu akan sering terjadi nanti.”Anak buah Dayton tercengang. Apa artinya itu? Tuan Muda akan sering muntah darah nanti? Dayton bersandar di sofa di belakangnya dan memejamkan mata. Dia tidak punya tenaga untuk bicara lagi. Yvonne tidak ingin menghukumnya setelah melihat kondisinya saat ini. Dia jelas tahu bahwa dia telah menyerah pada dirinya sendiri sejak lama. Dia hanya menunggu kematiannya sendiri. Karena itu, dia tidak buru-buru untuk melakukan pengobatan akupuntur pada dirinya. Grhhhh…Grrrhhrh…Grrrrhhhh…. Gemuruh suara keras terdengar dari luar. Dayton segera membuka matanya. Kedengarannya seperti sebuah pesawat terbang?Dia segera memberi ta
Quincy sangat marah hingga wajahnya memerah. Jika dia tidak ditahan oleh pengawalnya, dia pasti akan mencekiknya sampai mati sekarang!Yvonne, yang mengawasi mereka di samping, tidak bisa memaksa dirinya untuk terus menonton mereka lagi. Dia merasa sangat canggung sebagai orang luar. Karena itu, dia bangkit dan berkata, "Kalian harus makan pelan-pelan." Dia meninggalkan ruangan setelah berbicara.Dia benar-benar tidak bisa memahami seseorang seperti Dayton Night. Mengapa dia begitu gigih mendapatkan Quincy Lane?Sebenarnya, dia memang pria yang gigih. Namun, dia pasti malah sebuah mimpi buruk bagi Quincy.Dia bisa tahu betapa Quincy membencinya. Kalau tidak, dia tidak akan menyandera Lennon. Dia ingin meninggalkan pulau ini.Mungkin cinta bukan hanya tentang memberi. Beberapa jenis cinta didefinisikan oleh belenggu dan pemenjaraan juga. Dayton tidak hanya menjebak Quincy, tetapi dia juga melakukannya pada dirinya sendiri. Namun, mungkin ini adalah keinginan terakhirnya dalam h
Yvonne menatapnya. Dia tiba-tiba kehilangan kata-kata.Quincy didorong kembali ke kamarnya. Pintu kamarnya kemudian ditutup rapat. Dia mendengar suara kunci terkunci di luar. Sialan, Dayton Night. Dia menyuruh anak buahnya untuk menguncinya. Dia benar-benar kehilangan kebebasannya. Quincy tidak punya ide lagi. Dia hanya bisa berpuasa. Dia lebih baik mati daripada dipenjara olehnya.Dia mulai berpuasa.Anak buah Dayton segera melaporkan situasi ini kepadanya. Dia ingin pergi untuk melihatnya, tetapi dia benar-benar tidak punya energi sekarang.“Bawa dia.” Dia tidak punya pilihan selain meminta mereka membawa Quincy ke kamarnya. Sebelum Quincy tiba, dia meminta Yvonne untuk membantunya ke sofa agar dia bisa duduk. Dia tidak bisa membiarkan Quincy melihatnya terbaring di tempat tidur dengan begitu sakit. Yvonne mau tidak mau bertanya, “Kenapa kamu harus melakukan ini? kamu berusaha keras untuk pura-pura baik-baik aja di depan dia. Nggak bisa apa kamu kasih tahu dia soal penyak
Quincy mau tidak mau merasa terkejut setelah melihat penampilan Dayton. Dia menatapnya dengan tatapan yang membuatnya tampak seperti akan memakannya hidup-hidup!"Kamu di pulau?" dia bertanya padanya. Mengapa anak buahnya menipunya? "Apa kamu coba sandera anak buah aku untuk kaburi karena kamu ngira aku nggak ada di sini?" Dayton dipenuhi amarah. "Dayton Night, apa yang kasih kamu hak untuk menjebak aku di sini?" Seharusnya dia yang marah padanya.Saat itu, Yvonne mengejarnya.“Kamu harus kembali.” Dia mengingatkan Dayton setelah berjalan ke sisinya. Namun, pikiran Dayton hanya dipenuhi dengan pikiran tentang Quincy. Seolah-olah dia tidak mendengar apa yang dikatakan Yvonne.Kilatan mengejek muncul di tatapan Quincy ketika dia melihat Yvonne juga ada di pulau itu. Tidak heran anak buahnya tidak mau memberitahunya bahwa dia sudah berada di pulau itu. Dia telah membawa wanita lain. Mustahil baginya untuk tidak mengenali wanita ini. Dia adalah wanita yang dia permainkan di rum
Saat itu, Lennon mendeteksi nada mengejek dalam suaranya. Dia sama sekali tidak peduli apakah mereka lelah atau tidak.Dia menundukkan kepalanya dan mengupas apel dengan saksama. Dia tidak berniat untuk terus berbicara dengannya lagi. “Biarin aku kupas sendiri. Tangan kamu nggak bersih.” Quincy secara alami meraih pisau itu. Lennon tidak terlalu memikirkannya. Dia hanya merasa sedikit ketakutan. Dia menyerahkan pisau dan apelnya sekaligus. Namun demikian, Quincy hanya mengambil pisau buah itu. Dia tidak mengambil apel darinya. Sementara dia bertanya-tanya apakah dia pikir tangannya kotor, dia memegang pisau buah dan mendekatinya. Dia segera meletakkan pisau di lehernya. “Nyonya Muda, kamu…” Lennon akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi. Ini adalah tujuan sebenarnya. Quincy menatapnya dengan dingin dan berteriak dengan dingin, “Jalan!"Lennon tidak punya pilihan selain mematuhinya dan berjalan keluar.Orang-orang yang berdiri di dekat pintu terkejut ketika mereka meli