Itu Simon. Sharon melihat punggungnya saat berjalan keluar dari hotel dengan beberapa orang di sekelilingnya.Sharon hampir berlari ke arahnya dan ia mengejutkan Eugene. Eugene berteriak di belakangnya, "Sharon, kamu mau kemana?"Seolah-olah ia tidak mendengarnya. Pada saat ini, semua perhatiannya dan semua yang bisa ia lihat tertuju pada sosok itu.Namun, ketika Sharon berlari keluar, Simon sudah masuk ke dalam mobil dan mobil sudah dinyalakan. Sharon ingin mengejarnya tetapi ada yang menariknya dari belakang."Kenapa kamu lari?" Eugene mengejarnya dan meraihnya.Sharon sangat bingung. Ia melihat mobil itu pergi jauh darinya. Ia ingin menjauh dari Eugene. Namun, Eugene sangat kuat dan ia mencengkeram Sharon erat-erat, menolak untuk melepaskannya."Siapa yang kamu kejar?" Eugene akhirnya menyadari sesuatu. Ia melihat mobil yang melaju pergi juga. Siapa yang berada di dalam mobil?Apa itu…Eugene menunduk untuk melihat Sharon yang tiba-tiba sangat emosional. Ia sepertinya menya
Sekarang, Simon masih menolak untuk melihatnya. Apa Simon ingin Sharon pergi ke pesta pernikahan untuk memberinya restu?Sharon mengepalkan tinjunya diam-diam. Sharon jelas marah, tetapi ia merasa lebih sedih dan kesal.Untuk bermain dengan perasaannya, Simon rela terus terluka untuk menyelamatkannya. Seorang pria yang akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya terlalu menakutkan!Meskipun Sharon dalam suasana hati yang buruk, Sharon masih mendengarkan Eugene. Ia pergi mandi di kamar mandi, berganti pakaian, dan memakai riasan ringan. Dengan cara ini, ia setidaknya akan terlihat kurang mengerikan.Sharon memegang lengan Eugene dan berjalan ke restoran di hotel. Karena waktu makan malam, restoran itu penuh dengan orang. Plus, mereka semua adalah tamu yang ada di sini untuk pernikahan.Ia mendengar Gabriel memesan seluruh hotel dan mereka akan menyediakan makanan dan akomodasi untuk para tamu selama pernikahan.Eugene bertemu dengan banyak orang yang ia kenal. Ketika Eugene m
Suara pria itu tiba-tiba terdengar di samping Sharon dan mengejutkannya. Ketika ia melihat ke belakang dan melihat siapa orang itu, keterkejutan melintas di hatinya. "Franky?"'Kenapa ia disini? Sepertinya Simon memintanya ke sini, jadi ia tahu aku akan datang?'"Nona Jeans, saya dapat pesan dari Presiden Zachary," kata Franky."Pesan apa?""Presiden Zachary ingin Anda segera pergi."Sharon tercengang ketika ia mendengar itu. Kemudian sedikit kemarahan muncul dari matanya, dan bibirnya melengkung mengejek. "Kenapa harus pergi?""Presiden Zachary sudah siapkan mobil dan memesan penerbangan untuk besok. Silakan pergi."Sharon tadinya hanya merasa sedikit marah, namun kemarahannya melonjak tak terkendali setelah mendengar itu!"Kok begitu? Apa aku harus pergi karena dia bilang begitu? Aku bukan boneka dia. Aku nggak mau nurutin kemauan dia!"'Simon sudah melangkah terlalu jauh. Ia benar-benar sudah keterlaluan!''Apa Simon takut aku mengganggu pernikahannya dengan Summer? Apa ia
Dalam ruangan itu, hiasan bunga ada dimana mana dan lampu berwarna cerah. Ada deretan meja panjang dengan bunga dan anggur. Berbagai makanan lezat akan disajikan setelah makan malam dimulai.Melihat ini, entah bagaimana Sharon jadi ingat dengan pernikahannya, yang batal.Ia kemudian menikahi Simon dengan menerima surat nikah dan bercerai juga.Sampai hari ini, ia belum pernah merasakan kebahagiaan menjadi pengantin dan mungkin ia tidak akan pernah mengalaminya.Identitasnya sekarang adalah sebagai pacar Eugene. Semua orang sudah mengenalnya di hotel kemarin, jadi tidak ada yang bertanya apa hubungannya dengan Eugene.Sharon tetap berada di samping Eugene. Orang-orang terus berdatangan untuk mengobrol ringan dengannya. Ia tetap di sisinya dengan segelas anggur di tangannya dan senyum di wajahnya, tetapi pikirannya tidak ada di sana.Sharon melihat sekeliling dari waktu ke waktu, bertanya-tanya kapan Simon dan Summer akan muncul.Setelah dua gelas berikutnya, terjadi keributan di kerumu
Setelah Simon dan Summer tiba dan memberikan pidato sambutan, saatnya pesta dimulai. Keluarga Gabriel menyewa seorang penyanyi dan band untuk tampil di acara itu.Para tamu juga mengirimkan doa dan kado mereka.Ketika Sharon memegang lengan Eugene dan muncul di depan mereka, sesuatu seperti bertabrakan begitu ia bertemu dengan mata gelap Simon.Keduanya saling memandang tanpa berkedip dan suasananya langsung terasa agak berbeda.Melihat pria tampan dan gagah itu, Sharon seperti terdorong untuk mencengkeram kerahnya dan bertanya bagaimana ia bisa mempermainkannya seperti itu.Kemarahan dalam dirinya ia tahan . Ia terengah-engah dan matanya sedikit merah saat ia menatapnya, tidak yakin apa itu karena marah atau sedih.Eugene memegang tangannya. Ia kuat, mengingatkannya untuk tidak bertindak impulsif.Ia sadar dan memalingkan wajahnya dengan susah payah untuk menenangkan diri. Ketika ia berbalik untuk melihatnya lagi, sudah ada senyum di wajahnya. "Presiden Zachary, selamat ya sudah nik
Penelope melihat dingin dengan tatapan kejam di matanya. "Aku peringatin kamu. Jangan coba-coba merusak bisnis Simon. Aku akan awasin kamu."Sharon meminum anggurnya lagi dan tertawa. "Penelope, kamu terlalu jauh mikirnya. Kalau aku mau rusak, itu aku udah lakuin sekarang. Lagi pula, aku sama Eugene sekarang. Simon nggak penting lagi bagiku."Penelope menatapnya untuk beberapa waktu seolah-olah melihat apa Sharon berbohong. Lalu ia berkata dengan dingin, "Kalau begitu aku harap kamu punya hubungan yang panjang dan langgeng sama, dan tinggalin Simon!" Dengan itu, ia mendengus dan bangkit untuk pergi.Sharon tersenyum tipis. Matanya penuh sarkasme. 'Kayak Simon satu-satunya aja'Namun ... mengapa ia merasakan sedikit kepahitan di hatinya?Ia baru saja merasa tenang, tetapi orang lain duduk, dan ia mengerutkan alisnya.Howard memulai dengan bertanya, "Sharon, apa kamu benar-benar pacaran sama Eugene?"Sharon bahkan tidak ingin melihatnya. "Nggak boleh?"Howard segera mengepalkan t
Ruangan itu gelap tanpa lampu menyala, tetapi aroma pria itu tidak asing baginya.Kemudian suara berat pria itu terdengar. "Ini aku."Sekarang ia yakin itu ialah, Simon!Setelah menyadari bahwa itu Simon, kekesalan yang ia tahan sepanjang malam langsung meletus seperti gunung berapi. Ia berkata dengan dingin, "Pergi. Lepaskan aku!"Pria itu menekan tangannya di pintu. Ia juga menekan tubuhnya, dan Sharon bahkan tidak bisa melawan!Perbedaan kekuatan antara pria dan wanita membuat Sharon tidak mungkin untuk mendorongnya menjauh.Dalam cahaya redup, ia mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan marah. "Aku bilang lepasin aku!" Sharon merasa tidak nyaman dengan Simon menyentuhnya.Simon menatapnya dengan sikap yang benar-benar sombong. Ia bisa merasakan kemarahan Sharon, tetapi Simon juga kesal, dan sosoknya yang tinggi semakin dekat dengannya.Aroma maskulin yang kuat menyelimutinya, dan napas panasnya bertiup di telinganya dengan suara laki-laki yang mengancam. "Apa bener kamu p
Sharon sejenak tercengang ketika mendengar apa yang dikatakan pria itu, tapi kemudian muncul kemarahan. Gelombang kemarahan bergulir di dadanya.Ia mencoba mendorongnya tetapi tidak berhasil. Ia hanya bisa tersenyum dingin. "Kamu masih coba membodohiku! Kamu bakal menikah dengan Summer besok. Apa kamu anggap aku bodoh terus percaya omong kosongmu lagi?""Aku tahu kamu nggak bodoh, jadi aku nggak ngebodohin kamu. Udah kubilang aku punya kesepakatan sama dia!" kata pria itu dengan muram.Sharon berhenti berjuang untuk sementara waktu. Setelah hening sejenak, ia bertanya dengan dingin, "Apa kamu bilang ... kamu nikah sama dia karena kesepakatan?""Iya.""Kalau gitu kasih tau sekarang apa kesepakatannya?"Simon terdiam selama beberapa detik sebelum ia berkata, "Aku nggak bisa jelasin ke kamu sekarang."Sharon menatapnya dan mencibir. "Bukannya kamu nggak bisa jelasin tapi karena kamu belum nemu cara untuk bohong sama aku, kan?""Aku nggak bohong padamu!""Apa kamu pikir aku masih
“Sekarang aku udah selesaikan semua permintaan terakhir dia." Yvonne melirik Quincy untuk terakhir kalinya, yang diliputi keterkejutan. Dia kemudian meninggalkan ruangan.Quincy tidak mengatakan apa pun untuk membuatnya tetap tinggal. Dia terus menatap kotak abu itu. Dia menatap kotak abu dalam diam untuk waktu yang sangat lama. Terry bertanya padanya, "Nona, apa kamu percaya kalau ini abu Dayton Night?" Dia berbalik untuk melihat Terry. Sejujurnya, dia tidak terlalu percaya. "Kenapa kamu nggak lihat dulu aset yang dia transfer ke kamu dan lihat apa itu asli?" Terry menyarankan. "Bantu aku cek ini." Dia menyerahkan tumpukan tebal dokumen kepadanya sehingga dia bisa memverifikasinya. "Aku akan cek sekarang." Terry segera meninggalkan kantor. Quincy menatap kotak abu dan bergumam pelan, "Dayton Night, kamu mau ngapain lagi sekarang?" Dia terkejut ketika Terry memberitahunya bahwa Dayton benar-benar telah mentransfer semua aset dan keuangannya kepadanya setelah memverifikas
Quincy masih tenggelam dalam pikirannya ketika sekretarisnya meneleponnya melalui saluran telepon internal. Sekretarisnya memberi tahu dia bahwa seorang wanita bernama Yvonne Leif ada di sini untuk menemuinya.Dia mengerutkan kening. Yvonne Leif?Setelah memikirkannya sebentar, dia akhirnya ingat. Apakah Yvonne Leif bukan wanita yang waktu itu dengan Dayton? Kenapa dia mencarinya sekarang? Jika dia tidak mati, maka Dayton Night... Jantung Quincy tergopoh-gopoh. Dia meminta sekretarisnya untuk membawanya masuk sekaligus. Setelah beberapa saat, sekretarisnya membawa Yvonne ke kantor. Sejak Yvonne muncul di kantornya, Quincy terus menatapnya. Dia masih punya bayangan. Dia bukan hantu atau roh…Yvonne baik-baik saja dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia tidak terlihat terluka sama sekali.Apakah dia berhasil menghindari pengeboman di pulau itu?Yvonne mengenakan kacamata hitam dan memegang sebuah kotak. Dia membawa tas tangannya di pergelangan tangannya. Setelah beberapa
Ekspresi Dayton terlihat gelap saat dia menatap pulau itu dengan tatapan suram. Dia mengerucutkan bibirnya. Dia tidak punya niat untuk mengatakan apa-apa.Dia tidak ingin meninggalkan pulau itu. Yvonne dan anak buahnya adalah orang-orang yang dengan paksa membawanya pergi."Aku lebih suka tinggal di pulau itu." katanya setelah beberapa saat.Yvonne menatapnya dengan kaget. Setelah beberapa detik, dia tertawa terbahak-bahak. “Kamu memang tahu dia akan bom kamu sampai mati, kan? Itu akan lebih baik dari pada mati setelah melalui semua siksaan penyakit kamu, kan?”Setelah hening sejenak, dia berkata, "Aku berhutang budi sama dia."Bagaimanapun, dia tidak akan bisa hidup lama. Dia hanya harus memenuhi keinginan Quincy dan membiarkannya mengakhiri hidupnya secara pribadi.Dia tidak akan menyesal jika dia mati di tangannya.Yvonne tidak bisa menahan diri untuk tidak menampar wajahnya. Dia kemudian memarahi dirinya sendiri dengan keras, “Kenapa aku terlalu ikut campur?! Kenapa aku bers
Quincy mengarahkan pandangan dinginnya ke arah itu. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Ayo pergi."Terry tidak tahu apa yang dia lihat barusan. Dia hanya memperhatikan ekspresi tidak menyenangkan di wajah Quincy..Dia mengikutinya dan bertanya, “Nona, di mana bajingan itu, Dayton Night? Apa Nona mau saya tangkap dia dengan tangan saya sendiri?” Dia tidak berpikir bahwa dia akan membiarkan Dayton pergi.Quincy tidak berhenti berjalan. "Nggak usah. Aku tahu gimana hadapin dia.”Ada sedikit kebrutalan dalam suaranya yang dingin. Terry sedikit terkejut. Dia sepertinya mengerti sesuatu. Dia berhenti berbicara dengannya setelah itu. Helikopter sudah menunggu mereka di luar. Quincy dan Terry naik ke helikopter.Di bawah mereka, pulau itu dalam kekacauan besar. Tidak ada yang bisa menghentikannya pergi sekarang."Nona, bisa kita pulang sekarang?" tanya Terry.Quincy melirik situasi di bawah dan menatapnya. Ada ekspresi yang sangat tenang di wajahnya. "Kamu bawa banyak bahan peleda
“Dokter Leif, datang dan lihat Tuan Muda. Dia muntah darah lagi,” salah satu anak buah Dayton memberitahunya begitu mereka melihatnya.Yvonne berjalan di depan Dayton. Dia melihat darah yang dimuntahkannya ke lantai. Dia tidak lagi terganggu akan hal itu. “Kalian harus belajar membiasakan diri dengan hal seperti ini. Lagi pula, itu akan sering terjadi nanti.”Anak buah Dayton tercengang. Apa artinya itu? Tuan Muda akan sering muntah darah nanti? Dayton bersandar di sofa di belakangnya dan memejamkan mata. Dia tidak punya tenaga untuk bicara lagi. Yvonne tidak ingin menghukumnya setelah melihat kondisinya saat ini. Dia jelas tahu bahwa dia telah menyerah pada dirinya sendiri sejak lama. Dia hanya menunggu kematiannya sendiri. Karena itu, dia tidak buru-buru untuk melakukan pengobatan akupuntur pada dirinya. Grhhhh…Grrrhhrh…Grrrrhhhh…. Gemuruh suara keras terdengar dari luar. Dayton segera membuka matanya. Kedengarannya seperti sebuah pesawat terbang?Dia segera memberi ta
Quincy sangat marah hingga wajahnya memerah. Jika dia tidak ditahan oleh pengawalnya, dia pasti akan mencekiknya sampai mati sekarang!Yvonne, yang mengawasi mereka di samping, tidak bisa memaksa dirinya untuk terus menonton mereka lagi. Dia merasa sangat canggung sebagai orang luar. Karena itu, dia bangkit dan berkata, "Kalian harus makan pelan-pelan." Dia meninggalkan ruangan setelah berbicara.Dia benar-benar tidak bisa memahami seseorang seperti Dayton Night. Mengapa dia begitu gigih mendapatkan Quincy Lane?Sebenarnya, dia memang pria yang gigih. Namun, dia pasti malah sebuah mimpi buruk bagi Quincy.Dia bisa tahu betapa Quincy membencinya. Kalau tidak, dia tidak akan menyandera Lennon. Dia ingin meninggalkan pulau ini.Mungkin cinta bukan hanya tentang memberi. Beberapa jenis cinta didefinisikan oleh belenggu dan pemenjaraan juga. Dayton tidak hanya menjebak Quincy, tetapi dia juga melakukannya pada dirinya sendiri. Namun, mungkin ini adalah keinginan terakhirnya dalam h
Yvonne menatapnya. Dia tiba-tiba kehilangan kata-kata.Quincy didorong kembali ke kamarnya. Pintu kamarnya kemudian ditutup rapat. Dia mendengar suara kunci terkunci di luar. Sialan, Dayton Night. Dia menyuruh anak buahnya untuk menguncinya. Dia benar-benar kehilangan kebebasannya. Quincy tidak punya ide lagi. Dia hanya bisa berpuasa. Dia lebih baik mati daripada dipenjara olehnya.Dia mulai berpuasa.Anak buah Dayton segera melaporkan situasi ini kepadanya. Dia ingin pergi untuk melihatnya, tetapi dia benar-benar tidak punya energi sekarang.“Bawa dia.” Dia tidak punya pilihan selain meminta mereka membawa Quincy ke kamarnya. Sebelum Quincy tiba, dia meminta Yvonne untuk membantunya ke sofa agar dia bisa duduk. Dia tidak bisa membiarkan Quincy melihatnya terbaring di tempat tidur dengan begitu sakit. Yvonne mau tidak mau bertanya, “Kenapa kamu harus melakukan ini? kamu berusaha keras untuk pura-pura baik-baik aja di depan dia. Nggak bisa apa kamu kasih tahu dia soal penyak
Quincy mau tidak mau merasa terkejut setelah melihat penampilan Dayton. Dia menatapnya dengan tatapan yang membuatnya tampak seperti akan memakannya hidup-hidup!"Kamu di pulau?" dia bertanya padanya. Mengapa anak buahnya menipunya? "Apa kamu coba sandera anak buah aku untuk kaburi karena kamu ngira aku nggak ada di sini?" Dayton dipenuhi amarah. "Dayton Night, apa yang kasih kamu hak untuk menjebak aku di sini?" Seharusnya dia yang marah padanya.Saat itu, Yvonne mengejarnya.“Kamu harus kembali.” Dia mengingatkan Dayton setelah berjalan ke sisinya. Namun, pikiran Dayton hanya dipenuhi dengan pikiran tentang Quincy. Seolah-olah dia tidak mendengar apa yang dikatakan Yvonne.Kilatan mengejek muncul di tatapan Quincy ketika dia melihat Yvonne juga ada di pulau itu. Tidak heran anak buahnya tidak mau memberitahunya bahwa dia sudah berada di pulau itu. Dia telah membawa wanita lain. Mustahil baginya untuk tidak mengenali wanita ini. Dia adalah wanita yang dia permainkan di rum
Saat itu, Lennon mendeteksi nada mengejek dalam suaranya. Dia sama sekali tidak peduli apakah mereka lelah atau tidak.Dia menundukkan kepalanya dan mengupas apel dengan saksama. Dia tidak berniat untuk terus berbicara dengannya lagi. “Biarin aku kupas sendiri. Tangan kamu nggak bersih.” Quincy secara alami meraih pisau itu. Lennon tidak terlalu memikirkannya. Dia hanya merasa sedikit ketakutan. Dia menyerahkan pisau dan apelnya sekaligus. Namun demikian, Quincy hanya mengambil pisau buah itu. Dia tidak mengambil apel darinya. Sementara dia bertanya-tanya apakah dia pikir tangannya kotor, dia memegang pisau buah dan mendekatinya. Dia segera meletakkan pisau di lehernya. “Nyonya Muda, kamu…” Lennon akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi. Ini adalah tujuan sebenarnya. Quincy menatapnya dengan dingin dan berteriak dengan dingin, “Jalan!"Lennon tidak punya pilihan selain mematuhinya dan berjalan keluar.Orang-orang yang berdiri di dekat pintu terkejut ketika mereka meli