Oleh karena itu, Sharon membawa Bonnie ke ruang makan untuk makan malam. Bayi perempuan itu cukup energik hari ini. Ia terus cekikikan padanya dan bahkan memanggilnya 'Mama'. Meskipun pengucapannya tidak akurat, ia mengerti intinya.Anehnya Sharon tersentuh ketika ia mendengar Bonnie memanggilnya seperti itu. Itu benar-benar terasa seperti Bonnie adalah putrinya. Ia menjadi emosional saat air mata membasahi matanya.Simon menepuk pundaknya dan berkata dengan lembut, "Biarkan saja dia jadi putri kamu." Itu adalah cara baginya untuk mengimbangi semua kekacauan mental yang ia alami.“Kalau dia mau ngakuin aku sebagai ibunya, aku pasti akan perlakuin dia seperti putriku.” Sharon bertanya-tanya apa ia sangat menyukai Bonnie karena ia baru saja kehilangan putrinya.Saat itu, mereka bertiga seperti keluarga yang sedang makan malam bersama dengan gembira.Penelope melihat pemandangan ini saat ia memasuki ruang makan. Pupil matanya mengerut saat tatapan dinginnya mendarat di Sharon.Kenap
Api kecemburuan membara dalam dirinya saat membutakan akal sehat Diana. Ia bergegas menuju Sharon dengan sekuat tenaga!Penelope turun dari mobil sesudahnya. Ia menyeringai dingin ketika ia melihat Diana berlari ke arah Sharon dalam keadaan gila. Sharon melihat sosok yang berlari ke arahnya dari sudut matanya. Ia secara naluriah menghindari sosok itu. Simon juga melihat Diana. Sebelum ia bisa berhenti untuk memikirkan mengapa Diana ada di sini, ia segera menarik Sharon dan Bonnie ke belakangnya. Namun, Diana terlalu cepat. Tujuannya juga sangat akurat. Ia segera mencoba merebut Bonnie dari pelukan Sharon.“Saya ibu Bonnie. Kembalikan dia ke aku!” Meskipun ia tidak pernah terlalu peduli dengan Bonnie di masa lalu dan bahkan melecehkannya, ia telah menghabiskan waktu yang cukup lama bersamanya. Mereka juga memiliki hubungan ibu-anak. Ia tidak mau menyerah begitu saja, terutama ketika ia melihat Simon dengan hati-hati melindungi Sharon saat ia menggendong Bonnie! Diana sangat
Sharon hanya ingin mendorong Diana menjauh. Ia tidak mengira hal seperti ini terjadi. Ia tertegun selama beberapa detik. Ia akhirnya kembali sadar ketika Penelope meneriakkan nama Diana saat ia berlari ke arahnya.“Diana!” Penelope sangat terkejut. Ketika ia berlari untuk membantu Diana berdiri, ia masih sadar. Namun, darah mengalir dari tubuhnya dan sudut mulutnya."Penelope..." Diana mengartikulasikan dengan banyak kesulitan. Tatapannya tertuju pada Sharon dan Bonnie, yang keduanya berada jauh darinya. Ia mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Sharon. "Dia…"Penelope dengan marah menyapu pandangannya ke Sharon. Ia sepertinya mengerti apa yang ingin dikatakan Diana. “Jangan khawatir, aku akan ambil bayi itu untuk kamu. Aku juga nggak akan biarin orang yang telah nyakitin kamu punya akhir yang baik!”Ia tidak berusaha keras untuk membawa Diana pergi dari vila hanya agar ia mati seperti ini. Ia ingin merebut kembali Bonnie sehingga Sharon tidak akan pernah bisa hidup bahagia di r
Penelope tercengang oleh sikap tak kenal takut Sharon. Setelah beberapa saat, ia bertanya dengan ekspresi tidak menyenangkan di wajahnya, "Apa ini berarti kamu sangat nggak tau malu sampai kamu bahkan nggak takut masuk penjara?"Sementara mereka berbicara, pintu ruang gawat darurat terbuka dan seorang perawat keluar. “Pasien kehilangan banyak darah. Dia butuh transfusi darah. Pasien bergolongan darah O. Nggak ada cukup darah tipe O di bank darah saat ini. Apa ada di antara kalian yang bergolongan darah O?”“Tipe darah O? Apa kamu yakin dia golongan darah O?” Sharon sangat terkejut. Diana seharusnya tidak memiliki golongan darah O!“Iya, kami yakin. Kondisi pasien saat ini sangat memprihatinkan. Apa ada di antara kalian yang bergolongan darah O?” perawat bertanya.Sharon dan Simon bertukar pandang. Ekspresi mereka segera berubah serius."Kami nggak punya golongan darah O." kata Sharon kepada perawat.Ia tahu Simon memiliki golongan darah A. Sementara itu, Sharon memiliki golongan
“Oh, kamu Presiden Eugene. Sydney selalu sebut kamu ketika kami sedang berbicara di telepon.” Nyonya Neal langsung bersikap hangat padanya.Eugene mengangguk pada Nyonya Neal dengan sopan dan berkata, “Ini tanggung jawabku karena dia bekerja untukku. Sekarang dia terluka karena aku, kamu nggak perlu khawatir tentang apa dia akan berhasil menikah di masa depan.”"Apa itu berarti kamu akan menikahi Syd?" Mata Nyonya Neal bersinar saat ia menatapnya. “Bu, hentikan omong kosong itu…” Malu, Sydney menghentikan ibunya untuk berbicara.“Ibu nggak bilang omong kosong. Dia sendiri yang bilang. Dia akan tanggung jawab untuk kamu kalau kamu nggak bisa menikah.” Begitu ia selesai berbicara, ia memandang Eugene dan bertanya kepadanya, "Benarkah?"Eugene baru saja akan mengatakan sesuatu ketika seseorang mengetuk pintu. "Oh, kamu di sini, Presiden Eugene." Suara Jeremy terdengar. Fern ada di samping Jeremy. Ia datang untuk melihat bagaimana Sydney pulih. Eugene berbalik untuk melihat mer
Nyonya Neal dengan cemas berjalan ke sisi tempat tidur putrinya. “Apa luka kamu sakit? Apa yang sakit? Apa ibu harus panggil dokter?”Sydney pura-pura mendesah kesakitan. “Mungkin lukanya akan sakit waktu mau sembuh. Nggak sakit seperti yang baru saja terjadi. Nggak perlu panggil dokter."Eugene memelototi Fern dengan dingin dan bertanya, "Kenapa kamu di sini?"Fern meliriknya. Alih-alih menjawabnya, ia berjalan ke ujung tempat tidur Sydney dan bertanya, "Gimana luka kamu pulih?"Ia di sini untuk menanyakan Sydney tentang kondisi luka-lukanya. Kalau tidak, ia tidak akan datang ke sini. Ia sama sekali tidak ingin bertemu Eugene. Sydney menurunkan matanya dan berkata, “Nggak apa-apa. Gimanapun, dokter bilang bahkan kalau lukanya sembuh, ini akan ada bekas lukanya yang nggak hilang. Mereka berdua wanita. Fern tahu betapa pentingnya penampilan bagi wanita. Ia adalah seorang selebriti, jadi penampilannya lebih penting. Ia bisa mengerti mengapa Nyonya Neal khawatir Sydney tidak aka
Tiba-tiba, Eugene menyesal memutuskan kontraknya dan memberinya begitu banyak kebebasan!Namun demikian, tidak ada gunanya menyesali apapun sekarang. Ia sudah memilih untuk membiarkannya pergi ...Fern merasakan tatapan menakutkan Eugene padanya. Tatapannya begitu menakutkan sehingga sepertinya ia ingin melahapnya hidup-hidup.Mengapa Jeremy begitu cerewet? Ia tidak setuju untuk menandatangani kontrak dengan agensinya! Ia menyeret Jeremy keluar dari kamar. Ia tidak mengerti mengapa ia masih merasa sedikit takut pada Eugene. Ketika mereka berada di luar, ia melepaskan tangannya dan mengerutkan kening. “Jeremy, bisa nggak kamu berhenti kasih tau orang lain aku akan tandatangani kontrak dengan agensimu? Aku belum setuju!" Ia merasa perlu untuk menekankan hal ini. Jeremy tertawa riang ketika melihat ekspresi serius di wajahnya. “Nggak masalah kalau kamu masih pertimbangin. Aku percaya kamu pada akhirnya akan setuju untuk tanda tangan kontrak dengan agensiku.” Ia jelas telah me
Yuki Sonne dengan gembira berlari mendekat. Ketika ia melihat Jeremy memegang tangan wanita di sampingnya, senyum di wajahnya langsung menghilang. Ia dengan marah menariknya."Jerry, siapa wanita ini?" ia bertanya dengan nada bermusuhan saat ia menunjuk ke Fern.“Dia pasangan aku.” Jeremy tidak menyangka wanita muda ini tiba-tiba datang mencarinya. Yuki memberi pandangan pada Fern beberapa kali sebelum berkata, “Oh, dia pemeran utama wanita di film kamu yang kemarin. Kenapa dia keliatan beda banget di kehidupan nyata? Apa dia operasi plastik?”Fern bisa mendeteksi rasa jijik dalam suara Yuki. Ia tidak tahan dengan kenyataan ia sedang dievaluasi dan dikomentari oleh seorang wanita muda sepertinya. Ia berkata, “Wajah aku alami. Aku nggak pernah operasi plastik. Aku kelihatan beda di kehidupan nyata karena semua orang memang terlihat berbeda di layar. Beberapa orang terlihat lebih baik di layar sedangkan beberapa orang nggak terlihat bagus di layar. Kalau begitu, itu akan sia-sia mes