Share

Tanda Tanya

Author: LinDaVin
last update Last Updated: 2023-10-26 19:52:59

Memulai lagi aktivitas di hari senin, hatiku sedikit berbeda dari hari sebelumnya. Setelah pertemuan ketika belanja kemarin lusa rasanya hati yang sempat berwarna kini kembali kosong. Mungkin aku yang diam-diam terlalu berharap. Berharap cerita beberapa tahun yang lampau akan terulang.

Pagi ini kegiatan dimulai dengan doa pagi, dimana semua karyawan hadir dan berkumpul di lantai satu. Biasanya akan banyak informasi yang dibagikan oleh para supervisor, kepala cabang serta wakilnya. Aku sendiri juga kebagian menginformasikan pencapaian cabang untuk penjualan semua merk.

"Kenapa tuh muka? Tumben belipet-lipet gitu." Wina setengah berbisik mengarahkan bibirnya ke telingaku.

"Lagi malas aja," jawabku dengan suara yang juga pelan.

Hampir semua karyawan sudah berkumpul, terlihat di depan Pak Agus dan Mas Satria juga sudah hadir. Di samping mereka ada supervisor dari berbagai divisi.

"Hai." Aku langsung menoleh ke belakang saat Roni menjawil lenganku.

"Sana," tunjukku dengan dagu, agar dia
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Hahahaha mas Satria cemburu
goodnovel comment avatar
Intan Kusuma
mas saaattt,,cemburu kah?
goodnovel comment avatar
Nindya Arumi
lanjut kan seru nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Atasan Menyebalkan

    Aku mengabaikan pertanyaan dari Mas Satria dan membalasnya dengan laporan yang tadi dia minta. Dan lagi aku sudah tidak perlu menjelaskan apapun lagi. Semua yang menjadi ganjalan dalam hati sudah aku jelaskan kemarin.Selepas mengemail laporan yang Mas Satria minta, sekarang aku menyiapkan untuk hard copy laporannya. Mataku menyisir susunan berkas di dalam lemari arsip. Dia minta laporan insentif tahun kemarin. Sebuah map berwarna biru aku tarik dari susunan berkas.Tidak ingin bolak-balik ke tempat mesin fotokopi aku sekalian menyiapkan proposal kerjasama yang diminta Pak Toni dan Pak Khambali. Cukup berhati-hati aku membawa tumpukan map itu ke ruang fotokopi yang terletak di samping ruang finance. Semua berisi berkas penting jangan sampai jatuh atau terselip."Ngapain?" Wina menghentikan langkahnya saat melihatku berada di ruang fotokopi."Ngopi proposal," jawabku sambil menunjuk tumpukan berkas di sampingku."Mau kemana?" tanyaku balik pada Wina."Mau minta tanda tangan ke pak Agus

    Last Updated : 2023-10-27
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Sulit dipahami

    "Bapak punya pertanyaan, saya juga sama. Kita bertukar, biar sama-sama. Kan adil namanya." Sebuah ide aku dapat untuk mencari tau atas pertanyaan - pertanyaan yang juga bermunculan dalam benakku."Kamu, ya. Jangan mengaturku.""Terserah, kalau bapak tidak bersedia, tidak menjadi soal juga untuk saya."Ini bukan masalah kantor menurutku, dan aku bebas dengan langkah-langkah yang aku ambil. Sebuah kesepakatan tengah aku tawarkan. "Hm." Kembali Mas Satria hanya berdehem tanpa membalas apa-apa."Saya, permisi." Aku berpamitan sesaat kemudian. Mas Satria hanya bergeming dan melempar pandangan ke arah lain.Aku beranjak keluar ruangan Mas Satria dan kembali ke meja. Pekerjaanku masih cukup banyak, pria itu menyita cukup banyak waktuku. Bukan hanya waktu, perasaanku juga sebenarnya. Bagaimanapun rasa yang pernah ada, masih belum pergi sampai saat ini."Mbak Ran, sama Pak Satria disuruh buat ambil map, katanya." Aku sedang fokus dengan pekerjaanku saat Aji OB kantor mendatangi mejaku. Aku

    Last Updated : 2023-10-27
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Membuka Diri

    "Aku nggak tanya," jawabku sambil menarik toples menjauh dari Roni. Hm … isinya sudah tandas lebih dari separuh."Kenapa nggak ngajak marketing headnya, malah ngajak kamu. Kalau aku yang ngajak kamu masih wajar. Kalau dia kan harusnya sama marketing headnya. " Roni terlihat berbeda, mungkin tidak suka atau apa, entahlah."Ya aku kan nggak tau, Mas Satria bilangnya gitu, tadi.""Mas? Kamu pangil dia mas?" Roni mengernyitkan dahi melihat kearahku. Aku keceplosan lagi, ih … kadang memang loss begitu saja di luar kesadaran."Em … Bapak," ralatku kemudian."Tadi ….""Ran …." Kalimat Roni terpotong oleh panggilan Mas Satria yang telah berdiri di ambang pintu."Iya, Pak," jawabku seraya berdiri dari tempat duduk."Laporan kamu sudah selesai semua kan?" tanya Mas Satria kemudian."Iya, Pak. Barusan sudah saya emailkan, tinggal laporan ke grup saja," jawabku menerangkan."Aku tunggu di bawah," ucap Mas Satria."Sekarang?" tanyaku bingung, tadi katanya selepas Magrib. Ini baru jam berapa, belum

    Last Updated : 2023-10-27
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Samakah Rasa Kita

    Aku tidak segera menjawab, jujur aku bingung dengan perasaanku sendiri. Ada rasa takut, mungkin juga gengsi. Meskipun ada, aku juga enggan mengakui apalagi aku cewek. Iya kalau Mas Satria masih punya rasa yang sama kalau tidak dia akan menertawakanku pastinya."Sudah nggak ada yah?!" Mas Satria menimpali ucapannya sendiri. Menarik kesimpulan dari sikap diamku. "Apa itu masih ada artinya?" tanyaku kemudian. "Sedangkan kondisi kita sudahlah tidak lagi sama seperti dulu pastinya.""Iya … aku lupa. Empat tahun pasti bisa merubah segalanya. Termasuk perasaanmu kepadaku." Mas Satria tersenyum masam."Hanya aku? Bagaimana dengan mas sendiri. Semua memang salahku dan penyesalan juga tidak akan bisa merubah hal yang sudah terjadi. Empat tahun … hmm pasti sudah banyak hal yang berubah bukan. Termasuk perasaan Mas Satria juga." Aku menggigit pelan bibir bawah, ada sebah terasa hadir di dada."Sok tau," cetus Mas Satria ketus."Ya kan gitu kenyataanya. Mas sudah punya kehidupan baru dan berbahag

    Last Updated : 2023-10-28
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Menguak Tabir

    Aku mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Jam digital yang menunjukkan waktu hampir jam enam terpampang di layar yang masih terkunci. Telunjukku mengusap pelan dan kemudian membentuk pola untuk membuka ponselku.Menu kamera aku buka dan mulai mengarahkan bidikan ke beberapa sudut ruangan. Area teras juga tidak lepas dari tangkapan kamera ponselku. Biasanya aku akan berselfie di tempat sekeren ini. Hanya saja suasana hatiku sedang kacau.Sudah cukup lama Mas Satria pergi sekitar lima belas menit sudah. Seorang pelayan datang dengan nampan berisi minuman dan menu ringan di atasnya. "Silahkan," ucap mas pelayan kemudian beranjak keluar.Aku menghela napas setelah dua puluh menit waktu berlalu dan Mas Satria belum kembali juga. Pembicaraan kami tadi terhenti dan banyak hal mengantung yang harus di urai kejelasannya."Maaf lama." Akhirnya Mas Satria datang juga. Entah dari mana aku engan menanyakannya. Pria itu meminta maaf lalu menarik kursi dan duduk dindepanku."Kok nggak diminum? Makan

    Last Updated : 2023-10-28
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Rasa Itu masihkah sama?

    Aku terdiam tidak mampu berkata apa-apa lagi. Air mata menggenang di sudut mataku. Segera aku raih tisu yang ada di depanku untuk mengusap air mata yang tengah bersiap meluncur. "Maafkan aku," lagi-lagi hanya itu kata yang sanggup aku ucap."Aku ingin menebus semuanya, katakan! Apa yang harus aku lakukan untuk menebus semua kesalahanku?" "Aku tidak ingin dikasihani," balas Mas Satria kemudian. "Dan tidak ingin sebuah penebusan, kenapa kamu belum mengerti juga.""Aku minta maaf, aku tidak pandai merangkai kata. Atau memberi penjelasan atas apa yang ada dalam hatiku. Apakah masih ada kesempatan untukku?" Aku benar-benar bingung, ini bukan rasa kasihan atau penebusan atas rasa bersalahku. Ini rasa yang sama yang aku miliki hanya untuknya. Bertahun-tahun aku memendamnya, menahtakan cintanya di tempat tertinggi dalam hatiku. Tidak bisa digantikan oleh siapapun, meski rasa itu menyiksaku."Aku mencintaimu, tidakkah kamu melihat itu semua?" Mas Satria menatapku lekat."Iya, aku bisa melih

    Last Updated : 2023-10-29
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   CLBK?

    "Apa?" Setelah sekian lama, mendengar panggilan itu kembali pipiku terasa menghangat."Kangen aja manggil kamu dengan sebutan itu," jawab Mas Satria dengan senyum terulas tipis."Mas …." Sekarang gantian aku yang memanggil pria dengan sepasang alis tebal tersebut."Hm?" Dagu Mas Satria terangkat sebagai respon dari panggilanku. Tangan kanannya meraih cangkir kopi dan mengangkatnya."Apa hal ini tidak terlalu cepat?" tanyaku ragu."Maksudnya?" Mas Satria urung meneguk kopinya dan meletakkan kembali di meja."Hubungan ini," jelas ku kemudian."Kita bukan yang baru saja saling mengenal. Kita sudah melewati begitu banyak hal, terutama aku. Entah denganmu, mungkin kebersamaan kita dulu tak berarti apa-apa." Terdengar embusan napas kasar dari Mas Satria. "Kan sudah minta maaf." Aku membela diri, "Sudah jelas juga kan gimana perasaanku.""Iya, maaf."Aku terdiam tidak membalas apa-apa. Meski kami sudah saling jujur atas perasaan kami masing masing. Tetap saja Mas Satria belum bisa menepis

    Last Updated : 2023-10-30
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Sebuah Pilihan

    "Ran … mama cuma mau yang terbaik untuk kamu. Harapan setiap orang tua adalah melihat anaknya bahagia tidak salah pilih, begitu juga dengan mama. Pengalaman dulu kita jadikan pelajaran." Mama memberikan alasan."Siapa yang salah pilih? Rania?" Aku menghela napas dalam dan mengembuskan perlahan kemudian. "Mama juga tau apa yang terjadi, kesediaan Rania waktu itu demi bakti tidak lebih. Itu pilihan kalian sebagai orang tua, dan Rania hanya bisa menerima karena tidak mau disebut sebagai anak durhaka." Setidaknya mama juga tidak akan lupa, apa yang mendasari keputusanku atau alasanku menerima perjodohan itu. Semua aku lakukan tidak lebih dari perwujudan bakti seorang anak. Bukan karena cinta atau hal lainnya. Bahkan aku tidak berharap apapun untuk diriku sendiri, harapanku hanya kebahagiaan orangtua. Selebihnya hanya rasa hambar yang aku harap memudar seiring waktu."Iya, kami juga tidak tau akan seperti itu jadinya. Karena itulah mama tidak mau hal seperti itu terulang kembali. Pikirkan

    Last Updated : 2023-10-30

Latest chapter

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 15

    “Mama? kalau mama nyerahin sepenuhnya sama aku. Intinya yang penting aku bisa bahagia dan yang aku pilih juga harus pria baik-baik. Mama tidak netapin kriteria tertentu yang harus gimana-gimana gitu,” jelas AlethaSebuah kabar baik tentunya buat aku saat tidak ada kendalq baik di keluargaku maupun keluarga Aletha. Besar harapan niat baik ini akan berjalam sesuai dengan harapan.“ Mmm ... Apa siang nanti bisa keluar,? aku jemput. Setidaknya kita butuh bicara lagi untuk membahas lebih banyak hal tentang hal ini.”Ini sebuah hal yang perlu pembahasan lebih dalam karena kami akan melangkah ke jenjang yang serius. Akan banyak orang pula yang dilibatkan nantinya teritama keluarga. Perlu juga membangun komitmen lebih jauh antara aku dan Aletha.“Bisa, nggak usah dijemput, sekalian nanti aku ada keperluan keluar jadi Om mau ketemuan dimana?” tanya Aletha.“Di mana?” tanyaku membalikkan pertanyaan karena aku tidak terlalu tahu kafe-kafe

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 14

    "Menikah?” tanya ibu kemudian.“Iya,” jawabku sambil mengangguk.“Rania?” tanya Ibu ragu.“Bukan, Dia sudah bahagia dengan kehidupannya. Mungkin sekarang waktunya aku untuk bisa menata kembali kehidupanku. Ibu pernah meminta aku untuk kembali mendapatkan hati Rania karena dia tidak tahu kalau Rania sudah menikah. Aku mengatakan pada Ibu kalau Rania sudah menikah dengan pria lain dan hal itu membuat Ibu merasa semakin bersalah padaku dan juga Rania.“Kamu yakin bisa mencintai perempuan lain?” tanya Ibu kemudian. Sebuah pertanyaan yang wajar karena Ibu tahu aku sangat mencintai Rania dan betapa terpuruknya aku karena patah hati.“Aku harus bisa meski semua membutuhkan waktu. Rania … sampai saat ini aku masih mencintainya, tetapi, aku juga harus melanjutkan kehidupanku. Dia juga sudah bahagia dengan kehidupannya dan tidak seharusnya aku masih berharap untuk dapat bersamanya.”Aku lega melihat Rania bahagia dengan

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 13

    “Kamu serius?” tanyaku yang sedikit merasa kaget dengan pertanyaan Aletha. “Nggak,” jawab gadis itu enteng. “Ya seriuslah, Om.”“Beneran?” tanyaku lagi, padahal aku yang membuat pembicaraan ini dan aku sendiri pula yang masih merasa belum percaya.“Iya, ada beberapa point yang aku sepakat dengan pemikiran, Om. Karena dunia akan tetap berjalan bagaimanapun keadaan kita. Tidak akan ada yang peduli pada diri kita selain diri kita sendiri dan hidup juga sebuah pilihan bukan? apakah kita akan tetap berdiam membenamkan diri dalam kesakitan atau kita mulai berusaha membebaskan diri dari sebuah belenggu luka.” Aletha terlihat serius dengan bicaranya.“Sebuah hal baik katanya harus disegerakan, setidaknya untuk menghindari fitnah dan membuang waktu hanya untuk sekedar pengenalan. Setidaknya kita memiliki niat yang sama, sama-sama ingin lepas dari masa lalu dan melangkah ke depan untuk kehidupan baru. Aku berharap ini sebuah keputusan yang tepat dan aku ha

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 12

    “Nggak suka becandanya, bisa bahas hal lainnya.” Raut wajah Aletha berubah.Wajar saja dia berpikir demikian sedangkan kami memang belum lama saling mengenal, apalagi aku selalu bersikap ketus padanya selama ini. Aku juga belum yakin denga napa yang aku katakana, tetapi, ada sebuah dorongan yang tidak aku mengerti untuk aku mengatakan hal ini padanya. Aku merasa tidak ada yang buruk dengan pemikiran dari Pak Agus meski aku tidak tahu dia sedang serius atau hanya mencandaiku.Kami sama-sama terluka oleh masa lalu dan kami butuh seseorang untuk saling menguatkan. Tetapi, aku tidak yakin juga apa dia bisa menerimaku. Tetapi, akan lebih baik aku ungkapkan apa yang menjadi keinginanku masalah diterima atau ditolak itu urusan nanti. Setidaknya aku sudah berusaha keluar dari kubangan nestapa masa lalu yang selalu membayangi perjalanan hidupku. “Aku serius,” jawabku kemudian.“Tapi kenapa?” tanya Aletha, kedua tangannya mengenggam gelas minumnya dengan p

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   xtra 11

    Aku belum menjawab pertanyaan Aletha saat terdengar suara panggilan di ponselnya.“Assalamualaikum, Ma.” Terdengar gadis itu mengucapkan salam kepada penelepon yang dipanggilnya dengan sebutan Ma. Mungkin itu telepon dari mamanya.“Iya ditutup nggak bisa lewat, ini aku sama teman pulangnya.” Aku memelankan laju mobilku mengikuti pergerakan kendaraan lainnya yang juga merayap dan mengambil ke arah lurus kanan.“Belakang di tutup juga? Berarti semua di tutup kalau begitu. Ya sudah deh mah, aku nunggu sampai kelar. Paling jam sebelasan ya? Ya sudah nanti aku kabari lagi. Assalamualaikum.” Aletha mengakhiri panggilan dan kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.“Kadang jalur belakang yang lewat kampung bisa, tapi, kata mama ditutup juga.” Aletha menoleh ke arahku.Rumah kami memang beda kompleks, tapi, arah kami sama saja. Aku juga tidak bisa pulang kalau jalan itu ditutup karena itu akses jalan utama untuk aku sampai di

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 10

    pov SatriaDari sebelum berangkat tadi sebenarnya aku sudah mempersiapkan diri, bagaimanapun kemungkinan bertemu dengan Rania pasti lebih besar mengingat dia bekerja di sini. Akan tetapi, tetap saja ada rasa perih yang menyeruak dalam hatiku. Entah mengapa sulit sekali untuk menghempas rasa yang sudah tidak ada artinya ini. Rania terlihat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang, harusnya aku ikut bahagia melihatnya. Hanya saja itu tidak semudah seperti harapanku, aku terluka dengan rasaku sendiri.Waktu terasa panjang malam ini dan aku hanya banyak berdiam sambil menunggu acara makan malam selesai. Sesekali tersenyum atau menimpali satu dua patah kata saja atas obrolan yang terjadi selama acara mala mini. Aku sama sekali tidak bisa menikmati baik makanan maupun suasana di tengah atmosfer yang membuat hatiku kacau. “Om sakit?” tanya Aletha yang berada di dekatku.“Kenapa?” tanyaku kemudian sambil menoleh ke arah gadis itu.“Enggak, kok diam saja dari tadi. Ya, biasanya sih memang di

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   xtra 9

    Rania POV•••“Rania.”Suara panggilan membuatku menoleh mencari sumber suara, senyumku langsung terkembang saat melihat sosok yang cukup aku kenal. Namanya Titan, dia teman sewaktu aku bekerja di kantor dulu. Hanya saja sewaktu aku keluar dia sedang ditempatkan di RO Batu seingetku. Aku langsung melangkah mendekati Titan yang terlihat datang bersama tetan-temannya itu.“Hai, apa kabar?” sapaku kemudian dengan mengulurkan tangan untuk bersalaman.“Baik, kamu kerja disini?” tanya pria dengan kulit sawo matang itu.“Huum aku kerja di sini,” jawabku sembari mengangguk dan tersenyum. Tangan kananku berganti menyalami semua teman Titan yang berdiri di sampingnya.“Padahal aku sering kesini, kok nggak pernah ketemu ya?” “Oh, yah. Padahal aku biasa juga keluar-keluar ruangan buat cek,” balasku kemudian. “Oh yah … silahkan, mau di sini atau mau di rooftop?” “Nggak kuat angin di sana saja.” Titan menunjuk sudut rua

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 8

    ** Aletha tidak segera menimpali ucapanku sehingga aku menekan tangannya yang tengah aku pegang. Terlihat ketiga orang di depanku itu masih melihat ke arahku dengan tatapan tidak percaya atau curiga entah. Yang jelas bukan tatapan dan ekspresi yang enak untuk dilihat. “I-Iya, tapi, untuk apa ini tidak ada hubungannya dengan mereka, bukan? Tapi, ya sudah berhubung bertemu di sini sekalian saja ini Mas Satria calon suamiku.” Aletha melihatku dengan senyum sedikit canggung. “Bulan depan kami akan menikah,” imbuh Aletha yang membuat aku sedikit kaget juga, mendengar kata pernikahan entah kenapa rasanya tidak enak. “Iya kan, Sayang?!” Aletha sedikit memiringkan kepala melihat ke arahku masih dengan senyum yang sekarang lebih natural. “Apa kita perlu mengundang mereka?” tanya Aletha lagi dan dia sudah mulai masuk dalam perannya dengan cukup baik. Ini hanya sandiwara dan aku yang memulai,

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 7

    xtra 7“Ya sudah, ngapain masih disini. Jalan ke atas,” ucapku lagi saat mendapati gadis itu belum beranjak.“Itu punya saya kan?” Aletha menunjuk Name Tag yang tadi aku keluarkan dari saku kemeja.“Iya,” jawabku sambil mengulurkan name tag yang aku bawa dan langsung diraih oleh Aletha. “Lain kali jangan sembarangan taruh, masih muda sudah pikun.”“Iya,” jawab Aletha kemudian memutar sedikit tubuhnya akan beranjak. “Terima kasih,” ucapnya lagi kemudian berjalan cepat meninggalkan aku yang masih berdiri di tempat yang sama.Aku bergegas mengayun langkah mengikuti Aletha yang sudah berjalan terlebih dahulu. Satu jam lagi acara akan dimulai aku harus memastikan semua sudah dipersiapkan dengan baik. Setelah menaiki tangga eskalator aku tiba di tempat acara. Kursi dengan cover kuning dan putih terlihat berjajar rapi, sebuah panggung berukuran sedang juga sudah di dekorasi dengan beberapa ornamen hiasan. Banner yang didominasi warna kuning menj

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status