*Asmara adalah sebuah perjalanan cinta atau sebuah hubungan yg terjalin atas dasar perasaan ketertarikan terhadap lawan jenis. Atau sebuah pengalaman tentang perasaan tertarik terhadap lawan jenis. Atau pengalaman sebuah hubungan denga lawan jenis atau PeDeKaTe atau Pacaran.*
Tubagus Rio Prosojo. Perasaan baru yang timbul dalam hidupnya di kala Ia masih berusia SD kelas 6, Yaitu perasaan ketertarikan terhadap lawan jenis atau teman perempuan.
Rani Tri Purnasari, gadis cantik teman satu kelas yg rambutnya selalu di kuncir dan berponi, ialah gadis yg membuat Rio merasa ingin dekat dan selalu dekat dengan dirinya. Perasaan ini beda dengan teman biasanya, Perasaan ini begitu baru dirasakan hati Rio.
Berawal dari bangku semester akhir kelas 5 SD dan seorang guru bernama Suyono yg memberi Tugas Kelompok Membatik. Kemudian di bercandai/diledeki/di Ceng-cengin/dijodoh-jodohin teman-teman satu kelasnya. Lalu, timbullah secara tiba-tiba perasaan ingin dekat dan selalu dekat dengan Rani di batin Rio.
Ketika itu, di suatu pagi di sekolah Rio kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung dengan mata pelajaran Kesenian. Pak Suyono, guru mata pelajaran kesenian memberikan tugas kepada kelas Rio untuk membatik.
Karna keterbatasan alat, yaitu Wadah Malam(cairan lilin untuk membatik) yang hanya ada 15 buah, sedangkan di kelas tersebut ada 30 anak murid, yang terdiri dari 13 anak perempuan dan 17 anak laki-laki. Pak Suyono memberi arahan kepada muridnya untuk membuat kelompok, yang terdiri dari 2 orang dalam 1 kelompok, agar semua murid sama rata dalam menggunakan alat kerja untuk mengerjakan tugasnya.
Semua murid memilih sendiri, siapa yg akan dijadikan teman kelompoknya, bebas.
Dengan otomatis kelompok-kelompok ini seperti menjadi regu, yaitu regu laki-laki dan regu perempuan. Karena, murid laki-laki memilih teman yg laki-laki dan murid perempuan memilih temannya yg perempuan.
Namun, ada yg ganjil di regu laki-laki dan regu perempuan itu. Regu laki-laki ada kelompok yang beranggota 3 orang dan di regu perempuan pun ada kelompok yang beranggota 3 orang.
Mungkin karena malu, 1 orang di setiap kelompok ganjil tersebut tidak mau dan enggan untuk membuat kelompok baru. Akhirnya, Pak Suyono lah yg memutuskan untuk menunjuk sendiri salah satu anggota diantara kelompok-kelompok ganjil tersebut dan membuat kelompok baru agar semua rata.
Kelompok terdiri dari 2 orang dan alat kerja terpakai rata. Terpilihlah Rio Prasojo dan Rani Purnasari untuk menjadi kelompok baru. Setelah itu, dimulailah Tugas Kelompok Membatik yg terdiri dari 15 kelompok dengan 2 orang di setiap kelompoknya.
Rio dan Rani menjadi kelompok paling beda dari kelompok yang lain, karna hanya kelompok merekalah yang beranggota laki-laki dan perempuan.
Dari Tugas Kelompok Membatik itulah Asmaranya dimulai. Dari tugas membatik tersebut, teman-teman kelas Rio selalu ngecengin/jodoh-jodoin Rio Prosojo dan Rani Purnasari. Sering kali di banyak kesempatan, di lingkungan Sekolah Dasar, Rio Prosojo selalu mendapat ledekan dari teman-temannya,
"Cie... Rio pacarnya Rani Ciee.."
"Rio di cariin Rani tuh...Ciee..."
"Rio, dapet salam dari Rani" .
Hal serupa juga di alami oleh Rani Purnasari, Ia juga sering di ledeki teman temannya disekolah,
"Cie.. Rani jadian nih sama Rio ciee"
"Ciee...Jodoh.. Ciee"
"Rani, dapet salam dari Rio"
Ledekan seperti itu hampir setiap waktu di dengar dan diterima oleh Rio dan Rani di lingkungan sekolah.
Rio Prasojo, Bocah ramah nan riang ini tak pernah marah terhadap ledekan-ledekan dari teman-temannya tersebut. Setiap ledekan yang Ia terima dari temannya, selalu saja dengan santai Ia tanggapi, "haha.... apa sih, nanti Rani nangis loh kalian cengin terus".
Sampai pada suatu ketika, Rio menemukan banyak tulisan yang di buat oleh teman-temannya yg berbunyi, ''RIO LOVE RANI'' dan 'RIO CINTA RANI'' di banyak tempat : dari bangku sekolah, dinding sekolah, batang-batang pohon, jalanan tanah bahkan di buku dan tas Rani.
Hingga suatu hari, tulisan 'RIO CINTA RANI" di buku dan tas Rani itu membuat Rani Purnasari menangis di ruang kelas tersebut dan disaksikan oleh teman-temannya yg lain.
Melihat teman satu kelasnya, yaitu Rani Tri Purnasari menangis, Rio merasa kasihan dan iba kepada Rani. Apalagi, ada nama Rio yg jadi salah satu sebab Rani jadi bahan ledekan dan menangis. Hal itu membuat Rio langsung emosi untuk pertama kalinya.
Rio marah, mukanya merah, matanya melotot, Kencang Ia berteriak dan memaki semua temannya yg ada di ruang kelas tersebut dengan nada tinggi. Ia juga mengajak berkelahi semua teman satu kelasnya. Namun, entah karna teman-teman Rio tidak berani atau merasa bersalah, tapi semua teman di kelas itu diam, Ruang kelas menjadi hening, mendadak mencekam karena nada-nada tinggi amarah Rio.
Beberapa saat kemudian, ruang kelas tersebut kembali sedikit cair, setelah guru mereka Pak Suyono masuk ke kelas untuk memberi pelajaran.
Pak Suyono kaget, baru beberapa langkah dari pintu masuk ruang kelas melihat Rani yg menangis dan Rio yg berdiri di depan dengan wajah yang merah. Sekita itu, Pak Suyono langsung berhenti melangkah di tengah (diantara pintu dan meja guru) dan bertanya kepada Rio,
Pak Suyono : " Rio, ada apa ini ? kenapa Rani menangis? apa yg kamu lakukan ke Rani?".
Dengan mencoba santai dan wajah yg masih merah Rio menjawab, memberitahu dan melaporkan hal-hal yang di lakukan teman-temannya, terhadap Rani, juga terhadap Rio sendiri. Ia menjelaskan dengan jujur kepada Pak Suyono.
Setelah mendapat jawaban dari Rio, Pak Suyono bertanya ke semua muridnya di ruangan itu,
Pak Suyono : "Apa benar yg di katakan Rio ini Anak-anakku semua?",
Dengan serentak, semua anak murid di ruang kelas itu menjawab, "Benar pak". Mendengar itu, Pak Suyono menggeleng-gelengkan kepalanya, sembari menghela nafas panjang. Dan menenangkan Rani serta Rio.
Lalu, Pak Suyono memberitahu dan mengedukasi seluruh muridnya untuk saling menyayangi, tidak boleh saling menyakiti, tidak boleh meledek, mengolok-olok atau memBully sesama teman maupun orang lain.
Disuruhlah semua anak murid meminta maaf kepada Rani dan Rio.
Hari berganti,
Setelah kejadian itu, tak ada lagi yg mengejek atau memperolok Rio dan Rani. Hari-hari mereka di sekolah kembali damai, sama seperti sebelum terjadi tragedi Tugas Kelompok Membatik Pak Suyono di hari sebelumnya.
Setelah kejadian itu pula, Rani berucap terima kasih kepada Rio dan bahkan ngobrol dengan Rio. Karna setelah Tugas Kelompok Membatik itu, Rani selalu menjauh, menghindar dan bahkan melirik Rio pun tidak pernah. Rio pun terkadang menghindar dari Rani, karena setelah Tugas Kelompok Membatik itu, apapun yg dilakukan dan diucapkan Rio kepada Rani, sedikit pun Rani tidak pernah menanggapi Rio. Rio seperti tak pernah dianggap ada oleh Rani. Tapi kini, semua berubah setelah tangisan Rani pecah di bangku kelas 5 SD itu.
Kini Rani tak lagi malu, tak lagi menghindar, tak lagi ragu untuk bercanda dengan Rio. Bahkan di banyak kesempatan setelah tragedi itu, Rani sering memulai obrolan kecil dengan Rio, Ia seperti memberi perhatian lebih kepada Rio.
Dan Rio, Ia merasa seperti mengenal orang yg baru di kelasnya. Karna Rani tak pernah sedekat, sepercaya diri, seriang dan seberani ini dengan teman laki-laki, apalagi dengan dirinya.
Di kala sebelum terbentuknya kelompok di Tugas Kelompok Membatik pun Rani masih gadis yg biasa saja, pemalu dan cenderung tertutup dengan teman laki-laki, tak seperti Rani saat ini.
Rio dan Rani semakin akrab, teman-temannya pun sudah tak seperti dulu yg selalu mengolok-olok mereka, tak hanya dengan Rio keakraban Rani kini ke semua temannya lebih dekat.
Kenaikan kelas.
Dengan seragam yg sama, teman-teman yang sama dan lingkungan yang sama, namun ruangan baru dan Wali Kelas yang baru di Kelas 6 Sekolah Dasar.
Hari demi hari Rio jalani seperti biasanya, namun setelah kejadian Tragedi Tugas Kelompok Membatik dan kenaikannya di kelas 6, Ia merasakan sesuatu yg kurang dari hari-harinya di sekolah.
Rio seperti kesepian atau bosan, Ia nampak tetap ceria dan riang bercengkrama dengan teman-temannya. Namun di sisi lain, Ia selalu teringat momentum ketika Rani mengucapkan terimakasih, Rio selalu teringat senyum-senyum Rani yg sering Rani lemparkan kepada Rio di banyak kesempatan setelah kejadian Tragedi Tugas Kelompok Membatik waktu itu.
Rio selalu teringat Rani, walaupun setiap hari bertemu, tapi dalam hatinya Rio sangat ingin ngobrol, bercanda dan bercengkrama dengan Rani, hanya dengan Rani berdua saja selalu. Sebab, Rio merasa, setelah Ujian Kenaikan Kelas dan kepindahannya di kelas 6 ini Rani tak lagi seperhatian, sedekat dan seakrab waktu itu.
Rio bingung dengan perasaannya, Ia kadang bergumam dalam batinnya, "ada apa ini? kenapa tiba-tiba selalu ingin dekat Rani!?".
Namun Rio masih Rio, bocah yg riang dan pemalu. Di kelas dan sekolahnya, Rio selalu memperhatikan Rani di setiap kesempatan, Ia tak pernah melewatkan kesempatan untuk mencari perhatian atau sekedar memandangi dari jauh, apabila ada Rani di sekitarnya.
Namun, Rio selalu malu untuk memulai obrolan dengan Rani. Ia pendam perasaan yg ingin selalu dekat dengan Rani.
Bingung dan Kegelisahan Tubagus Rio Prasojo terus saja mengganggu pikirannya. Sampai suatu malam, Rio kepikiran untuk membuat Surat yg di tujukan kepada Rani di sela-sela waktu belajarnya. Harinya berganti, namun belum juga Rio menulis Surat untuk Rani. Masih saja terpendam, masih saja malu, masih saja gelisah. Di suatu malam. Saat Rio sedang belajar dan mengerjakan PR Kesenian, yaitu menggambar pemandangan, Rio tiba-tiba teringat Rani dan Surat untuk Rani yg pernah Ia lamunkan di malam lalu. Karena sangat terganggu dengan pikirannya sendiri, beralihlah Rio dan memberanikan diri untuk membuat surat kepada Rani. Karena tidak tau cara membuat surat yg benar, sejenak Rio bingung lalu teringat Surat Izin Tidak Masuk Sekolah yg di tulis Wali Murid kepad Wali Kelas. Dengan modal ingatan itu Rio mulai menulis surat dengan diawali kalimat "Kepada : Yang Tercantik, Rani Tri Purnasari di tempat", kemudian dilanjutkan dengan tulisan-tulisan sesuai apa yg dirasakan Rio k
Hari berganti, Dengan niat yang sudah di pikirkan tadi malam, yaitu berhenti berusaha untuk mendapatkan penuh perhatian Rani, Rio terus menerus melawan perasaan tersebut dalam batinnya di dalam kelas. Rio terus mencoba mengalihkan perhatiannya untuk Rani. Ia mencoba untuk selalu menghindari tegur sapa dengan Rani, dan fokus belajar serta bermain dengan teman-teman laki-laki di kelas tersebut. Begitu juga dengan Rani, Ia sudah tak lagi memperdulikan surat yang Ia terima kemarin. Ia sudah tak lagi merisaukan surat dan perasaannya di depan teman-temannya, Ia pendam rasa penasaran dan perasaannya. Rani masih seperti biasanya, bercengkrama dengan teman-temannya di kelas. Pikiran Rani saat ini hanyalah Belajar dan Bermain di sekolah. Tak seperti Rio, Rani lebih pandai dalam menyimpan perasaan dan tak pernah merisaukan hal tersebut. Karena, Rani sudah sedari lama menyimpan perasaannya, Ia selalu mencoba bersikap biasa terhadap perasaannya dan sudah beradaptasi
Pagi kembali tiba.Di sekolah, Rani dan Rio saling terus mengakrabkan diri mereka, satu sama lain. Hari demi hari terus di mereka lalui dengan masih bercanda dan saling mengakrabkan. Namun hanya masih sebatas seperti biasanya, bercanda seperti biasa dan masih belum ada yg menguntarakan perasaan. Keakraban yg semakin hari semakin erat terjalin antara Rio dan Rani, membuat beberapa teman Rio yg lain curiga dan sering menegur Rio secara langsung, "Wahh..., Rio, kamu sama Rani sekarang benar-benar pacaran ya ?. Aku perhatikan, kalian berdua sekarang sangat begitu akrab dan dekat", Celoteh beberapa teman Rio, sama. Dan Rio, Ia selalau menanggapi coloteh temannya dengan santai, "Ahh...,Itu tidak benar. Itu hanya prasangkamu saja. Aku dan Rani sama seperti aku ke teman-teman yg lain atau Rani ke teman-teman yg lain, tidak lebih dan tidak beda, kita teman seperti biasanya". Sadar akan kecurigaan temannya itu, Rio malah takut dengan perasaannya send
Hari baru. Mentari kembali bersinar, sinarnya sangat cerah menyinari pagi ini. Udara terasa sangat segar, pagi begitu indah di desa tempat tinggal Rio. Setelah di malam sebelumnya Rani mengirim surat dan Rio membacanya, Mereka berdua terlihat sangat bersemangat untuk memulai harinya di Sekolah, di pagi itu. Di sekolah, Setibanya di ruang kelas dengan perasaan senang, kini Rio yg lebih dulu memulai obrolan dan candaan terhadap Rani di dalam kelasnya. Ia lebih aktif dan sering untuk menunjukkan perasaannya terhadap Rani dengan candaan, obrolan-obrolan dan perhatian. Rio juga tak mau lagi memberikan Surat Cinta yg sudah Ia tulis dan persiapkan untuk Rani secara diam-diam, Ia ingin memberikan Surat Cinta itu secara langsung kepada Rani di akhir jam sekolah. Tak lagi menyembunyikan identitasnya dan tak lagi harus menyelipkan suratnya diantara buku Rani. Dan Rani, dengan perubahan sikap Rio yg menunjukkan perhatian yg lebih terhadap Rani, Ia menyadari bahwa
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tubagus Rio Prasojo, Remaja. Setelah lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD), Rio melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah yg lebih tinggi, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rio mendaftarkan diri di SMP yg jarak dari rumahnya paling dekat. Tak terlalu jauh, Ia hanya musti mengayuh sepeda kurang dari 15 menit ketika akan berangkat dan pulang sekolah. Dengan pertumbuhan badan yg sudah nampak dan kondisi yang mengharuskan, Rio Prasojo remaja tak lagi jalan kaki untuk berangkat dan pulang bersekolah. Ayahnya memberikan sepeda untuk Rio sebagai hadiah kelulusannya. Dan juga, Ayah Rio membebaskan Rio untuk memilih sepeda yg Ia inginkan, karena Rio turut andil dalam merawat sampai memanen tanaman di ladang milik keluarganya. Sepeda BMX bekas, warna biru, seharga 400rb adalah Kendaran pertama yg Rio Prasojo punya. Rio senang nan bangga akan sepedanya itu, Ia tambah semangat untuk selalu hadir belajar di sekolahnya.
Di bangku kelas 1 SMP ini, Rio Prasajo belum lagi menemui Asmaranya atau perasaan yg timbul sama seperti waktu dengan Rani Purnasari. Rio juga terkadang masih menyempatkan waktu untuk melewati rumah Rani di waktu pulang sekolah, namun sama seperti sebelumnya, Ia tak pernah menjumpai Rani. Rio terus akrab dan beradaptasi dengan lingkungannya di bangku kelas 1 itu. Rio juga tak ada keinginan untuk Pacaran seperti beberapa temannya di sekolahnya. Perasaan yg sama ke lawan jenis seperti waktu bersama Rani pun tak pernah Rio rasakan sampai di ujung kelas 1 SMP. Perlahan namun pasti, perasaan dan pikiran Rio tentang Rani Purnasari pun sudah tak Ia rasakan lagi, luntur dan hilang. Karena memang, sejak hari Kelulusan Sekolah Dasar itu Rio dan Rani tak pernah lagi saling berkabar dan bertemu. Kenaikan Kelas, Di kelas 2, Rio Prasojo kembali menemui ruangan dan teman baru dari ruang kelas lain. Karena di kelas 2 ini ada pengacakan peserta didik di ruang kelas, Y
Berangkat mengendarai sepeda BMX kebanggaannya ke sekolah. Rio mengharapkan momentum kebersamaannya dengan Tiara Dyah terulang kembali dan terus terulang di hari ini dan hari-hari berikutnya. Di sekolah Rio mengulang lagi hal-hal yg dia lakukan di hari sebelumnya, dengan maksud dan tujuan agar bisa mengulang lagi momen bersama Tiara Dyah di hari sebelumnya. Keseringan Rio berkunjung ke ruang kelas 2D dan selalu menampakkan pandang serta gerak-geriknya untuk Tiara, membuat Robi menegur dirinya, "Wahh...,kamu ini, Rio. Gitu ya kamu, udah lupa sama aku. Tujuanmu kesini Tiara kan?, bukan aku lagi teman akrabmu ini. Dasar, semua cowo sama aja. Awas aja kalo patah hati, ya!". Tertawa, Rio menjawab, "Hiii..., pait pait pait ". Itulah kenapa, setiap saat Rio ke kelas 2D sangat jarang bisa mengajak Tiara keluar berdua lagi. Selain malu dengan Robi, teman sekelas Tiara sering lebih dulu mengajak Tiara keluar. Selain itu, demi waktu bersa
Hari terus berganti lagi. Di sekolahnya, Rio masih seperti biasanya, yaitu belajar, bermain, digodai dua teman perempuannya dan juga masih mengharapkan cinta dari Tiara Dyah. Dengan harapan dan perasaannya ke Tiara, Rio juga melakukan beberapa hal atau usaha untuk mendapatkan cinta Tiara, seperti hal-hal yg biasanya Rio lakukan di hari-hari sebelumnya. Di suatu hari yg lain, berkat pertemuannya dengan Rani di tempat Fotokopi-an yg lalu, Rio memiliki ide lain untuk usahanya ke Tiara, yaitu membuat Surat Cinta, lagi. Sama seperti yang dulu pernah Ia lakukan di bangku Sekolah Dasar, untuk Rani. Suatu hari disela lamunannya di waktu belajar malam, Rio memikirkan 'Bagaimana caranya untuk mendekati Tiara'. Kemudian Rio teringat Surat Cinta. Lalu, Rio kepikiran untuk membuat Surat Cinta lagi, sama seperti yang dulu pernah Ia lakukan. Tetapi dengan cara yg sedikit berbeda, Rio akan membuat Surat Cinta itu dengan nama terang, yaitu 'Tubagus Rio
Tiba di jam pengumuman. Rio dinyatakan Lulus dari SMP-nya. Senang bukan main hati Rio, setelah mengetahui masa-masa SMP sudah benar-benar berakhir.Begitu juga dengan semua Anak Murid di SMP itu, semua mengekspresikan kegembiraan dengan cara mereka masing-masing, sebab semua murid kelas 3 di SMP itu dinyatakan Lulus 100%.Beberapa diantaranya, ada yg mengekpresikan kegembiraan dengan sujud syukur, ada juga yg berteriak dan lompat-lompat. Namun, hal sama dilakukan semua murid ketika itu adalah mencoret-coret baju mereka dengan pilox yg sudah mereka siapkan dan tanda tangan dari teman satu ke teman yg lain menggunakan Spidol Permanen.Setelahnya, masing-masing dari mereka mencari teman akrab mereka, untuk merayakan kelulusan ataupun sekedar mengobrol. Begitupun dengan Rio, setelah bercengkrama dengan Robi dan teman satu ruang kelasnya, kemudian Ia menemui Shinta, Ia sempatkan waktu yg singkat ini untuk bisa berdua dengan Shinta.Taman Sekolah, tempat
Tidak jarang ketika saldo pulsanya sudah menunjukkan 4000 rupiah, Rio mengabaikan SMS dari temannya, dengan cara tak membalas ataupun memberitahukan ke temannya. Sengaja Rio melakukan hal itu, agar supaya Ibunya dapat menggunakan HP dalam keadaan pulsa masih tersedia.Setelah pulsa habis, digunakan Ibunya, Rio akan membalas SMS dari temannya, setelah saldo pulsa kembali diisi ulang oleh orangtuanya.Rio berusaha untuk tidak lagi minta uang untuk membeli pulsa, selain karna sudah ditegur Sang Ibu, Rio juga teringat bahwa Sang Ayah yg saat ini sedang tidak bekerja.Namun, hal yg dilakukan Rio itu tak bertahan lama. Shinta Swastika, gadis yg sudah pernah menyatakan perasaan terhadap Rio itu sepertinya tidak tahan akan ketiadaan Rio di SMSnya. Mengingat, hampir setiap hari mereka berdua SMSan.Sering, ketika Rio memberitahukan bahwa SMSnya akan berakhir karna saldo pulsa yg habis, Shinta membalas, "Yahh... Rio. Huft... :'(".Dan ketika beberapa hari SM
Dirumah, Ayah dan Ibu Rio menyambut kepulangan Sang Anak dengan 'Ucapan Selamat', karena Rio baru saja telah menyelesaikan Ujian Nasional dan SMPnya (meski belum dinyatakan lulus).Ayah dan Ibu Rio tak ragu akan kelulusan Rio, Mereka yakin bahwa Rio akan lulus. Namun, Nilai atau hasil yg dikerjakan Rio yg membuat kedua orangtuanya sedikit was-was dan berharap.Ayah dan Ibu Rio berharap Rio mendapatkan nilai yg bagus, agar nanti ketika mendaftar ke SMK dapat diterima di SMK yg bermutu baik atau SMK favorit.Setelahnya, di jam makan malam. Ayah, Ibu dan Rio, berunding tentang Jurusan yg diminati Rio dan SMK yg akan jadi tujuan Rio.Ibu Rio bilang, "Pilihan Jurusan yg kamu senangi, yg sekiranya itu adalah sesuatu yg membuatmu tertarik dan ingin mempelajarinya. Jangan hanya karena ikut-ikutan teman, kamu memilih Jurusan dengan asal-asalan. Sebab, yg Ibu khawatirkan, nanti kamu gak akan sungguh-sungguh ketika belajar dan mudah bosan".Rio : "Rio b
Tak terasa kelas 3 SMP sudah di ujung waktu, Rio sudah harus menghadapi Ujian Nasional tingkat SMP. Kesibukannya dengan Sepak Takraw dan Berladang mebuat Ia terbiasa tanpa Tiara dan Asmara.Beruntung bagi Rio dan keluarga, Karena di penghujung SMP ini dibarengi juga dengan hasil ladang yg diprediksi akan panen Pass di waktu kelulusan Rio dan kepidahannya ke jenjang pendidikan yg lebih tinggi.Tenang hati Ibu Rio, ketika tahu singkong yg dipersiapkan di ladang untuk biaya sekolah Rio ke jenjang yg lebih tinggi (SMA) sesuai dengan yg diharapkan. Belum lagi Sang Suami yg sedang di luar kota bekerja juga memberi kabar, bahwa Ia akan segera pulang beberapa hari lagi, yg kemungkinan Sang Suami juga akan membawa uang yg lumayan.Lewat telepon, Ayah Rio juga memberitahu keluarganya di rumah, bahwa Proyek yg Ia kerjakan akan mandek dalam pengerjaannya untuk beberapa minggu, karena beberapa alasan. Sehingga para pekerja akan diliburkan dan entah kapan lagi akan mula
Di kelas 3 SMP ini Rio menemukan Hobi barunya, yaitu bermain Sepak Takraw.Di desa tempat Rio tinggal adalah desa yg termasuk kuat akan kegiatan keolahraganya. Di desanya, hampir semua warganya melakukan dan berbakat dalam olahraga, seperti : Sepak Bola, Volly, Badminton, Pingpong dan karambol. Demikian juga dengan Rio, Ia juga hobi berolahraga berkat tumbuh di lingkungan seperti itu.Sebenarnya bukan hal baru bagi Rio, permainan Sepak Takraw ini. Namun, saat Ilham dan Agus yg ketika itu sedang praktik bermain Sepak Takraw di jam pelajaran PenJasOrKes(Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Rio merasa tertarik melihat kedua teman sekelasnya itu memainkan bola Takraw dengan sangat piawai.Rio mencobanya, meminta dua temannya tersebut untuk mengajarinya dan ternyata menyenangkan. Alhasil setiap hari rabu dan sabtu sore, Rio kembali ke sekolah untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Sepak Takraw bersama kedua teman satu kelasnya tersebut yaitu Ilham dan A
Kegiatan baru di hari-harinya, kini Rio selalu menyempatkan waktu untuk dapat mengotak-atik, belajar menggunakan di rumah.Di sekolah pun Rio tak tenang, bukan karena pelajaran atau temannya melainkan Ia ingin segera pulang dan bermain HP. Ibunya pun tak pernah melarang Rio untuk bermain HP, karena memang Rio bisa memabagi waktu untuk belajar, membatu pekerjaa rumah dan bermain.Beberapa hari kemudian, Sang Ayah mendapat telpon dari Pak Mandor. Pak mandor mengabarkan akan ada proyek baru yg akan di mulai 3 hari lagi, Dan menanyakan kenapa Ayah Rio, "Apakah masih mau untuk ikut mengerjakan proyek tersebut bersama Pak Mandor?".Kepada Pak Mandor, Ayah Rio menjawab : "Oke Pak, Siap!!. Saya ikut lagi. H-1 Saya akan berangkat menuju lokasi proyek".Diberitahukanlah hal tersebut ke Anak dan Istrinya.Tak lagi terlalu cemas kini, Rio dan Kedua Adiknya dengan akan kepergian Sang Ayah. Selain karna sudah pernah jauh dan rindu ayah, kini setiap saat Keluarga
Di Ruang keluarga, tanpa meja makan, duduk lesehan, Rio dan keluarga menikmati Sate Ayam di malam Minggu tersebut. Menu yg sangat jarang mereka nikmati.Sambil menikmati malam, Obrolan pun terjadi ketika itu. Sang Ayah menanyakan apa yg terjadi dengan Sekolah anak-anaknya.Kemudian senang hati Sang Ayah, ketika mendengar jawaban dari anak-anaknya yg baik-baik saja dalam sekolah dan hari-hari mereka.Sang Ayah juga memberitahu pada keluarganya bahwa kepulangannya di hari ini dalam rangka libur, Sebab proyeknya di luar kota sudah selesai si kerjakan.Mendengar ucapan Sang Ayah, Rio mensahutinya,Rio : "Berarti Ayah sudah gak akan keluar kota lagi?".Ayah Rio : "Ayah belum tau, Nak. Kata Mandor Ayah masih akan ada proyek baru di kota yg sama, nanti akan di kabari lagi".Sahut, Ibu Rio : "Oh ... kira-kira kapan lagi Ayah akan berangkat?".*Mengambil kertas dalam dompet, lalu menunjukkan
Sabtu Wage minggu ketiga di bulan Juli, Tepat 6 bulan sudah Ayah Rio di tanah rantau untuk bekerja.Tanpa di ketahui Rio, Ibu dan kedua adiknya, Sang Ayah pulang di hari itu. Sekeluarga kaget di hari itu dengan ketiba-tibaan Sang Ayah pulang. Sabtu pukul 7 malam ketika itu. Suara motor terdengar sangat jelas berhenti di depan rumah, namun Rio dan keluarganya yang sedang di dalam rumah tak merespon hal tersebut. Lalu ketukan pintu yg terus berulang terdengar setelahnya, tanpa suara atau ucapan permisi dari si pengetuk pintu. Sedikit terganggu Ibu dan Rio ketika itu, karena mereka sedang akan merebus singkong dan mempersiapkan makan malam saat itu di dapur."Iya. Sebentar", Teriak lembut Ibu Rio, mendengar ketukan pintu yg terus berulang tersebut. "Rio, kalo sudah di kupas singkongnya habis itu di cuci dulu ya!. Biar ibu yang buka pintu", Pesan Sang Ibu kepada Rio. Lalu berjalan menuju pintu. "Kleek....Klek...Kleeek..", Suara g
Kenaikan Kelas.Rio dinyatakan Naik ke Kelas 3 SMP dengan nilai yg baik, walaupun tak masuk peringkat/rangking 10 besar di kelasnya.Kelas 3 Sekolah Mengah Pertama, Rio kembali ke ruang kelas E dan bersama lagi dengan teman-temannnya dulu di kelas 1E. Di ruang kelas 3E, kambali satu ruangan bersama Robi Prawiryo dan teman-teman lain yg dulu pernah akrab di waktu awal masuk SMP atau kelas 1.Pertemanan terasa baru diawal kelas 3 ini, dulu mereka akrab di kelas 1 kemudian asing di kelas 2. Kini kembali mereka merajut keakraban satu dengan lain.Begitupun dengan Rio yg memang sudah semakin nampak ketampanan dan kesahajaannya, tak luput Ia dari godaan teman-teman wanitanya di ruang kelas itu dengan membercandai, memuji dan merayu-rayu Rio dalam rangka kembali mengakrabkan.Beberapa diantaranya juga menyinggung perihal hubungan Rio dan Tiara yg terpisah oleh jarak Karena Tiara sudah pindah keluar kota, namun Rio tak pernah menanggapi dengan serius