Beranda / Urban / Asmara Ibu Asrama / Bab 61. Kamu Sama Aku Saja

Share

Bab 61. Kamu Sama Aku Saja

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Ke sini?" Julian memandang Sintya dengan kedua alis terangkat.

"Ya! Kita main. Seru, lo. Ayo!" Tangan Sintya terulur. Sambil menggandeng Julian, dia masuk ke zona bermain yang biasanya dikunjungi anak-anak dan remaja.

Apa boleh buat? Julian mengikuti saja kemauan Sintya. Saat Julian bocah dia hanya beberapa kali pergi ke tempat seperti itu. Memang menyenangkan tetapi tidak pernah bisa bermain hingga puas.

"Pokoknya janji, kamu ikut ke mana saja aku belok. Kamu nikmati semuanya, singkirkan apapun yang berurusan dengan pekerjaan." Sintya berpesan.

"Oke," kata Julian setuju.

Mulailah perjalanan dan petualangan mereka di area itu. Sintya memang lihai bermain apa saja. Julian hanya mengekori dan mengikuti permainan-permainan yang Sintya pilih. Tawa lepas Sintya seperti tidak berhenti. Dia sangat senang bisa menghabiskan waktu berdua dengan Julian.

Sampai hampir dua jam akhirnya Sintya mengajak Julian menuju ke salah satu foodcourt tak jauh dari area bermain. Dia membeli minuman dingin un
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 62. Kenapa Kalian Jahat?

    Julian membuka pesan Wenny. Gadis itu mengirimkan gambar dengan kalimat bernada marah. Julian terkejut karena yang muncul adalah foto berdua Julian dan Sintya di mal tempat mereka berduaan.- Kakak apa-apaan?! Belum lama ditinggal Astri udah jalan ama cewek setengah gini! Aneh!!!Julian kesal. Terjadi lagi saat dia bersama Sintya, ada yang mengabadikan momen dan kemudian disebarkan. Siapa sebenarnya yang berbuat? Julian membalas pesan Wenny. Dia harus meredakan kemarahan sang adik. Wenny belum benar-benar bisa menerima kalau Astri batal bersama Julian. Kalau sampai Julian jadi dengan Sintya entah apa yang gadis itu akan lakukan.- Suntuk, Wenny. I need a time to refresh myself. Don't worry.Pesan itu Julian kirim pada Wenny.- Kakak di mana? Pesan balasan Wenny segera datang. Julian mengetik balasan, tapi tidak yakin mengirimkan. Apa perlu Julian memberitahu dia sedang bersama Sintya jalan-jalan di tempat wisata?Tuttt!!!Tidak! Wenny tidak sabar dan dia melakukan panggilan video. Ka

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 63. Taktik Astri

    Julian melihat Wenny dan tidak bereaksi. Tetapi sebenarnya agak terkejut Wenny menanyakan itu."Kakak ga punya teman dekat cowok? Kakak emang kurang gaul. Aku punya sahabat, Kak. Ada Errin, sekarang ada Alfonso. Tapi kalau ngobrol bertiga. Yang paling dekat pasti Errinlah. Sama cewek. Kakak?" Wenny memberikan contoh dirinya sendiri.Julian tersenyum kecil. Wenny ada benarnya. Dia pria, seharusnya tempat dia menumpahkan semua, adalah sahabat pria. Andai Wenny tahu tujuan Julian mendekati Sintya."Kamu juga tahu, sejak aku sekolah mana punya teman dekat." Julian beralasan."Jadi dengan gitu oke aja dia yang mendekat? Aku ga mau Kak Juan sama wanita setengah jadi itu!" tukas Wenny."Iya. Aku ga mungkin pacaran sama Sintya." Julian berkata tegas."Tapi Kakak kasih peluang. Itu PHP, Kak! Kalau ga mau ya udah ga usah dekat-dekat. Kak Juan bilang Kak Astri juga sedih karena harus tunangan sama orang lain dengan terpaksa. Kalau dia tahu Kak Juan sama cewek lain, ga jelas pula. Gimana?" Wenny

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 64. Strategi Darma

    Astri tersenyum kecut dan matanya menyiratkan tatapan aneh."Yang aku pikir, jika seperti itu hubungan aku dan Darma nanti, apa ga sama saja seperti dia sedang main dengan wanita malam? Hanya untuk melepas hasrat? Aku ngeri memikirkan itu, Mira." "Kak, papa harus tahu soal ini. Ini sama saja papa mau melempar kamu ke jurang kelam," ujar Damira."Mira, ga semudah itu. Kamu tahu papa, kan?" sahut Astri. "Apalagi sekarang, dia begitu bangga punya calon mantu pengacara yang mulai dikenal. Kalau ga ada bukti jelas di depan mata papa, dia ga bakal mau percaya." "Hmm, kamu betul. Bapak Andika Kamajaya memang keras kepala. Merasa paling tahu dan paling benar," timpal Damira."Aku ga bisa bergerak sendiri, Mira. Karena itu aku menghubungi kamu." Astri menegaskan lagi."Deal. Aku akan di pihakmu. Apapun yang kamu perlu, aku akan bantu." Damira pun meyakinkan Astri, dia akan serius menolong. "Lalu, Kak Galang dan mama tahu?" "Kak Galang tahu. Tapi dia ga bisa bantu banyak. Dia sibuk sekali den

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 65. Aku Selalu Mengawasi Kamu

    "Ah, nice. Ending yang lumayan melegakan." Darma tersenyum lebar. Dia menoleh pada Astri ketika layar lebar menayangkan tulisan The End."Ga rugi nonton. Seru juga." Astri menimpali. Senyum tipis menghiasi bibir Astri."Makasih, Astrina. Kamu memilih film yang aku banget." Senyum Darma belum menghilang. "Sama-sama," kata Astri."Sekarang, boleh aku yang memilih ke mana kita pergi?" Darma memandang Astri.Di sekitar mereka para penonton yang lain mulai bergerak meninggalkan ruangan besar itu."Silakan." Astri mengangguk."Baiklah. Kita jalan saja. Aku tidak akan memberitahu kamu. Tapi kamu ikut saja." Darma berdiri. Astri mengikuti. Entah ke mana Darma akan membawa Astri, Astri akan nurut. Cuma satu yang Astri mau dapat hari itu, sikap atau perkataan Darma yang bisa dia jadikan bukti bahwa Darma tidak melihat pernikahan sebagaimana seharusnya.Perjalanan mereka berlanjut. Mengejutkan, Darma membawa Astri ke museum. Museum 10 November. Menurut Astri aneh orang pergi kencan yang dituju

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 66. Sisi Lain Astri

    Astri tertegun. Siapa yang mengetuk pintu? Apa dia terlalu lama di toilet? Jangan sampai pelanggan lain sudah mengantre."Astri! Kamu baik-baik saja?!" Ah, tidak! Itu Darma. Mau apa dia sampai menyusul ke toilet?"Ya, aku baik. Sebentar lagi selesai." Dengan rasa geram dan juga tidak enak hati, Astri menjawab."Tiga menit lagi kita harus balik." Darma bicara tapi terasa memerintah. Lagi-lagi seperti itu."Ya!" Astri menjawab dengan menekan kesal yang terus menyusup di dada.Tidak ada sahutan. Bisa jadi Darma sudah pergi. Astri melihat lagi wajahnya di cermin. Dia menghela napas panjang. "Kamu bisa, Astri. Kamu akan baik-baik saja. Harus lebih sabar. Oke?" Astri menghibur diri sendiri.Kemudian Astri kembali ke meja tempat mereka makan. Dua pria teman Darma masih di sana. Percakapan mereka seperti tidak ada habisnya. Astri duduk lagi di kursi semula. Sudah tidak ada selera makan, jadi Astri hanya menghabiskan minuman saja."Baiklah, kita bisa jalan sekarang. Kita bertemu besok di firm

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 67. Tidak Benci, Tapi Marah

    Wenny berhenti dan berpikir. Apa perlu dia bicara dengan Astri? Julian juga sudah menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Astri harus bertunangan karena orang tuanya yang mengatur. Astri tentu sangat sedih, tetapi sebagai anak dia harus patuh. "Lebih baik ga usah. Biar saja. Lama-lama juga akan cair." Wenny bicara sendiri. Wenny memutar badan, dia mau balik ke kamarnya saja. "Wenny?" Suara itu. Suara manis dan menenangkan, suara milik Astri.Wenny terpaksa menghentikan langkah dan kembali memutar tubuhnya. Astri di depan Wenny berjalan mendekat."Kak," ucap Wenny kikuk."Ada yang bisa aku bantu?" tanya Astri. Dada Astri berdetak lebih cepat. Dia tidak menduga Wenny muncul di depannya. Astri keluar kamar karena ingin mengambil pesanan makanan online yang diantar staf sekolah."Eh, kalau aku ngganggu, ga usah aja." Wenny bingung mau bilang apa. Wenny ingat sekali terakhir dia bicara pada Astri, dia memaki dan mengumpat pada ibu asramanya."Sama sekali nggak. Sebentar. Aku mau ambil pesan

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 68. Mempertanyakan Darma Atau Titi?

    "Astri, kamu dengan Darma makin sering komunikasi, bukan?" Pertanyaan pertama. Astri mulai menebak, pembicaraan dia dengan sang bunda akan menuju ke mana."Ga juga, Ma. Dia sibuk, aku juga. Sesekali saja." Astri menjawab."Oya? Kalian sudah bertunangan, seharusnya makin intens dong, komunikasi. Biar saling mengenal dan ga kaget waktu udah married nanti," kata Titi.Astri melihat sang bunda. Jadi ini yang ingin Titi tegaskan? Bagaimana seharusnya Astri bersikap pada Darma bukan bagaimana perasaan Astri melewati hubungan yang dipaksakan itu. Kenapa Astri tidak terkejut?"Ga segampang itu, Ma. Perasaanku pada Julian. Ga bisa tiba-tiba aku beralih ke Darma. Seperti aku dipaksa masuk dunia lain yang aku sama sekali ga ngerti." Astri menjelaskan yang ada di pikirannya."Astri, waktu kamu dan Darma ga banyak untuk saling kenal. Harus jadi prioritas kebersamaan kalian. Kalau ga sering sama-sama pasti ga klik terus," ucap Titi. Dia berusaha meyakinkan Astri apa yang perlu dilakukan.Astri ingi

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 69. Informasi dari Penyelidikan Damira

    Titi memandang putrinya. Yang ingin Titi lakukan membuat Astri mengerti, sekalipun pernikahan dimulai seolah-olah adalah kesalahan, tetap bisa berlangsung baik jika hati terbuka menjalani semuanya."Sebenarnya, aku sudah punya kekasih ketika itu. Pria idaman yang lama aku harapkan datang. Dia tampan, baik, dan bertanggung jawab." Titi memulai kisahnya. Astri mendengarkan dengan seksama. "Kami berpacaran dua tahun lalu memutuskan akan masuk ke pernikahan. Saat mempersiapkan semuanya, kekasihku ditugaskan keluar kota untuk satu poyek oleh perusahaan tempat dia bekerja."Sampai di situ, Titi nenarik napas dalam. Dia menata lagi hati untuk meneruskan."Empat bulan dia pergi. Semua baik-baik saja. Sampai ketika dia pulang, dia mengabarkan hal yang membuat aku terpuruk. Dia jatuh dalam hubungan dengan wanita lain hingga wanita itu hamil." "What?" Astri tercengang. Sungguhkah itu yang Titi alami? Ah, pasti berat sekali menemukan kenyataan itu."Aku hancur. Semua rencana yang kami tata begitu

Bab terbaru

  • Asmara Ibu Asrama   An Extra Moment - Drown in Your Love

    "Hei! Jangan ganggu aku!!" Teriakan itu membuat Astri menoleh cepat dan setengah berlari ke ruang tengah. Matanya melotot lebar melihat apa yang terjadi di sana. Seorang anak laki-laki kira-kira tujuh tahun, berdiri sambil mengangkat tinggi sebuah boneka, sedangkan di bawahnya seorang anak perempuan kurang lebih berusia empat tahun, tengah menengadah dengan tangan terangkat dan kaki berjinjit berusaha mengambil boneka di tangan di anak laki-laki. "Ambil kalau bisa. Lompat, lompat aja!" Anak lelaki itu tertawa sambil makin tinggi mengangkat tangannya. "Mana! Aku mau main, balikin!" Anak perempuan itu mulai berteriak sampai hampir menangis. "Jovan! Apa yang kamu lakukan?" Astri melotot marah pada anak lelaki itu. "Ah, no! Just kidding!" Cepat-cepat anak laki-laki itu memberikan boneka pada anak perempuan di depannya. Begitu boneka princess itu kembali padanya, anak perempuan itu berlari memeluk pinggang Astri. "Kak Jovan nakal, Ma!" satanya manja sembari menengadah memandang Astri

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 115. Finally, I and You

    Julian merasa debaran di dadanya berlipat kali. Pertanyaan yang Astri ucapkan, apa artinya? Dia suka seperti yang muncul dalam bayangan Julian atau sebaliknya? Tiba-tiba gambaran Astri galau dan sedih mengganti bayangan sebelumnya."Honey ..." Refleks bibirJulian berucap.Astri sangat terpana dan tak bisa berkata-kata dengan apa yang ada di depannya. Kamar hotel yang sudah indah dan mewah ditata ulang dengan tampilan yang sangat berbeda. Rasanya seperti menjadi kamar raja dan ratu dalam film dongeng yang pernah Astri lihat.Astri memutar badannya dan memandang Julian. "Ini ada apa?" Julian mencermati wajah Astri. Tatapan wanita cantik itu akan memberikan laporan apakah kejutan Julian berhasil atau tidak."You are my queen, so aku mau menjadikan kamu ratu yang sebenarnya. Biarpun cuma malam ini." Julian bicara sambil mengurai senyum. Dia mau Astri tahu dia hanya ingin membuat Astri bahagia lebih lagi. Momen-momen paling manis yang tidak akan terlupakan harus tercipta saat bulan madu me

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 114. Izinkan Aku

    Rasa tidak nyaman mendera. Julian menggantung kata-katanya. Apa yang akan dia sampaikan? Apapun itu, Astri harus siap. Di awal pernikahan mereka, Astri sudah mengecewakan Julian. Kalau Julian akan bersikap berbeda Astri harus siap menerimanya."But, I really wanna show you, I love you so much." Mata Julian lembut memandang Astri. Ada kasih begitu dalam yang Astri rasakan."I know." Astri mengangguk."Aku mengerti kamu melewati masa-masa sulit. Tidak ada yang tahu. Kamu sendirian. Pasti sangat berat buat kamu. Izinkan aku membalut luka kamu. Trust me," kata Julian dengan nada yang sama.Astri mengangguk. Air matanya kembali menitik. Betapa besar kasih Tuhan untuknya. Setelah semua kepedihan yang harus dia hadapi sendirian, Tuhan membawa Julian padanya. Astri akan terbuka, seluasnya dia rentangkan hati dan jiwa untuk Julian."Let me hold you," bisik Julian.Astri menelan ludahnya. Lalu dia mengangguk. Julian menggeser posisinya, pindah ke sisi Astri. Dia lebarkan tangan dan memeluk Astri

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 113. Pengakuan

    Astri masih berusaha menghentikan air matanya meskipun dia merasa sedikit lebih tenang. Dia lega karena semua pernyataan yang dia ucapkan, Nirma menerimanya dengan terbuka. Tidak ada penghakiman, tidak ada juga sikap iba yang berlebihan."Ingat, yang kamu alami itu bukan kesalahan kamu. Tentu sangat sulit untuk seorang anak tahu bagaimana membela dirinya. Tidak mungkin juga kamu akan lupa. Yang sudah terjadi memang berlalu, tapi tetap bisa muncul lagi dalam ingatan."Tapi, kamu sudah mendapatkan yang terbaik yang kamu butuhkan. Seorang pria yang sangat cinta padamu. Sebagai pasangan, tidak perlu ada yang ditutupi. Karena itu akan jadi ganjalan ketika terbongkar. Jujurlah, meskipun berat itu akan lebih baik."Dia harus bisa menerima apapun keadaan kamu. Kalian sudah terikat janji sehidup semati. Segala hal harusnya bukan penghalang hubungan kalian. Seburuk apapun mesti bisa menerima." Nirma mulai memberikan pandangannya."Bisakah Julian mengerti? Aku sangat takut," kata Astri. Dia memba

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 112. Tidak Mungkin Mengelak Lagi

    Julian berdiri tepat di depan Astri. Tidak ada senyum di sana. Tatapan penuh cinta menghujam Astri. Tatapan itu juga menyiratkan dia ingin segera memulai petualangan cinta yang lebih dengan wanita yang dia cintai. Astrina Talia Kamajaya yang telah resmi menjadi pendamping hidupnya. Tangan Julian bergerak, menarik Astri lebih dekat dalam dekapannya. Astri merasakan debaran luar biasa kuat mendera. Dia memberanikan diri membalas tatapan Julian. Dia tahu Julian cinta dan sayang padanya. Pria itu tidak akan menyakitinya. "Honey ..." Bisikan lembut itu masuk ke telinga Astri. Sentuhan manis terasa di keningnya. Bibir Julian mulai bekerja. Astri memejamkan matanya. Dia merasa ada gelinjang hangat menyusup. Rasa takut mulai menghampiri. Keringat dingin terasa di tangannya. Astri harus bertahan. Dia tidak akan memikirkan yang lain kecuali ... "Uffhhh ..." Astri melenguh saat bibir Julian menyatu di bibirnya. Refleks Astri mendorong Julian, lalu dia mundur, dan jatuh terduduk. Tubuhnya gem

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 111. What A Surprise!

    Alarm dari ponsel Astri nyaring berbunyi. Astri terbangun. Dengan mata masih terpejam, Astri meraba-raba di sekitarnya. Biasanya ponsel akan ada tak jauh darinya di dekat bantal. Tapi ponselnya tidak ada di sana. Astri membuka mata. "Aku di mana?" Astri terkejut menyadari dia bukan di kamarnya. Segera Astri duduk dan ... "Ah, aku di hotel. Astaga ..."Astri memandang ke sekeliling. Ingatannya telah kembali. Dia telah menikah dan menjadi istri Julian. Tetapi Astri sengaja menghindar dari sang suami, takut jika dia harus melakukan hubungan dalam dengannya "Juan ..." Astri melihat Julian tidur meringkuk di sofa, bahkan tanpa selimut. "Kamu ga tidur di ranjang. Apa kamu marah? Atau kamu tahu aku menghindar jadi kamu memang menjauh?" Pikiran Astri bekerja. Pertanyaan demi pertanyaan muncul. Ada rasa bersalah yang mencuat di hati. Bukankah pengantin baru semestinya tidur berpelukan dengan mesra? Mereka bahkan tidak tidur di ranjang yang sama.Astri menoleh ke sisi kiri ranjang tempat dia

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 110. Don't Touch Me

    "Tunggu aku belum selesai!" Astri menyahut lagi."Oke, Honey," balas Julian.Julian kembali ke sofa dengan posisi yang sama. Dia harus menunggu Astri selesai mandi. Tapi rasanya lama sekali. Apa memang wanita selama itu jika mandi?Julian menoleh ke pintu kamar mandi. Tidak ada tanda-tanda Astri muncul di sana. Julian menegakkan badan. Apa sungguh tidak terjadi sesuatu? Bukankah Astri memang merasa kurang sehat?Segera Julian bangun dan mendekat ke pintu. Dia mau mengetuk tetapi dia urungkan. Julian maju selangkah lagi dan menempelkan telinga di pintu. Siapa tahu dia mendengar sesuatu. Bisa jadi Astri mengerang atau menangis disertai merintih menahan sakit.Tidak terdengar suara apapun. Berarti Astri baik-baik saja. Atau jangan-jangan .... Kalau ternyata dia ...Julian mendengar dering ponsel. Maka dia kembali ke arah meja dan sofa mengambil ponsel dan melihat siapa yang berani mengganggu waktu istimewanya dengan sang istri."Wenny?" Julian kesal. Wenny yang menghubungi? Julian enggan

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 109. Just You And Me

    "Selamat bersenang-senang, yaa!! Jangan lupa, dunia bukan milik kalian berdua aja. Masih ada aku dan yang lain di sini!" Wenny melambai dengan senyum lebar ke arah Julian dan Astri.Raja dan ratu sehari itu telah masuk ke mobil pengantin dengan Davin sebagai driver dan Damira yang tidak mau ketinggalan berada di sampingnya. Tampak juga Errin dan Alfonso ikut melambai mengantar Astri dan Julian meninggalkan gedung gereja. "Akhirnya, Kak!" Damira menoleh pada Astri. Mata gadis itu berbinar senang, kakaknya sukses menikah dengan Julian, kekasih pertamanya, tetapi bukan pria kaleng-kaleng.Astri ikut tersenyum. Tentu saja bahagia terpampang di wajahnya. Julian juga tak mau melepas tangan Astri, digenggamya erat. Julian ingin meluapkan kegembiraan telah resmi menjadi suami Astri "Kamu tahu, Kak, mama nangis terus. Dia happy banget beneran kamu nikah. Impiannya terkabul bisa melihat kamu di altar dan di pelaminan." Damira melanjutkan."Iya, Tuhan baik. Mama juga bisa ikut acara, ga sampai

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 108. Aku ... Menerima Engkau ...

    Gedung gereja megah dan tinggi menjulang tampak kokoh di hadapan Astri. Pintu gereja terbuka lebar dengan dekorasi cantik seolah sebuah gerbang menyambutnya datang. Debaran di jantung Astri makin tak karuan. Hari itu dengan gaun pengantin yang elok, Astri benar-benar sampai dan siap melangkah menuju altar menemui pria terkasih."Ayo, Kak. Hampir telat." Damira yang ada di kursi depan, duduk bersebelahan dengan Davin menoleh dan bicara tidak sabar.Mobil pengantin sudah terparkir manis di depan pintu gereja. Astri seperti terpaku dan tidak juga beranjak."Ya, ok. Thank you," ucap Astri gugup.Perlahan Astri membuka pintu mobil dan turun. Galang menunggu di sana dengan senyum lebar. Kebahagiaan tampak dari wajah kakak terbaik Astri. "Akhirnya ..." kata pria itu masih dengan senyum lebarnya. "Ayah ada di pintu menanti. Ayo."Galang menggandeng Astri mengantar sang adik menemui ayah mereka. Pria itu dengan gagah berdiri di muka pintu. Dia terlihat cukup tegang meski senyum terurai manis d

DMCA.com Protection Status