Share

33. Terlalu Mencintaimu

Penulis: Diosa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-15 00:13:24

Sejak kehadiran Leina di rumahnya, Arsen sudah tak pernah lagi memasak. Sebelumnya, dia masih bisa membuat makanan seperti omelet atau roti isi.

Tetapi, sekarang— keahliannya dalam membuat makanan sirna seketika. Dia bahkan sudah tidak ingat bedanya mie matang atau masih mentah.

Segala-galanya sudah diurus Leina. Wanita itu tak pernah absen membuat makanan untuk keseharian mereka. Dia memenuhi semua syarat untuk menjadi istri teladan dambaan semua pria.

Arsen membuat sup ayam dengan bantuan resep dari YouTube. Langkah demi langkah dia turuti hingga setengah jam berlalu— akhirnya matang juga.

Meski tampilan sup tidak sama dengan yang ada di YouTube, dia tetap bangga.

Leina turun akibat mendengar suara gaduh di dapur. Dia tidak ingat apapun saat masih tertidur pulas tadi. Karena itulah, dia bersikap biasa saja saat melihat Arsen.

Kalau saja dia ingat sudah memeluk, melepaskan kancing kemeja, menciumi lehernya, memanggil-manggul namanya— pasti dia takkan berani bertatapan muka.

“Arsen?”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   34. Detektif atau Maling? (a)

    Malam harinya ...Leina sudah pulih sepenuhnya. Dia beraktifitas seperti biasa. Demamnya sama sekali tidak mengancam, tapi memang Arsen saja yang berlebihan.Dia membuatkan makan malam. Selain itu, dia juga melakukan pekerjaannya sebagai asisten detetif untuk memeriksa pesan-pesan masuk dari calon klien lain.Sambil menghidangkan kopi untuk Arsen di atas meja makan, dia berkata, "Arsen, tadi sore ada permintaan kasus, aku harus menolaknya 'kan?"Arsen meletakkan ponselnya di meja, lalu fokus menatap Leina. "Kenapa membahas pekerjaan sekarang? Kamu juga kenapa masak— sudah tidur saja. Biar aku yang melakukan pekerjaan rumah hari ini.""Aku ini tidak sakit, kok. Kamu saja yang berlebihan. Lagian masakanku sudah matang.""Tidak sakit? Tapi tadi siang kamu sampai tidak sanggup makan sendiri, minta disuapi? Masa tidak sakit? Bohong, dong?""Kamu ..." Leina menahan malu dan kesal. Dia langsung balik badan dan mengambil piring-piring penuh dengan ikan bakar. "Mending diam saja— ayo kita maka

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   35. Detektif atau Maling? (b)

    Apa maksudnya Arsen?Leina sama sekali tidak paham apa maunya sekarang. Kenapa pria ini malah mengajaknya diam-diam menyelinap masuk ke rumah orang?Untuk pertama kalinya, dia diajak dalam menyelesaikan kasus. Tetapi, ketimbang menyelidiki, ini lebih ke tindakan pencurian.Wanita itu mengawasi sekitar. Suasana halaman rumah calon target mereka ini sangat luas— sebagian lampu taman mati sehingga pencahayaan agak kurang. Belum lagi, kabut putih yang menggantung di antara pepohonan.Setiap langkah yang diambil harus hati-hati juga karena tanah berumput masih basah, menyebabkan kondisi yang licin.Leina menarik-narik lengan kemeja Arsen, lalu berbisik, "kamu sudah gila, ya? Kenapa kita diam-diam masuk kawasan rumah orang? Apa kita jadi pencuri sekarang?”"Permintaan klien mengharuskan kita merusak properti orang. Wajarlah kita diam-diam masuk ke sini.“"Sudah kubilang kasus ini bukan pekerjaan detektif, harusnya tadi aku tolak.""Leina— jangan lupa, aku adalah detektif yang biasa disewa un

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   36. Pengakuan Cinta?

    Keesokan harinya ...Leina mengurus pengembalian guci kepada klien mereka. Pekerjaan itu selesai dalam waktu semalam. Sementara itu, Arsen masih tidur di kamarnya.Hari ini berlangsung seperti biasa. Leina mengurus seluruh pekerjaan rumah. Berhubung pagi ini juga hujan, dia tidak bisa menjemur baju di halaman belakang, melainkan di atap balkon lantai tiga.Setelah semua pekerjaan selesai, Jam sudah menunjukkan pukul delapan. Akan tetapi, Arsen belum juga bangun. Leina tidak tahan lagi— dia membuka pintu kamar pria itu."Arsen, bangun! Waktunya sarapan!" Dia berteriak.Arsen masih menggulung dirinya di bawa selimut. Dia sudah terbiasa dengan teriakan Leina, dan tetap tidak mau bangun."BANGUN!" Leina mendekat ke ranjang. Dia menarik paksa selimut itu hingga Arsen nyaris jatuh."Mmmm ..." Arsen mau tidak mau harus membuka mata, lalu bangun.Kondisinya agak berantakan. Kancing kemeja tidurnya banyak yang terbuka, rambut kusut bukan main. Ketika tidur, dia benar-benar bertingkah layaknya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   37. Ada Apa ini?

    Arsen terlalu malu untuk berada di rumah setelah apa yang terjadi di meja makan. Alhasil, dia pergi setelah itu tanpa banyak bicara dengan Leina.Leina tahu kalau pria itu hanya ingin melarikan diri. Dia tak terlalu mempermasalahkannya, dan kembali mengurus pekerjaan rumah.Saat semua kegiatan di rumah selesai, dia lanjut dengan mengurus berkas-berkas pekerjaan, dan bersiap memasak."Tadi Arsen bilang akan pulang saat jam makan siang, jadi mending aku masak ..." ucapnya sambil menaruh daging, asparagus dan beberapa bahan makanan di atas meja dapur.Aktifitas memasaknya terhenti usai mendengar bel berbunyi. Dia menoleh— tidak mungkin Arsen menekan bel. Apa mungkin tamu? Calon klien?Tapi, jarang ada yang kemari jika tanpa melakukan kontak terlebih dahulu.Leina melepaskan celemek, lalu segera turun anak tangga— menuju lantai bawah.***“Ngomong-ngomong, Arsen—” Hans menyerahkan satu map coklat kepada Arsen. "Ini berkas yang kamu minta."Keduanya sedang berada dalam satu mobil. Mobil it

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   38. Menangkap Pembunuh Berantai (a)

    Malam harinya ...Arsen terpaksa membawa Leina untuk menangkap sang pembunuh berantai. Alhasil, di dalam satu mobil, selain mereka berdua, sudah ada Serena dan Hans.Serena tampak tidak nyaman duduk di kursi penumpang dengan Leina. Dia terus melirik ke kaca depan—sempat bertukar pandangan dengan Arsen yang menyetir lewat situ.Leina sendiri sedikit aneh. Dia agak pendiam dari biasanya, dan melihat keluar jendela sejak berangkat. Sesekali, dia melihat ke layar ponsel seakan menunggu ada pesan atau panggilan masuk."Leina? Kamu nanti tetap di sini, oke?“ Serena membuka obrolan. Tidak tahan dengan keheningan di antara mereka."Iya." Leina menjawab dengan dingin.Hans merasa sesak berada di mobil itu. Setiap kali Leina bersama Serena, udara di sekitarnya perlahan menipis. Dia menoleh ke Arsen— seperti ingin menyalahkannya.Arsen tak peduli. Semua ini demi keselamatan mereka bersama. Dia tidak mungkin meninggalkan Leina di rumah sendirian setelah tahu siapa dalang penculikannya waktu itu.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   39. Menangkap Pembunuh Berantai (b)

    "Aku mau kamu ..."Itulah yang terus dikatakan oleh sang pembunuh berantai bernama Norman itu. Aura yang menyelimuti pria ini gelap nan menakutkan. Aroma mawar juga menebar di sekitarnya— seolah-olah dia baru saja mandi air kelopak bunga mawar.Leina sesak berada di posisi itu, terjepit di antara dada Norman dengan tembok. Andaikan dia bisa menjejak selangkangan pria ini— maka kesempatannya kabur terbuka.Tetapi, dia semakin tak berdaya tatkala Norman mengeluarkan pisau lipat dari saku mantel. "Sayang ... kamu cukup berani ternyata, biasanya wanita lain akan menangis dan memohon agar aku lepaskan," kata pria itu sembari menodongkan mata pisau ke bawah dagu Leina.Leina bisa merasakan sensasi dingin dari bilah pisau tersebut. Meski takut, tapi tak dia tunjukkan. "Jika kamu memang mau membunuhku, bunuh saja sekarang. Percuma menakut-nakutiku segala.""Oh— asisten detektif memang punya mental yang agak berbeda dari kebanyakan wanita, tapi ini yang membuatku suka padamu."Leina mencoba b

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   40. Ciuman Singkat

    Arsen membawa Leina pulang. Dia menutup seluruh pintu, menguncinya serta mengaktifkan alarm keamanan darurat. Usai memastikan kondisi rumah itu aman, dia naik ke lantai tiga.Di atas, Leina masih diam di depan pintu kamarnya. Dia diliputi perasaan bersalah sekaligus bingung."Arsen ..." Dia menatap Arsen.Arsen mendekat, lalu memberikan pelukan padanya. "Sudah, kamu cepat tidur, ini sudah lewat tengah malam.""Aku minta maaf.""Ini bukan salahmu.""Ini salahku. Misi kita hampir gagal karena aku ... aku mengacau.""Siapa bilang mengacau? Sejak awal kita berniat memancingnya keluar. Kamu sudah baik berani jadi umpan." "Tapi ...""Sudahlah." Arsen melepaskan pelukannya. Senym hangat tampak mengiasi bibirnya. Dia mengulurkan tangan kepada Leina.Dia berkata, "oh iya, berikan ponselmu.""Untuk apa?""Tadi, ingatan terakhirmu sebelum bertemu pembunuh itu, kamu masih ada di mobil 'kan?""Iya.""Hans bilang kamu sedang menelpon seseorang, jadi mungkin ada hubungannya dengan telepon kamu.""T

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   41. Melepaskan Leina?

    Leina tidak tahu kalau dirinya sedang dibawa menemui teman Hans yang ahli dalam dunia hipnotis. Alhasil, dia sama sekali tak sadar kalau sedang menjalani terapi untuk menghilangkan efek hipnotis dalam dirinya.Wanita itu kemudian dibiarkan tidur di atas sofa panjang. Arsen hanya melihat dengan tatapan sedih."Bagaimana?" Pria itu bertanya.Si ahli hipnotis, seorang wanita berusia tiga puluh tahunan, menatapnya sekilas, lalu kembali melihat tubuh Leina yang terbaring di sofa. "Tenang saja, sudah aku urus. Ini jenis hipnotis yang serius, Leina harusnya bertemu dengan orang ini sekali.""Apa kamu bisa dapat informasi pelaku yang melakukan hipnotis?""Tidak terlalu spesifik, ingatan Leina tentang pelaku itu masih buram.""Ya sudah, tidak apa.""Tapi, jangan khawatir, Arsen, efek hipnotisnya sudah kuhapus. Leina tidak akan terpengaruh lagi jika mendengar kata kunci dari suara pelaku.""Aku sudah curiga sejak awal. Dia tidak ingat apapun setelah menerima panggilan telepon asing. Jadi, pasti

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19

Bab terbaru

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   99. Ulang Tahun [TAMAT]

    Leina menuruti permintaan Arsen untuk menginap di rumah Dokter Tony. Dialah yang menyiapkan makan malam untuk mereka semua.Dokter Tony sampai takjub dengan makanan yang ada di meja. Dia melihat Arsen dan Leina yang sudah duduk di kursi masing-masing."Rasanya seperti punya putra dan menantu yang baik," katanya sesekali tersenyum pada Arsen.Arsen fokus makan saja, tak mau menanggapi ucapan bermakna ganda dari pria itu. Iya, dia tahu kalau kemungkinan Dokter Tony sudah menduga niatnya mengajak Leina bermalam di situ."Ngomong-ngomong Leina, kamu harusnya tidak perlu memasak sebanyak ini, kamu pasti lelah—“ kata Dokter Tony.Leina tersenyum. "Tidak masalah, Dok. Aku suka masak, kok ... Lagian ..." Ucapannya terhenti, mana mungkin dia mengatakan kalau dia memang masak banyak untuk memperingati ulang tahunnya besok. "Tidak apa, pokoknya aku senang masak banyak.”Tidak ada yang bicara setelah itu. Baik Arsen maupun Leina sama-sama diam. Iya, apalagi Arsen yang sedikit gugup. Bagaimana tid

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   98. Ingatan Arsen

    Leina mengunjungi Arsen di tempat Dokter beberapa hari sekali. Itupun dia hanya datang untuk mengantarkan sesuatu, entah itu masakannya atau barang-barang yang mungkin bisa membuat Arsen ingat. Dia jarang berinteraksi dengan Arsen sendiri.Arsen merasa jaraknya menjadi lebih jauh dari Leina. Akan tetapi, itu malah membuatnya merasa kalau wanita itu memang dekat dengannya. Dia ingin mengobrol dengannya.Hari ini, Leina datang hanya untuk mengantarkan saus daging buatannya karena Arsen menyukainya. Setelah itu, dia berpamitan pulang.Akan tetapi, saat berjalan menuju gerbang keluar dari rumah tersebut, dia langsung dihadang oleh Arsen. Leina kaget, kenapa pria itu ada di luar rumah?"Pulang lebih cepat tanpa menemuiku dulu?" tanya Arsen dengan suara datar. Dia sepertinya kecewa karena Leina seolah menjaga jarak.Leina menoleh ke arah rumah, lalu kembali menatap Arsen. Dia bertanya, "kenapa kamu malah di sini? Kamu 'kan lagi pengobatan? Cepat masuk— lagian kalau ada kenal sama kamu giman

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   97. Cincin?

    Hans membuka mata.Untuk sesaat, dia masih memproses apa yang terjadi. Dia melihat langit-langit. Kemudian, dia melihat dirinya sendiri yang terbaring di atas ranjang— di dalam kamar yang tidak asing.Pandangannya mengarah ke luar jendela yang tengah terbuka. Udara pagi terasa sejuk dan menenangkan.Tak lama kemudian, pintu kamar itu terbuka, dan seseorang masuk. Dia adalah Ritta— yang langsung kaget melihat pria itu sudah bangun."Hans!“ panggilnya cepat. Dia buru-buru mendekati ranjang. ”Kamu sudah siuman?“Hans bangun dari ranjang. Tubuhnya masih sakit semua, tapi setidaknya sudah baik-baik saja. Dia menatap Ritta, lalu tersenyum. Dia tidak terlalu ingat apa yang terjadi sebelum dia tak sadarkan diri, tapi setidaknya dia berhasil membuat Ritta aman dan Tino ditangkap."Syukurlah kamu baik-baik saja,” katanya.Ritta ingin menangis melihat pria itu. Kedua matanya berair, benar-benar lega. Dia duduk di tepian ranjang, lalu tanpa mengatakan apapun, dia memeluk pria itu dengan seerat mu

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   96. Bersama Leina

    Arsen hanya diam saat disuguhi oleh pasta saus daging buatan Leina. Dia masih melihat makanan di atas meja makan depannya itu. Pandangannya menjadi lebih tenang.Entah kenapa— rasanya seperti nostalgia, dan dia sadar akan hal tersebut.Aroma saus yang ada di atas pasta itu menggugah selera, tapi juga membuat sekilas ingatan muncul di kepala. Walaupun, tetap saja— dia masih belum ingat apapun.Dia menatap Leina yang duduk di kursi yang berseberangan meja dengannya. Wanita itu duduk manis sambil memandangi dia. Senyum hangat tampak menghiasi bibirinya.Aneh.Kenapa wanita itu tidak takut? Kenapa masih bisa tersenyum padanya? Kenapa tidak menunjukkan niat membunuh?Padahal tadi dia sudah berbuat kasar, melukainya, membuatnya hampir mati tercekik. Tetapi, senyum hangat tanlepas dari bibirnya.Aneh.Leina heran karena dipandangi terus. Dia bertanya dengan ragu, "ada apa? Kamu ... Kamu tidak suka?“Nasibnya bergantung dari suasana hati Arsen sekarang. Kalau pria itu tidak suka, maka dia sun

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   95. Sebuah Tes

    Ciuman yang diberikan oleh Leina sangat mengejutkan diri Arsen. Dia tidak mampu bertindak apapun, tidak sanggup melakukan apapun, tidak menolak juga. Bibir wanita itu terasa lembut dan mampu menghangatkan bibirnya yang dingin.Selama beberapa detik, dia hanya terdiam dengan napas yang tertahan. Arsen benar-benar diluluhkan oleh ciuman itu. Untuk sekejap, dia seperti lupa siapa dirinya dan untuk apa di sini. Yang dia pikirkan hanyalah— kenapa rasa ciuman ini begitu hangat?Leina ...Nama itu terlintas di pikiran Arsen. Dia masih betah dengan merasakan ciuman Leina. Dia seperti tertawan oleh bibir wanita itu, seakan tidak sanggup untuk berhenti. Bahkan, dia bak rela kehabisan napas jika itu bisa terus berciuman seperti ini.Segala pemikiran buruknya menjadi sirna untuk sesaat. Hatinya menjadi damai. Dia merasa hidup. Perasaan hangat yang belum pernah dirasakan—Atau ... dia lupakan?Tetapi, dia kemudian tersadar, lalu menjauh dari Leina sehingga ciuman mereka terlepas. Dia menarik napas

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   94. Aku Leina ...

    Para anak buah Tino membawa pergi Ritta pergi keluar rumah. Ini memaksa Hans untuk berlari mengejarnya. Dia khawatir juga pada Leina, tapi situasinya sangat sulit.Leina sendiri masih berada dalam cengkraman sang kekasih. Dia makin sedih— tidak pernah membayangkan kalau Arsen akan kehilangan ingatannya tentang mereka semua.Butir demi butir air mata mengalir keluar dari kedua matanya. Hanya kesedihan yang menerpanya sekarang."Arsen ... tolong sadarlah!“ pintanya.Dia sama sekali tidak peduli dengan cekikan Arsen yang makin erat. Napasnya sudah sangat terbatas. Ini membuat dada sesak dan pandangan mulai kabur karena pasokan oksigen ke otak menipis.Arsen masih memandangi wajah Leina, berusaha mengingat wanita itu, tapi masih ada kabut hitam yang menyelimutinya. "Aku tidak kenal siapa kamu, tapi kamu memang sepertinya—"Ucapannya terhenti kala merasakan sakit kepala lagi. Entah mengapa, tatapan Leina yang dibanjiri air mata membuatnya tidak nyaman.Ada apa ini?Dia merasa dadanya ikuta

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   93. Upaya Pembunuhan Serena

    "KELUARKAN AKU DARI SINI!"Teriakan kencang keluar dari mulut Serena berulang kali. Dia sangat panik, takut dan juga gelisah berada di tabung kaca yang perlahan memasukkan air ke dalam.Iya. Dia dikurung di dalam situ dari beberapa jam yang lalu. Sekarang air yang merendam di bawah sudah sampai pinggang. Tinggal menunggu waktulagi sebelum dia benar-benar akan tenggelam.Dia berusaha keras menggebrak - gebrak kaca tabung itu, tapi sekuat apapun pukulannya, tak berhasil juga meretakkan kaca tersebut. Iya, rasanya dia sudah terjebak di dalam permainan sulap, dimana dia tak bisa keluar.Yang lebih memuakkan adalah sejak tadi sudah ada orang yang duduk di kursi tepat di depan tabung. Orang itu bagaikan penonton sulap yang menanti kapan Serena akan mati terendam di dalam tabung."KELUARKAN AKU, WANITA BODOH!" teriak Serena yang muak dan makin panik. Dia tidak terima dengan semua ini. "KENAPA KAMU DIAM SAJA! HARUSNYA KALIAN MEMBAWAKU PERGI MENEMUI ARSEN! MANA ARSEN-KU!""Berisik sekali, sih?

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   92. Bunuh Leina (c)

    Melawan Arsen dengan kekuatan sendiri itu mustahil, Hans sadar akan hal itu. Karena itulah, dia menjelaskan trik yang bisa dipakai untuk melawannya.Berhubung mereka juga tidak memiliki waktu untuk mengumpulkan rekan, jadi mau tidak mau harus mengandalkan kemampuan diri sendiri.Sesuai dugaannya, ternyata Tino menemukan tempat persembunyian mereka di keesokan harinya. Mereka tidak ragu-ragu langsung masuk ke dalam kawasan perumahan ini. Dia memanfaatkan kondisi perumahan yang sedang sepi untuk menyusup. Dia memerintahkan banyak anak buahnya untuk mengintai di sekitar rumah target."Bagus, sesuai keinginan kita, tetangga kanan, kiri dan depan sedang pergi," ucap Tino saat melihat rumah persinggahan Ritta di seberang jalan. Dia berdiri tepat di bawah pohon rindang, ditemani oleh Nathan.Nathan melihat suasana perumahan yang sepi padahal sudah siang. "Tempat ini sepi sekali ... tapi pasti ada yang masih di rumah 'kan? Bagaimana kalau ada yang mendengar?""Tenang saja, itulah gunanya aku

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   91. Bunuh Leina (b)

    Leina dan Ritta berhasil sampai di rumah persinggahan darurat dengan aman. Saat mereka sampai, hari sudah gelap.Mereka beruntung tidak ada yang mengikuti. Akan tetapi, Ritta terus menyibukkan diri dengan mengaktifkan keamanan rumah. Dia juga masuk ke ruang monitor. Sebelumnya, Hans meretas kamera pengawas jalan dan disambungkan ke ruang tersebut. Dengan begini, dia bisa tahu kalau ada orang mencurigakan sedang mengawasi rumah.Bangunan itu sendiri berada di dalam perumahan, tidak terlalu padat penduduk. Iya, itu karena lokasinya berada di wilayah di mana kebanyakan penghuni adalah pebisnis yang jarang pulang. Sekalipun tetangga kanan dan kiri rumah singgah itu sudah ada dihuni, tapi penghuninya jarang pulang. Tak heran, kawasan itu sangat sepi.Saat Ritta sibuk dengan semua itu, Leina membuatkan makan malam untuk mereka. Mereka makan malam tak lama kemudian. Tidak ada yang dibicarakan setelah itu karena keduanya sangat lelah.Karena hal itulah, mereka berdua langsung memutuskan un

DMCA.com Protection Status