Menurut Titiek Puspa, jatuh cinta itu berjuta rasanya. Adapun fakta yang menyebutkan bahwa saat sedang jatuh cinta, orang cenderung lebih sering merasakan kestabilan emosional dan fisik. Seperti merasakan hari-hari yang membahagiakan dan terasa warna-warni. Dan satu hal lagi yang Mita sadari, yaitu tentang penelitian yang menyebutkan jika orang yang sedang jatuh cinta akan menghabiskan rata-rata lebih dari 85 persen waktu bangun untuk merenungi si dia.
Ternyata semua itu benar ya. Kebahagiaan dan rasa semangat di pagi hari semakin meningkat. Inginnya tersenyum terus dan mengingat-ingat kejadian tadi malam.
Mita memang nggak pernah mengalami sesenang itu yang bisa disebut efek jatuh cinta. Gelagat bahagianya terlihat mencurigakan terutama menurut Hansel.
Remaja laki-laki itu sedari tadi nggak fokus dengan acara kartun yang dia tonton, melainkan terus memicing curiga kepada sang kakak yang sedang mengepel lantai sembari bersenandung dan tersenyum-senyum sendiri
“Berkas laporan laba kerjasama dengan InaFood dimana, Mita?” “Saya coba tanyakan ke Pak Billy, Pak,” sergah Mita dengan cekatan. “Cepat! Itu harus saya cek dan ditandatangani hari ini untuk pelaporan dalam rapat siang nanti.” Mita hanya mengangguk menjawab semua keluhan bosnya pada hari senin yang begitu sibuk. Hari masih pagi, baru akan menjelang siang. Namun bagi para pekerja terutama pekerja kantoran, hari senin begitu sibuk nggak mengenal apa itu pagi, siang atau pun sore. Semua sama saja, sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing seolah tanpa bernafas. Baik petinggi hingga bawahan seperti Mita. Gadis itu sejak tadi sudah sangat sabar dengan celotehan bosnya, menyuruh ini itu dan menanyakan ini itu. Padahal Mita saja nggak tau dan bahkan kadang apa yang diperintahkan bosnya nggak mencangkup tugasnya. Seperti halnya mengenai laporan laba. Mita nggak tau menahu. Namun karena dirinya mencari jalan aman, sehingga lebih baik dia menanyakan pada Bi
Hujan rintik-rintik di luar membasahi kaca jendela sebuah cafe mewah pinggir jalan raya. Seorang perempuan dengan gaya glamor duduk di pojok sembari menatap pada kaca yang berembun. Perempuan itu begitu menarik perhatian dengan penampilannya yang mencolok. Dia memakai dres bulu-bulu dengan topi baret dan boot menutupi betis. Beberapa jam yang lalu dia bertemu dengan seorang produser iklan bersama dengan manajernya. Namun karena ingin menetap lebih lama, Bunga membiarkan manajernya untuk pulang lebih dulu. Sehingga sekarang dia hanya duduk sendiri, melamun, menatap jalan raya yang sibuk dengan kendaraan, kemudian melihat hujan yang mulai turun membasahi bumi. Perempuan yang selalu cantik, agresif dan memiliki kepercayaan yang sangat tinggi seperti Bunga tentu akan sangat aneh terlihat diam merenung dan juga terlihat menyedihkan. Namun itulah kebenarannya. “Tante Gina dan Om Iskandar memang nggak pernah memaksa kelanjutan perjodohan kamu dan Vano, tapi Mama
"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi mohon periksa kembali nomor tujuan anda ..." Tut Tut “Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan ..." Tut Tut "Arghh!" seorang perempuan berteriak kesal dan membanting ponselnya ke atas ranjang besarnya. Lalu dia mengambil duduk di tepi ranjang dengan pikiran yang kacau. "Kemana sih kamu Kak?" tanya Bunga dalam kesunyian kamarnya. Hari sudah petang dan seperti biasa perempuan itu selalu berusaha menghubungi kekasihnya. Namun menjadi kebiasaan juga kalau nomor Vano nggak pernah aktif. Dalam permasalahan seperti ini, sebenarnya Bunga sudah paham jika dia ditolak mentah-mentah. Ada ego yang belum menerima dengan ikhlas. Sejak dulu dia bahkan mendapatkan apapun yang dia minta, sehingga saat mendapatkan penolakan mentah-mentah seperti ini, egonya kian terluka. "Kalau aku boleh saran, tapi maaf kalau l
Malam semakin petang, gemerlap lampu jalanan pun kian menerangi jalanan kota yang semakin padat. Di dalam mobil Mercedes-Benz GLB-Class seorang gadis tampak kesal dan lebih memilih menatap jalanan luar dari jendela. Mita yang masih berpakaian kerja dengan gurat wajah yang lelah, masih tak habis pikir dengan paksaan Vano beberapa jam yang lalu. Bahkan kunci motornya masih di dalam kantong celana laki-laki kaya itu. Tak memperbolehkan Mita pulang dengan motor kesayangannya yang kini masih terparkir dengan cantik di garasi rumah bosnya. "Kamu mau makan apa? Berhenti kayak anak kecil!" dengus Vano yang ikut menjadi kesal sembari melirik ke sampingnya. Pasti selalu begini. Harusnya yang kesal Mita, namun bosnya selalu ikut kesal jika melihatnya kesal. Memang orang aneh, padahal gadis bermata sipit itu sudah merasa lelah ingin cepat-cepat pulang dan sampai rumah. "Pak Vano ya yang kayak anak kecil, mana kunci motor saya," todong Mita dengan menatap sengit lawan bic
Angin sepoi berhembus mendinginkan suasana yang panas. Hiruk pikuk orang-orang menjadikan suasana malam yang kian ramai. Pekikan atau obrolan menjadi satu padu yang tak jelas di pendengaran. Seorang laki-laki duduk dengan jarak yang cukup untuk nggak mendekati sosok gadis yang masih mengeluarkan permusuhan terhadapnya.Mereka duduk di sebuah bangku panjang yang disediakan, sedangkan van yang telah disulap menjadi warung dadakan itu menyediakan beberapa menu masakan dengan berbahan sate. Setelah kejadian buruk yang menimpa Vano, laki-laki itu memaksa ingin memakan sate. Sebuah gambaran bahwa dia ingin memakan daging hidup-hidup.Bagaimana enggak, selama hidupnya hanya asistennya yang mampu menganiayanya dengan sangat bar-bar. Beruntung ada seorang tukang parkir yang mendengar keributan di dalam mobil sehingga Mita berhenti memukulnya. Dan kalau saja dia nggak mengancam untuk memotong gaji, pasti gadis itu masih meneriakinya sebagai pelaku pelecehan seksual."Perm
Sukses di usia muda, memiliki kecerdasan diatas rata-rata dan menjadi salah satu pengusaha muda yang patut diperhitungkan, nyatanya kehidupan Vano banyak yang terlewatkan. Kebahagiaan masa kanak-kanak, pertemanan hingga sebuah hubungan asmara, semua itu terlewat dengan waktu yang nggak dia sadari.Sejak kecil sang tuan muda itu sudah hidup tidak normal. Sang ayah selaku kepala keluarga memiliki sifat humoris dan santai, sedangkan Ibu memiliki sifat lembut, ramah dan tenang. Tak ada satu pun sifat-sifat positif itu menurun kepada sang anak tunggal.Kedua orang tuanya memiliki relasi dan jaringan pertemanan yang luas dan memiliki masa muda yang normal. Mengapa Vano sedikit berbeda. Dia nggak begitu suka keramaian dan ambisius. Kendati dia memperlihatkan sifat baik kepada orang-orang yang dia kenal, namun tetap saja kehidupan Vano hanya berputar di dunia kerja, mengenai bisnis dan perusahaan.Sehingga kehidupan yang monoton itu semakin mempengaruhi baik dari pola p
"Den," panggil Bik Muti setelah menghampiri tuan mudanya di ruang tengah. Malam semakin larut namun sang workaholic tetap menatap layar laptop tanpa terpengaruh dengan jam yang berdetak. Vano menolehkan kepalanya, dia melepaskan kacamata antiradiasi yang bertengger di hidung sedikit mancungnya. "Ada apa Bik? saya kira udah tidur." Bik Muti yang berpenampilan khas ibu-ibu rumah tangga itu kian mendekat. Ia menutup mulutnya yang tiba-tiba menguap. "Iya Den, ini kebangun dan tiba-tiba ingat sesuatu." "Ada apa?" tanya Vano setelah merenggangkan tubuh belakangnya. Dia sudah fokus dengan layar laptop sejak sepulang mengantarkan asistennya pulang. Bahkan kini jarum jam akan menuju angka dua belas. Jika Bik Muti nggak datang mungkin Vano akan lanjut bekerja hingga lewat tengah malam. "Tadi sore, Non Bunga telpon lewat telepon rumah, Bibik angkat dan tanya Den Vano sudah pulang belum? Bibik jawab belum dan bilang nanti kalau Den Vano pulang yang akan menelpon.
Seperti biasa, pagi hari saat masih suasana di luar gelap, Mita sudah terbangun dari tidurnya. Ralat, terpaksa bangun lebih tepatnya. Pada pukul lima pagi, gadis itu sudah bersiap-siap akan berangkat bekerja. Memakai blouse polos warna abu-abu serta celana dasar berwarna hitam. Sebuah simbol yang menandakan jika Mita sedang nggak mood untuk bekerja.Ternyata tubuhnya mampu merespon dengan normal. Sebab sudah beberapa bulan dia bekerja dengan sangat keras, tubuhnya kuat bak besi baja yang tahan dengan panas maupun hujan. Namun sekuat-kuatnya besi baja, pasti akan berkarat dan rapuh seiring waktu.Seperti halnya Mita. Gadis itu pada akhirnya merasa kelelahan yang amat sangat ketika bangun tidur. Suatu hal yang baru kali ini dia alami setelah hujan panas menerjang."Lesu banget Mit," komentar Ibu Sri ketika Mita memasuki dapur dengan lunglai. Gadis itu berjalan menuju letak dispenser dan menuangkan air minum ke dalam gelas miliknya."Capek Bu," ungkap Mita.