Hwan memberinya nama Lee Ji Hwan. Ia harus menghargai Ji Eun yg bertaruh nyawa untuk bayi itu. Bagaimanapun, ia mengakui kalau bayi mungil itu adalah anaknya.
Ia terpesona dengan betapa mungil dan menggemaskannya putranya itu.
Sementara Ji Eun harus melalui hari yg Panjang di RS, ia harus menjalani treatment yg cukup lama untuk menyembuhkan pneumonia, yg entah bagaimana bisa ia derita. Dan selama itu ia hanya bisa melihat Ji Hwan dari jendela ruangannya. Ji Hwan juga tidak bisa menyusu. Bayi yg malang.
Selama di rumah sakit, yg menemaninya adalah So Dam dan kadang ahjumma datang. Hwan belum pernah menjenguknya sama sekali.
“Bagaimana kata dokter ?,” Tanya Ji Eun.
“Kondisi paru – parumu jauh lebih baik karena obat yg dikirimkan kakakmu, Eonnie. Mungkin sebulan lagi treatment akan berakhir,” Ujar So Dam.
“Ah, sebulan lagi ?, ibu macam apa aku ini meninggalkan anaknya tiga bulan,” Ujar Ji Eun.
&l
Awalnya Ji Eun mengira Hwan tidak akan mengusiknya dan berubah lebih baik Ketika menjemputnya dari RS, tapi nyatanya tidak.Ji Eun sendiri tidak mau mengusik Hwan dan Yuri karena ia punya dunianya sendiri dengan Ji Hwan. Rasa cemburu masih ia miliki, tentu saja. Tapi kini dunianya teralihkan kepada bayi kecilnya.Pagi ini Ji Eun bersiap keluar, ia harus membantu persiapan pernikahan Jong Suk. Tentunya Bersama Ji Hwan, ia tidak bisa sedetikpun terpisah dengan anaknya yg menggemaskan itu.“Ah, cantik sekali,” Ujar Ji Eun menghibur diri sendiri.“Ji Hwan-ah, ayo ikut eomma. Hari ini kita akan bertemu samcheon dan imo (bibi),” Ujarnya seraya menggendong Ji Hwan dan berjalan keluar kamar.“Ya !.”Ji Eun menoleh mendengar suara itu.“Ne oppa ?,” Tanya Ji Eun sambil berjalan mendekati suaminya.“Mau kemana kau ?.”“Aku harus membantu menyiapkan pernikahan oppa ku
Usai mandi, Hwan keluar dari kamar dan menghampiri Ji Eun di meja makan. Istri cantiknya itu sedang menunggunya di meja makan sambil tersenyum.“Eoh, omong – omong kenapa kau pakai gaun malam – malam begini ?, kau baru saja menyambut laki – laki lain ?,” Tanya Hwan seraya duduk.“Anio, laki – laki lain siapa ?. Aku hanya punya kau,” Jawab Ji Eun.Hwan tiba – tiba mencengkram rahang Ji Eun dg kuat.“Aku bukan milikmu, jaga bicaramu,” Ujarnya.“Ne, Oppa..”“Omong – omong, siapa yg menyuruhmu duduk disini ?,” Tanya Hwan.Ji Eun mendongak dan menatap Hwan, air mukanya tiba – tiba berubah dalam sekejap.“Ah, aku belum makan malam, bo…” Ji Eun belum sempat menyelesaikan kata – katanya.“GA ! (pergi !),” Bentak Hwan.Ji Eun langsung berdiri dan beranjak pergi. Ia harus segera menuruti
Tuhan sepertinya sudah kasihan melihat Ji Eun yg makin hari makin menyedihkan, siang ini Yuri sampai di Bandara Incheon. Sementara Ji Eun harus menghadiri pernikahan Jong Suk. Ia sudah bilang kalau ia tidak bisa menjemput Yuri, dan Hwan mengiyakan.Ji Eun terpaksa memakai gaun yg agak berbeda dengan keluarganya, gaun yg ia pakai harus panjang untuk menutupi kakinya. Ia juga belum lama mendapatkan jahitan di perutnya,. Syukurlah jahitan itu tidak mengenai jahitan bekas caesarnya. Begitu banyak luka yang terukir di tubuhnya.“Ah, andai masih ada eomma,” Ujar Joon Woo.“Eoh, tentu saja ia akan menemaniku dan Bahagia sekali,” Ujar Ji Eun.“Tapi hey, omong – omong apa penjahitnya mengukur gaunmu dengan benar ?, kau terlihat kurus memakai itu,” Ujar Joon Woo.Ji Eun memasang wajah terkejut dan memukul Pundak kakaknya, “Itu berarti dietku berhasil,” Ujarnya.“Eh, diet apa ?.”
Jae Hee dan ahjumma langsung membawanya ke RS, tentunya RS yg sama tempat Yuri dirawat karena itu RS terdekat. Hwan berbalik Ketika ia melihat Jae Hee keluar dari kamar mandi, ia mengikuti pria muda itu dan melihat wanita yg tak asing di UGD. Ji Eun terbaring di ranjang dan dokter sedang memberikan intubasi, seorang dokter berlari kearah Jae Hee yg tidak menyadari ada Hwan dibelakangnya. “Kondisinya kritis dan kehilangan banyak darah, kami harus mengoperasinya untuk menjahit luka – luka dan pendarahan di kepalanya,” Ujar Dokter. “Ne, biar saya tanda tangani.” “Jae Hee-ya !.” “Eoh, kau disini Daepyonim. Tolong tandatangani surat ini, samunim harus dioperasi,” Ujar Jae Hee seraya menyerahkan kertas yg dipegangnya. Hwan langsung memberikan tanda tangan dan dokter bisa langsung mengoperasinya. “Tunggu !, mau kemana kau ?,” Tanya Hwan. “Aku harus mengurus administrasi dan menunggu samunim,” Jawab Jae Hee enteng. “A..apa yg t
Ji Eun menekan tombol rumah yang tak kalah besar dengan rumahnya, begitu pintu terbuka, ia langsung masuk dan wanita cantik itu telah menyambutnya.“Aigoo, aku sangat merindukanmu,” Ujar Ji Eun.Mereka berpelukan setelah Ji Eun menurunkan Ji Hwan.“Kita masuk dulu,” Ajak si tuan rumah.Pemilik rumah besar ini adalah Park Se Mi, salah satu solois Korea Selatan yang sedang naik daun. Ia adalah teman Ji Eun semasa kuliah.Ji Eun mengelilingkan pandangan ketika ia duduk di sofa ruang tamu Se Mi.“Ah, kapan kita terakhir kali bertemu ya ?,” Tanya Se Mi sambil berjalan menuju kulkasnya.“Kurasa dua tahun lalu, kita bertemu di lokasi syutingmu lalu kau memberiku album. Itu bahkan hanya sebentar,” Ujar Ji Eun.Se Mi meletakkan nampan berisi teh dan buah.“Aku ingin sekali berkumpul dengan beberapa teman yang sudah lama tidak kutemui. Tapi kau tahu sendiri paparazzi d
Karena kondisinya yg semakin membaik, Ji Eun beberapa kali datang ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya, ia sudah bisa mengatur waktu saat bekerja dan mengasuh anak.Sementara Yuri dan Hwan masih di Perancis, sudah hampir dua bulan. Kehidupan Ji Eun terasa begitu tenang kini.Ia beberapa kali mengunjungi Se Mi, mengingat ia lebih sering tinggal sendirian, meski terkadang ada adiknya. Ia juga beberapa kai menitipkan Ji Hwan karena Se Mi sangat menyukai Ji Hwan.Hingga tiba – tiba, siang ini ayah Hwan datang ke rumah.“BRAAK !, mana Hwan ?!,” Tanya Tn.Lee. dengan emosi menggebu.“Ah, Oppa masih di Perancis, abeonim,” Jawab Ji Eun.“Kau tahu Bersama siapa di Perancis ?.”“Tentu saja Bersama sekretarisnya, ada masalah apa, abeonim ?,” Tanya Ji Eun hati – hati.“Dia selingkuh Ji Eun !.”Ji Eun menelan ludah, apa yg harus ia katakan ?, haruskah ia bil
Ji Eun tidak bisa tidur nyenyak semalam, ia tidak sabar menguak kebusukan orang – orang yg berada di sekitar Hwan. Sepertinya akan banyak hal – hal menarik yang akan ia ketahui.Pagi ini, setelah memandikan Ji Hwan, ia langsung beranjak ke bawah dengan pakaian rapi.“Kau berangkat kerja pagi ini ?,” Tanya Ahjumma.“Eoh, ada yg harus kuselesaikan,” Ujar Ji Eun.“Ahjumma..”“Eoh, wae ?.”“Apa kau sudah pernah mengenal Yuri sebelumnya ?,” Tanya Ji Eun sambil menyeruput jus apel.“Ne, tentu saja. Kenapa ?,” Ahjumma Kembali bertanya.“Apa yg tidak kuketahui tentangnya ?.”“Kau tahu dia adiknya Yoona-ssi, kan ?,” Tanya Ahjumma.“Ne, aku baru saja tahu,” Jawab Ji Eun.“Tidak banyak yg aku tahu karena mereka jarang di rumah, hanya saja Hwan sangat mendengarkan apapun yg Yuri minta. Mereka le
Pria muda bertubuh tegap itu baru saja keluar ruangan ketika ponselnya berdering, noonanya memanggilnya lagi.“Ne,” Ujar Jae Hee.Jae Hee masuk kembali ke ruangan Ji Eun.“Ah, Jae Hee-ya,” Panggil Ji Eun.“Ne ?.”“Aku sedang bingung apa yg akan kulakukan selanjutnya, kita harus menemukan bukti nikah Yuri, lalu ?, apa dia bisa dilaporkan sebagai penipu dengan hal itu ?,” Tanya Ji Eun.“Tentu saja. Kau juga punya foto surat pemindahan aset kan, itu juga bisa dipakai. Apa kau tak mau mengecek presentase saham yg dimiliki Yuri ?, dia bisa didakwa dengan berbagai macam penipuan. Karena kurasa dia memang penipu,” Ujar Jae Hee.“Benar juga, panggil Aera,” Ujar Ji Eun.Tak lama Aera pun masuk.“Ne, samunim ?.”“Aera-ssi, tolong cek presentase kepemilikan saham yg dimiliki Yuri,” Ujar Ji Eun.“Ne, tunggu sebentar,&r